إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Thursday, May 11, 2023

KEBAIKAN MENGHAPUS KEJELEKAN

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Dzarr RA, Nabi SAW bersabda :

اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقْ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

”Takutlah kepada Allah di manapun engkau berada. Iringilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menghapuskan kejelekan. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” [HR Tirmidzi]

 

Catatan Alvers

 

Tak ada manusia yang terlepas dari kesalahan dan dosa tak terkecuali sahabat nabi. Seorang sahabat bernama Abul Yasar menceritakan kisahnya : “Suatu ketika ada seorang perempuan yang suaminya sedang diutus oleh Nabi SAW dalam suatu peperangan. Wanita itu berkata kepadanya: “Juallah kurmamu kepadaku dengan satu dirham”. Aku terpesona dengannya. Aku berkata : Di rumah ada kurma yang lebih bagus dari ini, ikutilah aku. Maka wanita itu masuk ke rumahku kemudian akupun senang kepadanya dan aku menciumnya. (Karena merasa bersalah) Aku datang kepada Abu Bakar untuk menceritakan kejadian itu. Abu bakar berkata :

اسْتُرْ عَلَى نَفْسِكَ وَتُبْ وَلَا تُخْبِرْ أَحَدًا

“Tutuplah aibmu dan bertaubatlah. Jangan kau ceritakan hal ini kepada siapapun”.

Aku tidak bersabar untuk mendatangai Umar dan meminta pendapatnya. Umar berkata )seperti perkataan Abu Bakar( “Tutuplah aibmu dan bertaubatlah. Jangan kau ceritakan hal ini kepada siapapun".  Aku tidak bersabar untuk mendatangi Rasul SAW dan menceritakan hal ini. Rasul SAW bersabda :

أَخُنْتَ رَجُلاً غاَزِياً فِي سَبِيْلِ اللهِ فِي أَهْلِهِ بِمِثْلِ هَذَا

Apakah kau mengkhianati orang yang berperang di jalan Allah dengan melakukan hal yang tidak senonoh kepada istrinya?

 

Abul Yasarpun menyesal hingga ia berandai-andai baru masuk islam saat itu dan iapun mengira bahwa dirinya akan masuk neraka. Rasul SAW menunduk lama hingga turun Surat Hud ayat 112 sampai ayat berikut :

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ

Dan dirikanlah sholat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu bisa menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang menerima peringatan. [QS Hud : 114]

 

Rasul SAW membacakan ayat tersebut. Dan para sahabat bertanya : Apakah hal ini (kebaikan dapat menghapus kejelekan) berlaku secara khusus (untuk Abul Yasar) ataukah berlaku umum untuk semua orang? Rasul SAW menjawab : hal ini berlaku umum untuk semua orang. [HR Tirmidzi]   Hadits yang semisal ini juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan redaksi yang ringkas.

 

Dosa merupakan aib yang hendaknya tidak diceritakan kepada orang lain sebagaimana perkataan Abu bakar dan Umar pada kisah tadi. Rasulullah SAW bersabda :

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ

‘Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali orang-orang yang berbuat dosa dengan terang-terangan”.

Dan yang termasuk terang-terangan dalam berbuat dosa adalah seseorang berbuat (dosa) pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut. Dia berkata, ‘Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu. Sebenarnya pada malam hari Rabb-nya telah menutupi perbuatan jeleknya itu, tetapi pada pagi harinya dia sendiri menyingkap perbuatannya yang telah ditutupi oleh Allah tersebut.”  [HR Bukhari]

 

Selanjutnya hendaklah setiap orang yang melakukan dosa, ia melakukan kebaikan setelahnya karena perbuatan baik itu bisa menghapuskan (dosa kecil) dari perbuatan yang buruk. Kebaikan-kebaikan yang dilakukan seperti shalat dll akan menjadi pelebur dosa sebagaimana

Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabat : "Seandainya ada sungai di depan pintu rumah salah seorang kalian sehingga ia bisa mandi 5 kali dalam sehari, menurutmu apakah masih akan ada kotoran yang tersisa pada orang tersebut?” Para sahabat menjawab, 'Tidak akan ada kotoran yang tersisa sedikitpun.” Lalu Nabi bersabda :

فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا

“Itulah perumpamaan shalat 5 waktu, Allah akan menghapus dosa-dosa dengan shalat 5 waktu tersebut." [HR Bukhari]

 

Perbuatan baik itu bisa menghapuskan dosa kejelekan sebagaimana disebutkan dalam surat Hud Ayat 114 dan tegaskan lagi dalam hadits utama diatas. Namun yang perlu dicermati bahwa hal itu berlaku untuk dosa kecil saja mengingat dalam hadits lain berbunyi :

الصَّلَوَاتُ الخَمْسُ ، وَالجُمُعَةُ إِلَى الجُمُعَةِ ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ ، مُكَفِّراتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الكَبَائِرُ

"Shalat 5 waktu, dari Jum’at ke Jum’at berikutnya, dan dari Ramadlan ke Ramadlan berikutnya merupakan penghapus dosa-dosa yang dilakukan di antara keduanya jika dosa-dosa besar dijauhi." [HR Muslim].

 

Apakah dosa besar itu? Ibnu Abbas RA berkata :

اَلْكَبَائِرُ كُلُّ ذَنْبٍ خَتَمَهُ اللهُ بِنَارٍ أَوْ غَضَبٍ أَوْ عَذَابٍ

Dosa-dosa besar adalah setiap dosa yang (pelakunya) diancam oleh Allah dengan neraka, murka atau siksa. [Al-Hidayah ila bulughin Nihayah]

Seperti syirik yang merupakan “Akbarul kaba’ir” (dosa terbesar di antara dosa-dosa besar), membunuh, makan riba, zina, durhaka kepada orang tua, sumpah palsu, menuduh zina kepada wanita baik-baik, persaksian palsu, lari dari medan perang, makan harta anak yatim, terus-terusan minum khamr dan semisalnya. Terkadang dosa itu kecil namun karena dilakukan terus menerus maka dosa tersebut menjadi besar, tanpa diiringi taubat dan berhenti dari melakukannya. [Al-Hidayah ila bulughin Nihayah] Ada seseorang bertanya : apakah benar dosa besar itu ada tujuh? Ibnu Abbas RA menjawab : Dosa besar itu hampir ada 700 (dalam riwayat lain 70) karena (dalam kaidah disebutkan) :

لَا صَغِيرَةَ مَعَ الْإِصْرَارِ وَلَا كَبِيرَةَ مَعَ الِاسْتِغْفَارِ

Tidak ada dosa kecil jika disertai melakukannya terus menurus, dan tidak ada dosa besar jika disertai dengan istighfar. [Tafsir Al-Kassyaf]

 

Namun demikian, bukan berarti kita boleh menganggap remeh dosa kecil. Para Ulama berkata : Melakukan dosa besar itu lebih ringan (resikonya) daripada meremehkan dosa kecil karena orang yang melakukan dosa besar itu kemungkinan akan segera kembali kepada Allah dan segera bertaubat. Adapun orang yang meremehkan dosa kecil maka jarang sekali ia akan berhenti dari perbuatan dosanya karena ia menganggapnya hal itu kecil dan bukan apa-apa. [Al-Madkhal ila tanmiyatil A’mal]

 

Maka sebenarnya satu dosa dinilai besar atau kecil itu dilihat dari dari perbuatan dan sanksinya namun jika dilihat bahwa setiap dosa itu berarti pelanggaran kepada Allah yang maha besar maka tidak ada dosa yang kecil. Bilal bin Sa’ad, Seorang Tabi’in berkata :

لَا تَنْظُرْ إِلَى صِغَرِ الْخَطِيئَةِ، وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى مَنْ عَصَيْتَ

“Janganlah melihat kepada kecilnya maksiat, tapi lihatlah kepada siapa engkau bermaksiat. [Syu’abul Iman]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menjauhi dosa-dosa besar dan tidak meremehkan dosa-dosa kecil serta bersemangat untuk melakukan kebaikan secara istiqamah sehingga diri kita bersih dari noda-noda dosa dihadapan Allah SWT.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Monday, May 8, 2023

MASALAH RUMAH TANGGA

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Ummu Salamah RA, Nabi SAW bersabda :

لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ

“Janganlah seorang mukmin (Suami) benci kepada seorang wanita mukminah (istrinya), jika ia membenci satu sikap (akhlak) istrinya maka ia akan ridla dengan sikapnya (akhlaknya) yang lain” [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Rumah tangga yang bahagia merupakan idaman setiap orang yang berumah tangga, baik suami maupun istri. Namun dalam prakteknya tidak ada satu Rumah tangga melainkan pasti ada permasalahan di dalamnya. Suami istri yang hidup berumah tangga itu layaknya bahtera yang sedang mengarungi samudera dan sebagaimana kita ketahui bahtera itu pastilah satu ketika diterjang ombak, kecil ataupun besar.

 

Memang sebuah bahtera lebih aman berada di atas daratan namun tidaklah untuk itu ia diciptakan. Bahtera diciptakan untuk mengarungi lautan dan siap menghadapi ombak, kecil maupun besar. Maka Rumah tangga yang samara (sakinah mawaddah warahmah) bukanlah rumah tangga yang nihil masalah. Namun Rumah tangga yang samara itu ketika diterpa masalah maka setiap mereka bisa mencari solusi terbaik sehingga masalahnya bisa teratasi dengan baik.

 

Masalah juga pernah menimpa keluarga Nabi SAW dan Aisyah. Dalam hadits shahih diriwayatkan dari Anas RA, ia berkata; Suatu ketika Nabi SAW berada di rumah isterinya (Dalam riwayat An-nasa’i disebutkan Rumah Aisyah). Lalu salah seorang “Ummahatul Mukminin” (Julukan untuk para istri Nabi. Dalam riwayat An-nasa’i disebutkan bahwa yang dimaksud adalah Ummu salamah) mengirimkan hidangan berisi makanan. Maka isteri Nabi (Aisyah) yang beliau saat itu sedang berada dirumahnya memukul piring yang berisi makanan (dalam riwayat An-nasa’i disebutkan menggunakan batu), maka beliau pun segera mengumpulkan makanan yang tercecer ke dalam piring, lalu beliau bersabda:

غَارَتْ أُمُّكُمْ

"Ibu kalian rupanya sedang cemburu."

Kemudian beliau menahan sang Khadim (pembantu) hingga didatangkan piring yang berasal dari rumah isteri (Aisyah) yang beliau pergunakan untuk bermukim. Lalu beliau menyerahkan piring yang bagus kepada isteri yang piringnya pecah (Ummu Salamah), dan menahan piring yang pecah di rumah isteri yang telah memecahkannya(Aisyah). [HR Bukhari]

 

Dalam riwayat lain, Nabi SAW bersabda :

طَعَامٌ بِطَعَامٍ وَإِنَاءٌ بِإِنَاءٍ

Makanan harus diganti dengan makanan dan bejana (piring) diganti dengan bejana). [HR Tirmidzi]

 

Rasulullah SAW pernah berkata kepadaku (Aisyah), "Sungguh aku mengetahui bila engkau sedang ridla kepadaku dan ketika engkau marah kepadaku." Aisyah lalu bertanya, "Dari mana engkau mengetahui hal itu?" Maka beliau menjawab, "Jika engkau sedang ridla kepadaku maka engkau berkata, 'Tidak, demi Rabb Muhammad!' Namun bila engkau sedang marah kepadaku, maka engkau akan berkata, 'Tidak, demi Rabb Ibrahim!'" Aku (Aisyah) berkata,

أَجَلْ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَهْجُرُ إِلَّا اسْمَكَ

"Benar, demi Allah, wahai Rasulullah! Aku tidak meninggalkan kecuali namamu. [HR Bukhari]

 

Begitu pula masalah juga menghampiri rumah tangga sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah yang merupakan rumah tangga ideal sehingga cinta kasih keduanya dijadikan doa yang biasa dibaca oleh pemuka masyarakat di dalam acara pernikahan yaitu :

اللهم أَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ سَيِّدِنَا عَلِيٍّ وَسَيِّدَتِنَا فاَطِمَةَ الزَّهْرَاءِ

Ya Allah limpahkanlah cinta kasih di antara kedua mempelai sebagaimana engkau limpahkan cinta kasih itu antara sayyidina Ali dan Sayyidatina Fatimah Az-zahra.

 

Terekam dalam hadits yang shahih diriwayatkan oleh Sahl bin Sa’d RA bahwa suatu ketika Rasulullah SAW datang ke rumah Fatimah namun ‘Ali tidak ada di rumah. Beliau lalu bertanya: “Kemana putera pamanmu (Yakni Sayyidina Ali RA)?” Fatimah menjawab,

كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ شَيْءٌ فَغَاضَبَنِي فَخَرَجَ فَلَمْ يَقِلْ عِنْدِي

“Antara aku dan dia telah terjadi sesuatu (masalah) hingga dia marah kepadaku, lalu dia pergi dan tidak tidur siang di sisiku.”

 

Maka Rasulullah SAW berkata kepada seseorang: “Carilah, dimana dia!” Kemudian orang itu kembali dan berkata, “Wahai Rasulullah, dia ada di masjid sedang tidur.” Maka Rasulullah SAW mendatanginya, ketika itu Ali sedang berbaring sementara kain selendangnya jatuh di sisinya hingga ia tekena debu. Maka Rasulullah SAW membersihkannya seraya berkata: “Wahai Abu Thurab (orang yang berdebu), bangunlah. Wahai Abu Thurab, bangunlah” [HR Muslim]

 

Dalam kisah di atas dapat diambil kesimpulan bahwa rumah tangga ideal bukan berarti tidak ada masalah namun jika ada masalah maka masing-masing mencari solusinya dengan tetap tenang, kepala dingin dan sabar sebagaimana ditunjukkan oleh Rasul SAW. Ingatlah sabda beliau dalam hadits utama di atas “jika suami membenci satu sikap (akhlak) istrinya maka ia akan ridla dengan sikapnya (akhlaknya) yang lain” [HR Muslim]

 

Mertua juga boleh membantu menyelesaikan masalah, bukan berarti ia ikut campur dalam rumah tangga. Mertua menginginkan kebaikan dalam rumah tangga anaknya sehingga ia membantu menyelesaikan masalah dengan penuh cinta dan kebijaksanaan sebagaimana dilakukan Nabi kepada Sayyidina Ali KW. Terlebih lagi jika masalah keluarga tidak kunjung usai bahkan dikhawatirkan akan memicu masalah yang lebih besar. Allah SWT berfirman :

وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِنْ أَهْلِهَا إِنْ يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُمَا

Dan jika kalian khawatirkan ada perpecahan antara keduanya (suami istri), maka kirimlah seorang hakam (juru damai) dari keluarga suami dan seorang hakam dari keluarga istri. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah akan memberi taufik (petunjuk) kepada suami-isteri itu... [QS Al-Nisa’: 35]

 

Maka keberkahan senantiasa dibutuhkan dalam rumah tangga baik dalam kondisi suka karena tidak memiliki masalah maupun dalam kondisi duka karena sedang tertimpa masalah. Saya tertarik dengan terjemah populer yang sering disampaikan oleh para kyai dari doa nikah Nabi yang berbunyi :

بَارَكَ اَللَّهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ

Semoga Allah memberikan barokah kepadamu “laka” (dalam keadaan suka) dan “Alayka” (dalam keadaan duka) dan semoga Allah mengumpulkan kalian berdua di dalam kebaikan.” [HR Ahmad]

As-sindy berkata : Disebut dengan “laka” karena barokah itu bermanfaat dan disebut dengan “Alyka” karena barokah itu turun dari (atas) langit. Disebut dengan dua kalimat tersebut dikarenakan untuk menguatkan (taukid) dan variasi kata, mengingat doa itu semestinya dikuatkan. [Hasyiyah As-Sindy]

 

Adapun kisah yang viral di medsos mengenai Fatimah meminta maaf kepada Ali maka itu haditsnya tidak ada yang demikian. Kisah itu berbunyi : pada suatu hari, Fatimah telah membuat Ali terusik hati dengan kata-katanya. Menyadari kesalahannya, Fatimah segera meminta maaf berulang-ulang kali. Melihat air muka suaminya tidak juga berubah, maka Fatimah berlari-lari seperti anak kecil mengelilingi Ali. Tujuh kali Fatimah mengelilingi Ali sambil merayu-rayu mohon untuk dimaafkan. Melihat tingkah laku Fatimah itu, tersenyumlah Ali dan lantas memaafkan istrinya itu. Kemudian perkara ini sampai ke telinga Rasulullah SAW dan beliaupun memberi nasihat kepada putrinya: “Wahai Fatimah, kalaulah di kala itu engkau meninggal sedangkan suamimu Ali tidak memaafkanmu, niscaya aku tidak akan menshalatkan jenazahmu.” [Kisah ini dimuat di banyak situs diantaranya : Umma id, Islampos com] Syeikh Abdurrahman As-Suhaym berkata : kisah ini boleh jadi penyimpangan dari kaum Syi’ah rafidhah. [Fnoor com] Jadi kisah ini meskipun menarik dan seakan-akan senada dengan hadits utama dia atas namun tidaklah ada hadits yang demikian (palsu). Dan didalam share yang viral memang tidak disebutkan sumber haditsnya.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk tidak menyelesaikan masalah rumah tangga dengan sabar, kepala dingin dan penuh kesadaran bahwa jika kita tidak suka dengan satu sikap istri maka masih banyak sikap lain yang kita sukai.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Sunday, May 7, 2023

MASALAH DENGAN TETANGGA

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Uqbah Bin Amir RA, Nabi SAW bersabda :

أَوَّلُ خَصْمَيْنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ جَارَانِ

Dua orang yang berseteru pertama kali di hari kiamat kelak adalah dua orang tetangga.  [HR Ahmad]

 

Catatan Alvers

 

Viral Warga Bekasi Beli Mobil Baru tapi Buat Garasi di Jalan Umum. Dalam video viral itu, tampak pemilik mobil memakai besi dan rantai pembatas area garasinya yang memakan separuh jalan umum sehingga membikin jalan umum itu tambah sempit. Setelah video ini viral, anggota Polsek Serang Baru akhirnya turun tangan (5/5/2023). [TribunWow com] Permasalahan seperti ini mengundang respon dari tetangga, sehingga viral juga foto yang memperlihatkan spanduk yang terpasang di gang bertuliskan : “Siapkan garasinya dulu, sebelum beli mobil. Jalan kampung adalah milik warga bro, bukan garasi milik pribadimu, jangan rampas hak jalan untuk orang lain. [kompas com]

 

Viral juga video dimana seorang wanita berkerudung merah muda di jaktim tengah menyapu di pekarangan rumahnya, tiba-tiba seorang pria berbaju hitam (tetangga) memukulkan helm kepadanya (4/4/2023). Wanita itu kemudian membalas dengan memukulkan sapu yang dia pegang. Cekcok di antara tetangga itu kemudian mengundang orang lain yang pada akhirnya turut serta saling baku hantam. Usut punya usut ternyata hal ini dikarenakan di wanita tersebut berkata-kata kotor dengan nada menghina bahkan meludah ke arahnya. [detik com]

 

Bermasalah dengan tetangga bukan terjadi sekarang saja. Di Zaman Nabi SAW telah terjadi hal demikian. Abu Hurairah RA berkata : "Seorang laki-laki datang kepada nabi SAW mengadukan tetangganya. lalu Beliau bersabda: " pergilah engkau dan bersabarlah." Laki-laki itu kembali mendatangi nabi SAW hingga dua atau tiga kali, beliau pun bersabda:

اذْهَبْ فَاطْرَحْ مَتَاعَكَ فِي الطَّرِيقِ

"Pergilah, dan taruhlah perabotan rumahmu ke jalan."

Laki-laki itu kemudian melakukannya, hingga orang-orang bertanya sebabnya. Iapun mengabarkan perilaku buruk tetanggnya hingga mereka bersimpati dengan melaknat sang tetangga. "Semoga Allah memberikan hukuman kepadanya” Kemudian tetangga itu mendatangi laki-laki tersebut dan berkata,

ارْجِعْ، لَا تَرَى مِنِّي شَيْئًا تَكْرَهُهُ

"Kembalilah pulang, engkau tidak akan lagi melihat sesuatu yang engkau benci dariku." [HR Abu Dawud]

 

Setiap kita hendaklah menyadari hak-hak tetangga. Jangan sampai perbuatan kita membuat tetangga terganggu hingga tidak kerasan di rumahnya. Rasil SAW bersabda :

مَا مِنْ جَارٍ يَظْلِمُ جَارَهُ وَيَقْهَرُهُ، حَتَّى يَحْمِلَهُ ذَلِكَ عَلَى أَنْ يَخْرُجَ مِنْ مَنْزِلِهِ، إِلَّا هَلَكَ

Tidaklah seseorang mendzalimi tetangganya dan memaksanya sehingga ia keluar (terusir) dari rumahnya melainkan ia akan binasa. [Adabul Mufrad]

 

Dulu ada kisah seseorang yang sukanya memutar lagu setiap hari di rumahnya dengan suara yang keras hingga seperti orang yang punya hajat. Tetangganya yang merasa terganggu akhirnya memberanikan diri untuk menegurnya. Si Tetangga berkata : Tolong matikan atau kecilkan volume musikmu!. Orang itu menjawab : “kenapa engkau berkata seperti itu? Bukankah ini adalah sound systemku sendiri yang aku beli sendiri, lagian aku memutarnya di rumahku sendiri, apa urusannya denganmu?” dengan nada tinggi. Tetangga berkata : Memang itu sound systemmu sendiri dan kamu beli sendiri, serta kau memutarnya di rumahmu sendiri, tapi kenapa suara sound-mu itu masuk ke dalam telingaku sendiri dan di rumahku sendiri?.

 

Banyak orang tidak menyadari bahwa kesukaan orang itu berbeda-beda maka hendaklah bijak dalam menggunakan barang milik sendiri, jangan sampai mengganggu tetangga. Dalam kaidah ushul disebutkan :

لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ أَنْ يَتَصَرَّفَ فِي مِلْكِهِ بِمَا يُؤْذِي بِهِ جَارَهُ

Tidak diperbolehkan bagi seseorang untuk mempergunakan harta yang dimilikinya dengan penggunaan yang bisa mengganggu tetangganya. [Al-Ihkam Syarah Ushulil Ahkam]

 

Hal ini seperti pesan Nabi SAW kepada sahabat Hakim RA, Rasul SAW bersbda :

وَلا تَرْفَعْ بِنَاءَكَ فَوْقَ بِنَائِهِ فَتَسُدَّ عَلَيْهِ الرِّيحَ وَلَا تُؤْذِهِ بِرِيحِ قِدْرِكَ إِلَّا أَنْ تَغْرِفَ لَهُ مِنْهَا

Janganlah engkau meninggikan bangunan rumahmu melebihi rumah tetangga yang menyebabkan terhalangnya angin berhembus kepadanya, dan janganlah kau menyakiti tetangga dengan aroma masakanmu melainkan engkau memberikan sebagian untuknya. [HR Thabrani]

 

Memang permasalahan dengan tetangga kerap terjadi, bahkan disebutkan dalam hadits utama di atas “Dua orang yang berseteru pertama kali di hari kiamat kelak adalah dua orang tetangga”.  [HR Ahmad] Dan dalam hadits lain, Nabi SAW bersabda :

كَمْ مِنْ جَارٍ مُتَعَلِّقٍ بِجَارِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ يَا رَبِّ هَذَا أَغْلَقَ بَابَهُ دُونِي فَمَنَعَ مَعْرُوفَهُ

Betapa banyak orang yang memegangi tetangganya di hari kiamat dan ia berkata : “Wahai tuhanku, orang ini telah menutup pintunya untukku sehingga ia mencegah kebaikannya. [HR Bukhari dalam Adabul Mufrad]

 

Maka hendaknya kita tidak mengganggu tetangga karena mengganggu tetangga akan menjadi urusan di dunia bahkan di akhirat kelak. Nabi SAW bersabda :

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya. [HR Muslim]

 

Dan sebaliknya kita harus berpikir bagaimana bisa membantu tetangga, membahagiakannya dan menjadikan mereka beruntung memiliki tetangga seperti kita. Jadilah tetangga terbaik di sisi Allah SWT. Nabi SAW bersabda :

خَيْرُ الْجِيْرَانِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ

“Sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah mereka yang paling baik kepada tetangganya.” [HR Tirmidzi].

 

Tentunya semua itu bukan untuk mencari pujian, namun supaya kita menjadi orang yang dicintai Allah SWT.  Rasul SAW bersabda : “Ada tiga golongan yang dicintai Allah, (salah satunya adalah) :

وَالرَّجُلُ يَكُونُ لَهُ الْجَارُ يُؤْذِيهِ جِوَارُهُ فَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُ حَتَّى يُفَرِّقَ بَيْنَهُمَا مَوْتٌ

seseorang yang memiliki tetangga yang menyakitinya tapi dia tetap bersabar hingga kematian memisahkan keduanya”. [HR Ahmad]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk tidak memikirkan kebahagiaan kita dan keluarga sendiri saja namun juga memikirkan kebahagiaan tetangga kita sehingga kita meraih bahagia di dunia dan akhirat. Amin...

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

 

 

Friday, May 5, 2023

MEMBUNUH ANAK KARENA CINTA

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Mughirah bin Syu’bah RA, Nabi SAW bersabda :

إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ الأُمَّهَاتِ وَوَأْدَ البَنَاتِ...

“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian ; durhaka kepada ibu dan memendam anak-anak perempuan hidup-hidup.” [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Viral seorang ayah (29 Tahun) di Gresik tega membunuh putri kandungnya (9 Tahun) yang sedang terlelap tidur pada (29/4/2023) sekitar pukul 04.30 WIB di rumah kontrakannya. Berdasarkan pengakuannya, sang ayah melakukan perbuatan keji tersebut karena ingin anaknya masuk surga dan tak ingin putrinya dibully temannya karena sang ibu bekerja sebagai LC (lady companion; wanita yang tugasnya menemani konsumen di tempat karaoke). Sang ayah menusuk putrinya sebanyak 24 kali dengan menggunakan pisau dapur. [kumparan com]

 

Pada tahun lalu, seorang ibu di Brebes juga tega merenggut nyawa tiga anaknya sendiri dengan alasan "demi kebaikan". Sang ibu mengaku melakukan pembunuhan tersebut karena ingin menyelamatkan anak-anaknya dari kemiskinan agar tidak hidup susah. Pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tua dengan alasan "demi kebaikan anak" dikenal pula sebagai “altruistic filicide”. Altruistic filicide adalah tindakan pembunuhan secara sengaja yang dilakukan kepada anak atas dasar "cinta". Orang tua meyakini bahwa tindakan tersebut dapat membebaskan anak dari kesulitan. Kesulitan ini bisa berupa kesulitan yang nyata maupun imajinasi yang dimiliki oleh orang tua. [Republika co id]

 

Kejadian ayah membunuh anak tidak hanya terjadi di zaman ini, hal demikian telah marak terjadi sejak zaman jahiliyah yang dikenal dengan istilah “Wa’dul Banat”, memendam anak-anak perempuan hidup-hidup sebagaimana disampaikan dalam hadits utama di atas. Allah SWT juga menyinggung soal tradisi buruk ini dengan Firman-Nya :

وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ بأَيّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ

dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh [QS At-Takwir : 8-9]

Dan juga dalam ayat lain disebutkan : “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. [QS An-Nahl : 58]

 

Ibnu Hajar Al-Asqalany menjelaskan bahwa membunuh anak khususnya anak perempuan dahulu dilakukan oleh orang-orang di masa jahiliyah karena mereka membenci anak perempuan. Orang pertama yang melakukannya adalah Qays bin Ashim At-Tamimy. Suatu ketika ada musuh menyerangnya dan berhasil mengambil putrinya sebagai tawanan kemudian dinikahinya. Setelah beberapa lama terjadilah perdamaian di antara mereka. Sang putri tadi disuruh memilih antara kembali ke ayahnya atau ia tetap hidup bersama suaminya lalu sang putri tanpa diduga memilih tetap hidup bersama suaminya yang tak lain adalah (mantan) musuh ayahnya. Sang Ayahpun murka dan merasa dipermalukan oleh putrinya sendiri dan sejak saat itu sang ayah yaitu Qays bersumpah jika sampai punya anak perempuan lagi maka ia akan menguburnya hidup-hidup. Lalu perbuatan ini menjadi tradisi dikalangan orang-orang arab jahiliyah. Ini adalah pembunuhan motif pertama.

 

Pembunuhan motif kedua adalah membunuh anak tanpa membedakan jenis kelamin, perempuan ataukah laki-laki. Pembunuhan ini dilakukan karena adanya anggapan bahwa anak akan mengurangi harta ayahnya dan ada pula pembunuhan yang dilakukan karena motif ekonomi yaitu sang ayah khawatir tidak memiliki nafkah untuk anaknya tersebut.

Pembunuhan ini dilakukan dengan modus, pertama-tama sang ayah menggali lubang di suatu tempat kemudian ia menyuruh istrinya ketika hendak melahirkan agar mendekat pada lubang tersebut. Ketika bayi keluar dan dilihat bahwa bayinya adalah perempuan maka sang ayah langsung membuangnya kedalam lubang dan segera memendamnya hidup-hidup. Ini adalah modus yang dilakukan pada pembunuhan motif pertama (motif gender).

Pada pembunuhan motif kedua (motif ekonomi), modus yang dilakukan adalah ketika anak laki atau perempuan berusia enam tahun maka sang ayah berkata kepada istrinya  :

طَيِّبِيْهَا وَزَيِّنِيْهَا لِأَزُوْرَ بِهَا أَقَارِبَهَا

“Berilah wewangian pada sang anak dan pakaikanlah pakaian yang bagus karena aku akan membawanya berkunjung ke rumah kerabat-kerabatnya”.

Lalu sang ayah keluar dengan membawa anak tersebut pergi. Ketika sampai di tengah perjalanan dan melewati satu sumur maka sang ayah berhenti lalu memerintahkan anak itu untuk mendekat dan melihat isi sumur tersebut. Dan saat itulah secara tiba-tiba sang ayah mendorong tubuh sang anak dari belakang hingga ia jatuh ke dalam sumur. Setelah itu sang ayah segera membuang tanah dan pasir ke dalam sumur untuk memendam anaknya. [Fathul Bari]

 

Dalam ajaran islam, membunuh anak adalah hal yang terlarang bahkan termasuk dosa besar. Anak laki-laki maupun perempuan dalam Islam mempunyai hak untuk hidup dan haknya ini tidak boleh direnggut oleh siapapun termasuk oleh Ayah atau ibunya sendiri. Allah SWT berfirman:

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang akan memberi rizqi kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. [QS al-Isra : 31]

 

Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu kasir berkata :

هَذِهِ الْآيَةُ الْكَرِيْمَةُ دَالَّةٌ عَلَى أَنَّ اللهَ تَعَالَى أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنَ الْوَالِدِ بِوَلَدِهِ لِأَنَّهُ يَنْهَى عَنْ قَتْلِ الْأَوْلَادِ

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah ta’ala lebih sayang terhadap hamba-Nya melebihi kasih sayang orang tua terhadap anaknya, karena Allah melarang orang tua membunuh anak-anaknya sendiri. [Tafsir Ibnu Kasir]

 

Umar bin Khattab RA berkata: “Suatu ketika datanglah tawanan perang kepada Nabi SAW, tiba-tiba ada seorang perempuan di antara tawanan itu (mencari anaknya untuk disusuinya karena) air susunya telah memenuhi teteknya, kemudian ia menemukan anaknya di antara para tawanan, lalu diambillah anaknya tersebut untuk disusuinya. Maka Nabi SAW bersabda kepada para sahabat: “Bagaimana menurut kalian, apakah mungkin ibu itu melemparkan anaknya ke dalam api? Para sahabat menjawab : ”Tidak mungkin selama dia mampu mencegahnya”. Nabi SAW bersabda :

لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا.

”Sungguh Allah lebih kasih sayang terhadap hamba-Nya melebihi kasih sayang ibu ini terhadap anaknya. [HR Bukhari]

 

Sungguh perbuatan yang kejam, orang tua membunuh anak meskipun dengan alasan cinta (Altruistic filicide) misalnya takut anaknya tidak mendapat makanan karena faktor kemiskinan, ataupun alasan lainnya. Dalam hal ini, Abdullah bin Mas’ud RA pernah bertanya kepada Rasulullah SAW:

أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ

“Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah ?”

 

Beliau menjawab: yaitu engkau menyekutukan Allah padahal Dialah yang menciptakanmu.

Abdullah berkata : sungguh itu adalah dosa besar. Kemudian apa lagi? Maka beliau menjawab :

وَأَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ تَخَافُ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ

“Engkau bunuh anakmu lantaran kamu takut dia makan bersamamu”. [HR Bukhari]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menyayangi anak-anak kita, baik laki-laki maupun perempuan dengan cara yang benar yaitu cara yang diajarkan oleh Allah dan Rasulullah SAW dalam ajaran Islam serta tidak mendzalimi mereka dengan cara apapaun.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]