ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ
فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
Orang
yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan, yaitu bahagia ketika berbuka dan
bahagia ketika bertemu tuhannya. [HR Muslim]
Catatan
Alvers
Pada
Ramadan tahun 2024 kali ini, topik yang hangat di media sosial yaitu “War takjil” (berburu makanan buka puasa
yang juga dilakukan oleh non muslim). Momen ini memperlihatkan antusiasme
masyarakat non-Islam yang disingkat dengan istilah “Nonis” dalam membeli
makanan takjil. Bahkan viral video pendeta Gereja Tiberias Indonesia yang
berkata : "Agama kita toleran, tapi takjil kita duluan. Jam 3 mereka masih
lemas, jam 3 kita sudah stand by." [fakta com] ada juga pendeta yang
memberi instruksi : “Disampaikan bagi seluruh jemaat bahwa pembukaan penjualan
takjil dimulai pada jam 3 sore jadi diharapkan untuk tetap berburu takjil”. [ig
obouthetic]
Terlepas
dari pro kontra pendapat netizen, maka saya melihat bahwa fenomena ini semakin
membuktikan kebenaran hadits Nabi SAW di atas yaitu : “Orang yang berpuasa
memiliki dua kebahagiaan, yaitu bahagia ketika berbuka dan bahagia ketika
bertemu tuhannya”. [HR Muslim] bahkan dari dahsyatnya sabda Nabi ini, mereka
para nonis juga ikut bahagia dan senang dengan makanan takjil yang pada awalnya
disiapkan hanya untuk dijual ke orang-orang
islam yang berpuasa. Subhanallah!.
Istilah
takjil berasal dari bahasa Arab “Ta’jil” yang merupakan bentuk mashdar dari
Fiil Madli Mudlari, Ajjala Yu’ajjilu yang artinya menyegerakan. Maka Takjil
dalam kamus didefinisikan sebagai mempercepat berbuka puasa. [KBBI] Tentunya
takjil ini dilaksanakan setelah masuk waktunya (maghrib). Imam Bukhari dalam
Shahihnya menulis Bab ini secara khusus yaitu Babu Ta’jilil Ifthar (Bab
mengenai menyegerakan berbuka puasa).
Disunnahkan
untuk menyegerakan berbuka puasa jika sudah yakin maghrib tiba. Dan makruh menunda buka puasa jika dilakukan dengan
sengaja dan disertai keyakinan akan baiknya penundaan tersebut. [Ianatut
Thalibin] Suatu ketika Abu Athiyyah dan Masruq (keduanya adalah tabi’in)
bertanya kepada Aisyah. “Wahai Ummul Mukminin, Ada dua orang sahabat yang satu
ia menyegerakan berbuka puasa dan menyegerakan shalat (maghrib) dan yang kedua,
ia mengakhirkan berbuka dan mengakhirkan shalatnya”. Maka Aisyah pun bertanya,
"Siapa yang menyegerakan berbuka dan shalat?" Mereka menjawab :
"Abdullah (Ibnu Mas'ud)." Aisyah berkata :
كَذَلِكَ كَانَ يَصْنَعُ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Seperti
itulah yang diperbuat oleh Rasul SAW."
Abu
Kuraib menambahkan : Orang kedua yang dimaksud adalah Abu Musa. [HR
Muslim] dan dalam riwayat lain
redaksinya adalah orang yang menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan sahur
dan orang yang mengakhirkan berbuka puasa dan menyegerakan sahur. [HR
An-Nasa’i]
Anas
bin Malik berkata : Rasul SAW berbuka sebelum shalat mahgrib dengan beberapa
Rutab (Kurma basah), jika tidak ada maka
dengan beberapa tamr (kurma kering) dan jika tidak ada, maka beliau
minum beberapa teguk air. [HR Abu Dawud] Rasul SAW bersabda :
لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا
الْفِطْرَ
“Manusia
senantiasa dalam kebaikan selama ia menyegerakan berbuka puasa.” [HR Bukhari]
Dalam
riwayat lain terdapat tambahan :
عَجِّلُوا الْفِطْرَ فَإِنَّ الْيَهُودَ
يُؤَخِّرُونَ
Segerakanlah
berbuka puasa karena orang Yahudi mengakhirkan buka puasanya. [HR Ibnu Majah]
Menyegerakan
berbuka puasa merupakan perilaku yang dicintai Allah. Dalam hadits disebutkan :
إِنَّ مِنْ أَحَبِّ الْعِبَادِ اِلَى اللهِ
مَنْ كَانَ أَعْجَلَ إِفْطَارًا
Sesungguhnya
hamba yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling menyegerakan berbuka
puasa. [HR Ibnu Hibban]
Tidak
hanya menganjurkan, Nabi SAW sendiri juga melakukannya. Beliau bersabda :
أُمِرْنَا مَعَاشِرَ الأَنْبِيَاءِ أَنْ
نُعَجِّلَ إِفْطَارَنَا وَنُؤَخِّرَ سُحُورَنَا وَنَضْرِبَ بِأَيْمَانِنَا عَلَى
شَمَائِلِنَا فِى الصَّلاَةِ
Kami
para Nabi, diperintahkan agar menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur serta
meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika shalat. [HR Daruqutni]
Para
sahabat juga demikian, Amru bin Maimun berkata :
كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْرَعَ النَّاسِ إِفْطَارًا وَأَبْطَأَهُ سُحُورًا
Para
sahabat Nabi SAW mereka adalah orang yang paling awal berbuka dan paling akhir
sahurnya. [Mushannaf Abdir Razzaq]
Dari
uraian keutamaan takjil di atas maka wajar jika dalam hadits disebutkan :
مِنْ فِقْهِ الرَّجُلِ فِي دِيْنِهِ تَعْجِيْلُ
فِطْرِهِ وَتَأْخِيْرُ سُحُوْرِهِ
Di
antara tanda seseorang paham agamanya adalah menyegerakan berbuka puasanya dan
mengakhirkan sahurnya. [HR Ibnu Asakir]
Selanjutnya
mengenai sisi kebahagiaan berbuka puasa yang terdapat pada hadits utama di
atas, Al-Qurthubi berkata : “bahagia yang dimaksud disebabkan lepasnya dahaga
dan hilangnya lapar dengan berbuka puasa. Ini adalah kebahagiaan alamiyah dan ini
adalah perkara yang dipahami secara spontan. Namun ada pendapat yang mengatakan
bahwa kebahagiaan yang yang dimaksud adalah kebahagiaan karena seseorang bisa
menyempurnakan puasanya, merampungkan ibadahnya dan mendapat dispensasi dari
tuhannya serta pertolongan untuk puasa kedepannya”. Lalu ia berkata :
قُلْتُ وَلَا مَانِعَ مِنَ الْحَمْلِ
عَلَى مَا هُوَ أَعَمُّ مِمَّا ذُكِرَ فَفَرْحُ كُلِّ أَحَدٍ بِحَسَبِهِ لِاخْتِلَافِ
مَقَامَاتِ النَّاسِ فِي ذَلِكَ
Dan
menurutku tidak ada masalah jika kebahagiaan itu dipahami dengan jangkauan yang
lebih luas dari itu karena setiap akan orang merasakan kebahagiaan yang
berbeda-beda sesuai dengan taraf kedudukannya masing-masing. [Fathul Bari]
Al-Baihaqi
berkata : “Kebahagiaan tersebut dirasakan karena seseorang akan mendapatkan
pahala yang luar biasa yang tak seorangpun tahu akan hakikatnya dan juga
dikarenakan ia diperbolehkan untuk berbuka serta ia dilarang mengakhirkan
bukanya sehingga ia menyambung puasa (wishal) dengan esok harinya, karena yang
demikian itu akan dapat menyebabkan kebinasaannya. Dan lagi terdapat janji
bahwa orang yang berpuasa akan mendapatkan doa mustajabah ketika berbuka serta
harapan mendapatkan kebahagiaan kelak di hari kiamat karena mendapat pahala
yang besar”. [Syu’abul Iman]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk selalu
meneladani sunnah Nabi dalam berpuasa sehingga kita bisa merasakan dua kebahagiaan
karena puasa kita.
Salam
Satu Hadits
Dr.H.Fathul
Bari.,SS.,M.Ag
Pondok
Pesantren Wisata
AN-NUR
2 Malang Jatim
Ngaji
dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo
Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu
Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada
supaya sabda Nabi SAW menghiasi dunia
maya dan menjadi amal jariyah kita semua.