إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Wednesday, June 28, 2023

HIKMAH MELEMPAR JAMRAH

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Aisyah RA, Rasul SAW bersabda :

إِنَّمَا جُعِلَ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ وَبَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَرَمْيُ الْجِمَارِ لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللَّهِ

Thawaf di baitullah, Sai antara shafa dan marwah serta melempar jamrah itu dijadikan sarana untuk menegakkan dzikir kepada Allah. [HR Abu Dawud]

 

Catatan Alvers

 

Setelah wukuf di arafah, saudara kita yang sedang menunaikan haji mereka menuju muzdalifah untuk mabit sambil mencari kerikil lalu ke mina untuk melempar jamrah. Jamrah berasal dari bahasa Arab, jamrah yang artinya “Al-Hashatu As-shaghirah” batu kecil atau kerikil, bentuk jamaknya adalah jimar, jamarat [Kamus Almaany]. Dan tempat pelemparan batu di mina juga disebut dengan nama jamrah, jamarat. [Tajul Arus]

 

Jabir bin Abdillah RA berkata : Aku melihat Nabi SAW sedang melempar jumrah dengan memakai batu kerikil “Khadzf”. [HR Muslim] dan beliau memerintahkan untuk menggunakan kerikil “Khadzf”. [HR An-Nasa’i]  Yang dimaksud dengan kerikil “Khadzf” adalah batu kecil yang digunakan dalam permainan melempar oleh orang arab yaitu dengan cara meletakkan batu kecil antara jari telunjuk dan ibu jari dari tangan kiri lalu disentil dengan jari telunjuk tangan kanan. [Al-Muntaqa Syarah Al-Muawattha’] Hal ini supaya tidak membahayakan orang lain. Beliau bersabda :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ لَا يَقْتُلْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَإِذَا رَمَيْتُمْ الْجَمْرَةَ فَارْمُوا بِمِثْلِ حَصَى الْخَذْفِ

“Wahai sekalian manusia, janganlah sebagian dari kalian membunuh sebagian yang lain. Jika kalian melempar jumrah, maka lemparlah dengan batu seukuran batu khadzf.’” [HR Abu Dawud]

 

Setiap ibadah tentu memiliki hikmah. Para ulama berkata :

أَصْلُ الْعِبَادَةِ الطَّاعَةُ وَكُلُّ عِبَادَةٍ فَلَهَا مَعْنًى قَطْعًا لِأَنَّ الشَّرْعَ لَا يَأْمُرُ بِالْعَبَثِ

Dasar ibadah itu adalah ketaatan dan setiap ibadah pastilah memiliki makna karena syariat tidak memerintahkan kita untuk bermain-main (melakukan sesuatu tanpa ada tujuannya). [Al-Majmu Syarah Al-Muhaddzab]

 

Dalam lanjutannya disebutkan “Namun makna ibadah terkadang ada yang bisa dipahami oleh seorang mukallaf dan terkadang tidak... dan diantara ibadah yang tidak dipahami maknanya adalah  sa’i dan melempar jamrah. Seorang hamba dibebankan untuk melakukannya supaya ketaatannya sempurna karena ibadah semam ini tidak ada bagian pada jiwa dan akal dan tidak bisa dipahami melainkan hanya memenuhi perintah dan ketundukan dan sempurna. [Al-Majmu Syarah Al-Muhaddzab]

 

Meskipun demikian, ritual melempar jumrah dalam Ibadah Haji ini memiliki akar sejarah yang erat dengan peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasul SAW bersabda :  

لَمَّا أَتَى إِبْرَاهِيمُ خَلِيلُ الرَّحْمَنِ الْمَنَاسِكَ عَرَضَ لَهُ الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْجَمْرَةِ فَرَمَاهُ بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ حَتَّى سَاخَ فِي الْأَرْضِ

“Ketika Nabi Ibrahim kekasih Allah melakukan manasik haji, tiba-tiba setan menampakkan diri di hadapan beliau di jumrah. Lalu Nabi Ibrahim melempari setan itu dengan tujuh kerikil, hingga setan itupun masuk ke dalam tanah” .

 

Dalam lanjutan hadits disebutkan : Setan itu menampakkan dirinya kembali di jumrah yang kedua. Lalu Nabi Ibrahim melempari setan itu kembali dengan tujuh kerikil, hingga setan itupun masuk ke dalam tanah. Kemudian setan menampakkan dirinya kembali di jumrah ketiga. Lalu Nabi Ibrahim pun melempari setan itu dengan tujuh kerikil, hingga setan itu masuk ke dalam tanah“.

Lalu Ibnu Abbas RA berkata :

الشَّيْطَانُ تَرْجُمُونَ، وَمِلَّةُ أَبِيكُمْ تَتَّبِعُونَ

“Kalian melempari setan dan kalian mengikuti agama ayah kalian Ibrahim“. [Al-Mustadrak Alas Shahihayn]

 

Berbicara mengenai melempar Jumrah maka berbicara mengenai batu dan orang Indonesia banyak yang senang dengan batu dengan segala jenisnya, maka yang perlu diperhatikan adalah apa yang disampaikan oleh Imam Syafi’i beliau berkata :

لَا خَيْرَ فِي أَنْ يُخْرَجَ مِنْ حِجَارَةِ الْحَرَمِ وَلَا تُرَابِهِ شَيْءٌ إلَى الْحِلِّ

Tiada gunanya membawa bebatuan atau debu keluar dari tanah haram ke tanah halal. [Al-Umm]

 

Imam Syafi’i mengisahkan bahwa Abdul A'la bin Abdillah bin Amir berkata : "Suatu hari aku bersama ibuku datang ke Mekkah, lalu kami mendatangi Shafiyah binti Syaibah dan beliau membawa kami ke bukit shafa, kemudian Shafiyah memberi kami pecahan batu dari bukit shafa kemudian kami membawa potongan tersebut ke luar tanah Haram hingga sampai di satu desa, namun seluruh rombongan kami terkena penyakit. Kemudian ibuku berkata : "Apa yang menimpa kita tidak lain adalah karena kita telah mengeluarkan batu ini dari tanah Haram" lalu beliau berkata : "Kembalikan ini (batu) kepada Shofiyah, katakan kepadanya”  :

إنَّ اللَّهَ جَلَّ وَعَلَا وَضَعَ فِي حَرَمِهِ شَيْئًا فَلَا يَنْبَغِي أَنْ يَخْرُجَ مِنْهُ

"Sesungguhnya Allah telah meletakkan di tanah Haram sesuatu yang tidak layak dibawa keluar tanah haram".

 

Lalu aku pun berangkat mengembalikan batu tersebut ke tanah Haram. Ketika aku kembali kepada rombongan, mereka berkata "Tiba-tiba kami semua sehat kembali saat engkau memasuki tanah Haram, seakan-akan kami bebas dari belenggu". [Al-Majmu' Syarah Muhaddab]

 

Lantas bagaimana jika ada yang membawa keluar tanah haram?. Imam Al-Mawardi berkata :

فَإِنْ أَخْرَجَ مِنْ حِجَارَةِ الْحَرَمِ أَوْ مِنْ تُرَابِهِ شَيْئًا فَعَلَيْهِ رَدُّهُ إِلَى مَوْضِعِهِ وَإِعَادَتُهُ إِلَى الْحَرَمِ

Jika seseorang membawa keluar batu atau debu dari tanah haram maka ia wajib untuk mengembalikannya ketempatnya di tanah haram. [Al-Hawi Al-Kabir]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa mempelajari ajaran Islam sehingga tidak salah dalam berbuat dan mengamalkan ajaran Islam.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak

Tuesday, June 27, 2023

TAKBIR IDUL ADHA

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :

مَا أَهَلَّ مُهِلٌّ قَطُّ إِلا بُشِّرَ، وَلا كَبَّرَ مُكَبِّرٌ قَطُّ إِلا بُشِّرَ.

“Tidaklah seseorang bertalbiyah melainkan ia mendapat kabar gembira dan tidaklah seseorang bertakbir melainkan ia mendapat kabar gembira”. [HR Thabrani]

 

 

Catatan Alvers

 

Ketika hari raya, takbir berkumandang dan asma Allah menggema di seluruh penjuru. Bertakbir sangat besar keutamaannya sebagaimana dalam hadits di atas dan dalam lanjutannya ditanyakan kepada beliau : Wahai Rasulallah, apakah seseorang bertakbir itu akan mendapat kabar gembira berupa surga. Rasul SAW menjawab : Ya. [HR Thabrani] Dalam hadits lain, Rasul SAW bersabda :

التَّسْبِيحُ نِصْفُ الْمِيزَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ يَمْلَؤُهُ وَالتَّكْبِيرُ يَمْلَأُ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

"Tasbih adalah setengah mizan (timbangan), Al-Hamdulillah memenuhi mizan (timbangan), sedangkan takbir memenuhi antara langit dan bumi”. [HR Ahmad]

 

Takbir artinya mengagungkan. “Allahu Akbar” artinya Allah maha besar. Kita diperintahkan untuk bertakbir. Dalam beberapa ayat misalnya disebutkan :

وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ ... وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ ... وَكَبِّرْهُ تَكْبِيراً  ...

dan supaya kalian semua mengagungkan Allah.. [QS Al-Baqarah : 185]. Dan tuhanmu agungkanlah...[QS Al-Mudastsir : 3]  agungkanlah ia... [QS Al-Isra : 111]

 

Ibnu Hajar berkata : “Sighat” (Redaksi) takbir yang paling shahih adalah apa yang diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dengan sanad yang shahih dari salman, ia berkata : Bertakbirlah kalian semua. “Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar kabira” [Fathul Bari]

 

Dan shighat takbir “Al-Mahbubah” (yang sukai) ketika hari raya adalah :

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

dibaca sebanyak 3X.

 

Ada kisah dibalik asal usul takbir hari raya idul Adha ini. Syeikh Akmaluddin Al-Hanafi berkata: Ketika Malaikat Jibril datang dengan membawa domba fida’ (tebusan pengganti isma’il) malaikat khawatir Nabi Ibrahim tergesa-gesa maka Malaikat Jibril mengumandangkan :

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ

(Sebanyak 3 X)

Ketika Nabi Ibrahim AS melihatnya, Maka beliau menyahutinya :

لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ

Setelah Nabi Ismail AS mengetahui perihal domba fida’ maka ia bertakbir :

اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

[Hasyiyah Al-Jamal]

 

Dan Imam Syafii berkata :

مَا زَادَ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ فَحَسَنٌ

Jika ditambahi dzikir maka itu adalah baik. [Al-Majmu’]

dan selanjutnya sebagaimana keterangan Imam Syaf’i dalam kitab Al-Umm sebaiknya ditambah dengan :

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ الله بكرة وأصيلا لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا إيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إله إلا الله والله أكبر

[Fathul Wahhab]

 

Redaksi ini sebagaimana terdapat dalam doa ifititah. Ibnu Umar berkata : "Ketika kami shalat bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba seseorang mengucapkan Allahu Akbar Kabiraw Wal Hamdu Lillahi Katsiiraw Wasubhaanallaahi Bukratan Wa Ashiilan (Maha Besar Allah, dan segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang)." Lantas Rasulullah SAW bertanya: "Siapakah yang mengucapkan kalimat tadi?" Seorang sahabat menjawab; "Saya wahai Rasulullah." Beliau bersabda:

عَجِبْتُ لَهَا فُتِحَتْ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ

"Sungguh aku sangat kagum dengan ucapan tadi, sebab pintu-pintu langit dibuka karena kalimat itu." [HR Muslim]

 

Takbir yang disunnahkan ketika hari raya idul adha itu dimulai dari terbenamnya matahari  hingga Imam Shalat Id melakukan takbiratul ihram untuk melaksanakan shalat id. Takbir ini dikumandangkan dengan suara lantang tidak hanya di masjid tapi juga rumah-rumah, di jalan raya bahkan di pasar, baik ketika duduk, berjalan, menyetir kendaraan ataupun ketika posisi tiduran. Takbir yang demikian disebut dengan takbir “Mursal wal Mutlaq”. Dan takbir ini secara khusus disunnahkan diakhirkan dari dzikir bakda shalat. Dan Takbir ini tidak berlaku untuk orang yang sedang berhaji karena syiar mereka adalah membaca talbiyah.

 

Takbir dalam momen Idul Adha juga disunnahkan setiap selepas melakukan shalat, baik shalat fardlu maupun shalat sunnah, dimulai waktu subuh pada hari Arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah atau H-1 hari raya hingga takbir yang dibaca setelah menunaikan shalat ashar pada hari tasyriq terakhir atau tanggal 13 Dzulhijjah. Takbir demikian disebut dengan takbir “Muqayyad”. Dan takbir ini didahulukan dari dzikir bakda shalat. [Nihayatul Muhtaj]

 

Takbir juga disunnahkan pada 10 hari pertama bulan dzulhijjah tepatnya ketika seseorang melihat binatang ternak atau mendengar suaranya. Allah SWT berfirman :

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ

dan supaya manusia menyebut nama Allah pada hari “Ayyam Ma’lumat” atas rezki yang Allah telah karuniakan kepada mereka berupa binatang ternak [QS Al-Hajj : 28]

 

Ibnu ‘Abbas RA Menjelaskan :

وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِى أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ أَيَّامُ الْعَشْرِ ، وَالأَيَّامُ الْمَعْدُودَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ

“Berdzikirlah kalian pada Allah di “Ayyam Ma’lumat” (hari-hari yang diketahui), yaitu 10 hari pertama Dzulhijah dan juga pada “Ayyam Ma’dudat” (hari-hari yang ditentukan), yaitu hari-hari tasyriq (Tanggal 11,12,13 Dzulhijjah).” [Shahih Bukhari]

 

Hikmah takbir ketika melihat setiap binatang ternak adalah untuk mengingat binatang kurban yang dianjurkan untuk disembelih sehingga termotivasi untuk berkurban ketika sudah masuk waktunya. Dan kedua, untuk mengingatkan bahwa menyembelih binatang ternak semisal yang dilihatnya merupakan syi’ar pada hari-hari kurban dan untuk mengagungkan Allah ta’ala. [Nihayatul Muhtaj]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk terus mengagungkan asma Allah utamanya di hari-hari ini dan semoag kita senantiasa dapat melakukan perintah dan ajaran Allah SWT.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Monday, June 26, 2023

HARI ARAFAH BERBEDA?

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasul SAW bersabda :

صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلَاثِينَ

Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berhentilah puasa (berhari raya) karena melihat hilal dan jika terhalang mendung maka sempurnakanlah hitungan bulan 30 hari. [HR An-Nasa’i]

 

Catatan Alvers

 

Terjadi kebingungan berjamaah, kesimpang siuran massal. Ya, banyak orang bertanya-tanya, mengapa tanggal 9 Dzulhijjah atau hari Arafah di Indonesia berlainan hari dengan wukufnya jamaah haji di padang Arafah, Mekkah? Mengapa pula Hilal permulaan dzulhijjah 2023 ini di Indonesia lebih akhir dari saudi padahal waktu sholat di Indonesia lebih awal?

 

Persoalan pertama. mengapa kita di Indonesia tidak ikut saudi dalam penetapan awal bulan dzulhijjah? Jawabnya karena ada hadits yang populer dikenal dengan hadits kuraib. Beragama itu pakai dogma (wahyu), bukan pakai logika ansich. Hadits kuraib yang dimaksud adalah hadits yang diriwayatkan oleh Kuraib dengan nama lengkap yaitu Abu Rusydain, Kuraib bin Abi Muslim Al-Hasyimiy, maula Ibnu 'Abbas, Seorang tabi'in yang lahir di madinah dan wafat pada tahun 98 H. Hadits kuraib ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Shahih Muslim tepatnya pada bab :

بَاب بَيَانِ أَنَّ لِكُلِّ بَلَدٍ رُؤْيَتَهُمْ وَأَنَّهُمْ إِذَا رَأَوْا الْهِلَالَ بِبَلَدٍ لَا يَثْبُتُ حُكْمُهُ لِمَا بَعُدَ عَنْهُمْ

Bab menerangkan bahwasannya setiap negara memiliki rukyah sendiri-sendiri dan jika penduduk di satu negeri telah melihat hilal maka hukum rukyatnya tidak dapat ditetapkan untuk penduduk (negeri lain) yang jauh.

 

Dari judul yang ditulis oleh Imam Muslim ini saja, permasalahan tersebut sudah jelas jawabannya. Imam Muslim mengemukakan bahwa setiap negara itu memiliki rukyat yang bisa jadi berbeda dengan negara lain yang jauh sehingga tidak harus satu tanggal itu bersamaan seluruh dunia sebagaimana terjadi perbedaan dalam penetapan hari arafah dan idul adha tanun ini.

 

Berikut ini adalah haditsnya. “Diriwayatkan dari Kuraib : Sesungguhnya Ummu Fadl binti Al-Harits telah mengutusnya menemui Mu’awiyah di Syam. Kuraib berkata: Lalu aku datang ke Syam, terus aku selesaikan semua keperluannya. Dan tampaklah olehku (bulan) Ramadlan, sedang aku masih di Syam, dan aku melihat hilal (Ramadlan) pada malam Jum’at. Kemudian aku datang kembali ke Madinah pada akhir bulan (Ramadlan), lalu Abdullah ibnu Abbas bertanya kepadaku (tentang beberapa hal), kemudian ia menyebutkan tentang hilal, lalu ia (ibnu Abbas) bertanya ; “Kapan kamu melihat hilal (Ramadlan) ? Jawabku : “Kami melihatnya pada malam Jum’at”. Ia (ibnu Abbas) bertanya lagi : “Engkau melihatnya (sendiri) ?” Jawabku : “Ya ! Dan orang banyak juga melihatnya, lalu mereka puasa dan Mu’awiyah (gubernur syiria mulai tahun 693 M di masa khalifah Umar bin Khattab) juga berpuasa”. Ia (ibnu Abbas) berkata : “Tetapi kami melihatnya pada malam Sabtu, maka kami akan terus berpuasa sampai sempurna tiga puluh hari atau sampai kami melihat hilal (bulan Syawwal) “. Aku (Kuraib) bertanya :

أَلَا تَكْتَفِي بِرُؤْيَةِ مُعَاوِيَةَ وَصِيَامِهِ

“Apakah tidak cukup engkau berpedoman dengan mengikuti ru’yatul hilalnya Mu’awiyah (negeri syam) dan puasanya?

(ibnu Abbas) menjawab :

لَا، هَكَذَا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Tidak (Kami di madinah tidak mengikuti rukyatnya penduduk Syam) ! Begitulah Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami”. [HR Muslim]

 

Keterangan Ibnu Abbas menegaskan bahwa rukyat negeri syam ( saat ini mejadi beberapa negara meliputi Palestina, Yordania, Lebanon dan Suriah), itu tidak otomatis berlaku di madinah yang berjarak kurang lebih 1,200 KM dari negeri syam (suriah). Jika demikian maka rukyatul hilalnya madinah atau mekkah tidak otomatis berlaku di negeri kita Indonesia yang jaraknya lebih jauh dari syam, yaitu nya sekitar 12.000 KM (Via Darat Goggle Map) yakni 10 Kali lipatnya jarak madinah ke Syam.

 

Jadi perbedaan hari arafah dan idul adha antara Indonesia dan saudi itu bukanlah sesuatu yang patut dipermasalahkan. Mungkin kita berpikir bahwa orang islam itu hidup di zaman ini dimana dengan medsos dan internet sehingga kita dengan mudah mengetahui kapan hari arafah di mekkah. Namun coba bayangkan kalau kita hidup 1000 tahun sebelumnya, dimana belum ada teknologi komunikasi seperti sekarang, bagaimana bisa kita mengetahui dengan cepat bahwa hari ini adalah hari arafah jika harus disamakan dengan hari wukufnya jamaah haji? Boleh jadi hari arafah sudah lewat sebulan baru informasi itu sampai kepada kita di Indonesia. Lantas, kapan puasanya kalo begitu?

 

Hal yang sama juga ditegaskan oleh ulama saudi terkemuka dari kalangan wahaby yaitu Syeikh M Shalih Al-Utsaymin. Ulama yang wafat di jeddah pada tahun 2001 yang dikenal sebagai ahli dalam Fiqh juga sains, Murid dari Ulama wahabi ternama yaitu Syeikh Abdurrahman As Sa’di dan Syeikh Abdul Aziz bin Baz. Syeikh Utsaymin berkata “maka dari itu berpuasalah kalian dan berhari rayalah sesuai dengan penduduk negeri dimana kalian berada saat itu, baik itu bersamaan dengan negeri asal kalian ataukah berbeda”.  Dan beliau melanjutkan :  

وَكَذَلِكَ يَوْمُ عَرَفَةَ اِتَّبِعُوا الْبَلَدَ الَّذِي أَنْتُمْ فِيْهِ

“Begitu pula penetapan hari Arafah, Ikutilah negeri dimana kalian berada saat itu”. [Majmu Fatawa Wa Rasail Al-Utsaymin]

 

Itu artinya kalau seseorang sedang berada di Indonesia maka ikutilah hasil rukyat di Indonesia untuk berpuasa hari Arafah, meskipun ia bukan orang asli kelahiran indonesia. Jadi penetapan hari Arafah bukan dengan mengikuti penetapan hilal negera Saudi Arabia.

 

Pertanyaan kedua, mengapa pula Hilal permulaan dzulhijjah di Indonesia lebih akhir dari saudi padahal waktu sholat di Indonesia lebih awal dari saudi sekitar 4 jam? Alvers. Hal ini dikarenakan bahwa acuan waktu sholat itu berbeda dengan acuan penetapan tanggal. Sholat itu ditetapkan waktu-waktunya berdasarkan kepada posisi matahari, misalnya ketika matahari telah bergeser dari tengah langit menuju ke arah tenggelamnya (barat) menandakan masuk waktu zhuhur. Ketika matahari telah tenggelam menandakan masuk waktu maghrib, terbitnya matahari menandakan habisnya waktu sholat subuh. Sementara penetapan tanggal itu berdasarkan kepada posisi bulan. Bulan sabit atau dikenal pula dengan hilal yang terlihat itu menandakan awal bulan atau tanggal 1 dari setiap bulannya sebagaimana hadits utama di atas. Dan kita tahu bahwa matahari dan bulan memiliki karakteristik yang berbeda, matahari munculnya dari timur dan sedangkan bulan atau hilal itu munculnya dari barat. Dengan demikian, untuk waktu sholat Indonesia lebih dahulu karena indonesia berada di arah timur sementara 1 dzulhijjah yang berdasarkan bulan, saudi bisa jadi lebih dahulu dari Indonesia karena saudi berada di arah barat kita.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk beribadah dengan berpedoman ilmu para Ulama yang bersumber dari ajaran Nabi SAW dan tidak menjadikan perbedaan pendapat sebagai adzab akan tetapi sebagai rahmat.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

 

 

 

Friday, June 16, 2023

GOOD LOOKING

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abi Ishaq, Ia berkata :

سُئِلَ الْبَرَاءُ أَكَانَ وَجْهُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ السَّيْفِ قَالَ لَا بَلْ مِثْلَ الْقَمَرِ

Al-Barra’ pernah ditanya : Apakah wajah Nabi SAW seperti pedang? Ia menjawab : tidak, akan tetapi wajah beliau seperti rembulan. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Good looking yang artinya enak dilihat, biasanya lebih mengarah pada penampilan fisik seseorang, baik itu tampan atau cantik. good looking tidak hanya sebagai syarat lowongan pekerjaan namun sekarang juga menjadi syarat pendaftaran menjadi mahasiswa Universitas Brawijaya, tepatnya pada Program Studi Diploma III Keuangan Perbankan dengan Bidang Minat Perbankan. Syarat lainnya adalah Tinggi badan minimal 160 cm - 165 cm dengan berat badan proporsional. [kompas com]

 

Good looking merupakan satu anugerah Allah yang harus disyukuri. Nabi SAW sendiri memiliki wajah rupawan laksana rembulan, sebagaimana pernyatan Al-Barra’ di atas. Ketika melihat wajah tampannya dalam cermin, beliau bersyukur sambil mengucap :

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي سَوَّى خَلْقِي فَعَدَلَهُ، وَكَرَّمَ صُورَةَ وَجْهِي فَحَسَّنَهَا، وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Segala puji bagi Allah yang telah menyempurnakan dan memperbaiki penciptaan fisikku, Memuliakan rupa wajahku, maka Dia membaguskannya dan menjadikan aku termasuk orang-orang Islam." [HR Al-Baihaqi].

 

Dahulu Good looking merupakan takdir Allah yang tak bisa dirubah, namun sekarang Good looking bisa diupayakan sehingga orang berlomba-lomba menggunakan skin care, perawatan dokter bahkan banyak yang melakukan operasi plastik supaya bisa tampil cantik dan tampan. Sebagai kelebihan, good looking menjadi pertimbangan banyak orang untuk menikahi wanita sejak dahulu sehingga Nabi SAW bersabda :

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا

Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. [HR Bukhari]

 

Bahkan memandang wajah yang rupawan bisa menghilangkan kesusahan (asal bukan maksiat). Penyair berkata (dalam bahar rajaz) :

ثَلَاثَةٌ تَجْلُو عَنِ الْقَلْبِ الْحَزَنْ  :: اَلْمَاءُ وَالْخُضْرَةُ وَالْوَجْهُ الْحَسَنْ

Ada tiga perkara yang bisa menghilangkan kesusahan hati, yaitu (melihat) air (yang mengalir), (melihat) pemandangan yang hijau dan (melihat) wajah yang rupawan. [Ghida’ul Albab]

 

Berbicara soal good looking (khususnya ketampanan) maka semua orang akan merujuk kepada Nabi Yusuf AS, sosok manusia yang paling tampan dalam sejarah hingga membuat para wanita terkesima sampai-sampai mereka mengira bahwa Nabi Yusuf adalah seorang malaikat karena saking tampannya. Dalam Al-Qur’an disebutkan :

فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ

“Tatkala wanita-wanita itu melihat yusuf, mereka kagum dengan ketampanannya, dan mereka mengiris-ngiris jari tangannya sambil berkata: “Maha sempurna Allah, ini (Yusuf) bukanlah manusia, sesungguhnya ini tidak lain adalah malaikat yang mulia. ” [QS. Yusuf: 31].

 

Ketampanan Nabi Yusuf pernah disaksikan oleh Nabi muhammad SAW ketika bertemu dengannya saat mi’raj. Beliau memberikan testimoni :

فَإِذَا أَنَا بِيُوسُفَ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا هُوَ قَدْ أُعْطِىَ شَطْرَ الْحُسْنِ

“Di sana Aku bertemu Yusuf AS, ternyata beliau diberi setengah dari ketampanan (semua manusia).” [HR. Muslim]

 

Ketampanan dapat menarik perhatian dari banyak orang bahkan menjadikan seseorang disenangi dan dicintai sehingga akan mendatangkan hal-hal positif seperti diterima kerja, diterima kuliah bahkan dinikahi oleh orang yang dikehendaki. Namun demikian, ternyata terkadang good looking terkadang mendatangkan risiko dan bahaya. Hal ini sebagaimana ketika dua orang pemuda di penjara menyatakan bahwa mereka sangat senang dan cinta (Hubban Syadida) kepada Nabi Yusuf, maka Nabi Yusuf berkata :

إِنَّهُ مَا أَحَبَّنِي أَحَدٌ إِلَّا دَخَلَ عَلَيَّ مِنْ مَحَبَّتِهِ ضَرَرٌ، أَحَبَّتْنِي عَمَّتِي فَدَخَلَ عَلَيَّ الضَّرَرُ بِسَبَبِهَا، وَأَحَبَّنِي أَبِي فَأُوْذِيْتُ بِسَبَبِهِ، وَأَحَبَّتْنِي اِمْرَأَةُ الْعَزِيْزِ فَكَذَلِكَ،

Tidaklah seseorang senang dan mencintaiku kecuali hal itu akan mendatangkan bahaya bagiku. Dulu aku disukai oleh bibiku, lalu aku tertimpa bahaya karenanya (dengan dituduh mencuri). Aku dicintai oleh ayahku, lalu aku disiksa (saudara-saudaraku) karenanya. Dan aku dicintai oleh istri Al-Aziz (seorang mentri Mesir) lalu seperti itu pula (Aku dipenjara). [Tafsir Ibnu Katsir]

 

Good looking, ketampanan dan kecantikan bisa menarik lawan jenis dan dari sinilah bisa jadi awal perselingkuhan dimulai. Maka dari itu Nabi SAW mengajarkan penangkalnya. Rasul SAW bersabda :

إِذَا أَعْجَبَتْ أَحَدَكُمْ الْمَرْأَةُ فَلْيَعْمِدْ إِلَى امْرَأَتِهِ فَلْيُوَاقِعْهَا فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مِنْ نَفْسِهِ

“Ketika ada wanita membuat salah seorang dari kalian terpesona, maka hendaklah ia segera mendatangi istrinya, lalu segera menjimaknya, sebab hal itu dapat menolak gejolak nafsunya.” [HR Ahmad].

Namun terkadang perselingkuhan bukan karena faktor good looking. Lantas karena apa?. Simak kisah hikmah berikut. Ada seorang pria berkata kepada seorang syeikh : “Ketika aku mengagumi calon istriku seolah-olah dalam pandanganku Allah tidak menciptakan perempuan yang lebih cantik daripadanya di dunia ini. Namun ketika aku sudah meminangnya, aku melihat banyak perempuan secantik dia. Dan ketika aku sudah menikahinya, aku lihat banyak perempuan yang jauh lebih cantik daripada dirinya. Bahkan ketika sudah berlalu beberapa tahun pernikahan, aku melihat semua perempuan lebih cantik daripada istriku.” Syekh berkata: “Apakah kamu mau aku beritahu yang lebih dahsyat daripada itu dan lebih pahit?.

 

Pria itu menjawab “Iya, mau”. Syekh berkata:

وَلَوْ أَنَّكَ تَزَوَّجْتَ كُلَّ نِسَاءِ الْعَالَمِيْنَ لَرَأَيْتَ الْكِلَابَ الضَّالَّةَ فِي الشَّوَارِعِ أَجْمَلَ مِنْ كُلِّ نِسَاءِ الْعَالَمِيْنَ

“Sekalipun kamu menikahi seluruh perempuan yang ada di dunia ini pasti anjing yang berkeliaran di jalanan itu lebih cantik dalam pandanganmu daripada mereka semua”.

 

Kenapa? Karena masalahnya terletak bukan pada istrimu. Tapi masalahnya adalah bila manusia diberi hati yang tamak, pandangan yang menyeleweng, dan tidak punya rasa malu kepada Allah, tidak akan ada yang bisa memenuhi pandangan matanya kecuali tanah kuburannya. Sekarang, apakah kamu menginginkan sesuatu yang akan mengembalikan istrimu menjadi wanita tercantik di dunia seperti pertama kali kamu mengenalnya?”

 

Pria itu menjawab “Iya, mau”. Syekh berkata:

اُغْضُضْ بَصَرَكَ

 “Tundukan pandanganmu.” [hayatty2day com]

 

Jadi sebenarnya good looking haruslah diimbangi dengan akhlakul karimah. Itulah mengapa Nabi SAW lebih menitik beratkan kepada kebaikan akhlak sehingga dalam lanjutan hadits mengenai 4 faktor wanita dinikahi, beliau bersabda :

فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

Maka pilihlah karena agamanya niscaya engkau beruntung. [HR Bukhari]

 

Begitu pula dalam doa ketika bercermin sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh sayyidina Ali KW, bahwasannya Nabi SAW ketika beliau bercermin maka beliau berdoa :

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اللَّهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي

Segala puji bagi Allah. Ya Allah, sebagaimana Engkau baguskan fisikku, maka baguskanlah akhlakku." [Al-Adzkar lin Nawawi]

 

Dan di era sekarang orang berkata : “good looking akan kalah dengan good rekening”. Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk lebih menitikbertakan akhlakul karimah daripada good looking dan good rekening jika tanpa disertai akhlakul karimah. Semoga kita dianugerahi oleh Allah Good everything.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]