إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Thursday, November 2, 2023

7 TIPS JAUHI PERMUSUHAN

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Nabi SAW bersabda :

لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا

“Janganlah kalian saling membenci, Janganlah saling mendengki, Janganlah saling memalingkan diri (bermusuhan). Jadilah kalian wahai hamba-hamba Allah sebagai satu saudara”. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Viral berita seorang pria (36) di Bandung bunuh teman (29) karena dikeluarkan dari grup wa, korban alami luka tusuk di dada kiri pada 29/10/2023. Pelaku dan korban sempat terlibat perkelahian sebelum terjadi pembunuhan. Duel tersebut terjadi berawal cekcok dari WA grup. [Tribunnews com]

 

Manusia itu tercipta dari satu bapak dan ibu yaitu adam dan hawa sehingga pada hakikatnya semua kita adalah bersaudara. Dan konsekwensi sebagai satu saudara  adalah hendaknya kita saling menyayangi bukan saling membenci dan saling bermusuhan. Hal ini ditegaskan oleh Nabi SAW pada hadits di atas. Namun banyak manusia melupakan hal ini sehingga mereka saling membenci dan bermusuhan bahkan saling membunuh. Dan secara umum potensi saling membenci dan bermusuhan akan semakin meningkat ketika semakin mendekati momen pilpres dimana berbeda pilihan dianggap sebagai permusuhan. Hendaknya setiap kita mengingat sabda Nabi SAW di atas.

 

Ada tujuh tips dari Nabi SAW agar kita tetap rukun saling mencintai dan tidak bermusuhan sesama saudara seiman. Pertama, mengucapkan salam dan menjawabnya. Nabi SAW bersabda:

أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ

Maukah aku tunjukkan kalian pada sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian." [HR Muslim]

 

Kedua, bermushafahah atau bersalaman. Itu juga menghilangkan kedengkian dan pikiran negatif dari hati. Nabi SAW bersabda :

تَصَافَحُوا يَذْهَبْ الْغِلُّ

Saling bermushafahah-lah kalian niscaya akan hilang kedengkian. [HR Malik]

 

Ketiga, Memberi dan menerima hadiah. Nabi SAW bersabda :

وَتَهَادَوْا تَحَابُّوا وَتَذْهَبْ الشَّحْنَاءُ

Salinglah memberi hadiah kalian dan permusuhan akan hilang. [HR Malik]

 

Keempat, Berpuasa merupakan terapi untuk membersihkan hati dari penyakit-penyakit hati. Rasul SAW bersabda :

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَا يُذْهِبُ وَحَرَ الصَّدْرِ صَوْمُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ

Maukah aku beritahu kalian pada sesuatu yang bisa menghilangkan permusuhan dari dalam hati, yaitu berpuasa tiga hari dalam setiap bulannya. [HR An-Nasa’i]

 

Kelima, Bersedekah. Salah satu faktor munculnya permusuhan dalam hati adalah karena kondisi hati yang keras dan kerasnya hati itu bisa diobati dengan sedekah. Dahulu ada orang yang mengeluh kepada Nabi SAW mengenai hatinya yang keras. Maka Rasul SAW bersabda :

إِنْ أَرَدْتَ تَلْيِينَ قَلْبِكَ فَأَطْعِمْ الْمِسْكِينَ وَامْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ

Jika engkau ingin melunakkan hatimu maka berilah makan kepada fakir miskin dan usaplah kepala anak yatim. [HR Ahmad]

 

Keenam, membaca kisah-kisah para nabi atau salafus shalih yang mereka bersabar atas perbuatan jelek orang lain. Dengan mengetahui kisah meeka, kita bisa meneladani bahkan menganggap bahwa yang apa menimpa kita tidaklah sebesar apa yang menimpa mereka. Nabi SAW Sendiri tatkala dituduh berbuat tidak adil dalam pembagian harta ghanimah perang Hunain maka beliau bersabda :

رَحِمَ اللَّهُ مُوسَى لَقَدْ أُوذِيَ بِأَكْثَرَ مِنْ هَذَا فَصَبَرَ

Semoga Allah merahmati Musa, Sungguh ia disakiti lebih parah dari apa yang menimpaku ini namun ia bersabar. [HR Bukhari]

 

Ketujuh, berdoa. Benci seperti pula cinta, itu adalah perbuatan hati dan hati itu tidak ada seorangpun yang bisa menguasainya bahkan orangnya sendiri karena hati itu berada dalam kekuasaan penciptanya, Allah SWT. Nabi SAW bersabda :

إِنَّ الْقُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ

Sesungguhnya hati itu berada di antara dua jari dari jari-jari (kekuasaan) Allah, Dia membolak-balikkannya sesuai kehendak-Nya. [HR Tirmidzi]

Dengan demikian, mintalah kepada Allah agar menjauhkan permusuhan dari hati kita. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh sahabat Anshar dan muhajirin dimana doa mereka diabadikan dalam firman Allah :

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.” [QS Al-Hasyr : 10]

 

Jika tujuh perkara tadi kita lakukan maka InsyaAllah kita akan dijauhkan dari permusuhan. Dan jika kita menemukan dua orang yang yang bermusuhan maka hendaknya kita membantu untuk mendamaikan mereka, bukan malah memanas-manasi dan mengadu domba. Allah SWT berfirman :

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. [QS Al-Hujurat : 10]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menjauhi permusuhan dan menghilangkan kebencian kepada sesama di dalam hati serta membantu mendamaikan orang-orang yang sedang bermusuhan.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Wednesday, November 1, 2023

CARA MANDI BESAR

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA, Ia berkata :

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِي تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ

"Nabi SAW senang mendahulukan yang kanan ketika memakai sendal, ketika bersisir dan  ketika bersuci bahkan dalam setiap perkara”. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

“Pada waktu mandi jangan basahkan kepala dahulu, apa bila basah & dingin darah akan mengalir kesemua kepala utk memanaskan kepala. Jika ada saluran darah sempit dpt terjadi kondisi saluran darah pecah : Berikut cara mandi yang benar : 1. Pertama siramkan air di telapak kaki 2. Kemudian dilanjutkan dgn segayung dibetis 3. Segayung di paha

4. Segayung di perut 5. Segayung di Bahu 6. Berhentilah sejenak 5 - 10 detik. Kita akan merasakan seperti uap/angin yg keluar dari ubun - ubun, setelah itu lanjutkan dgn mandi seperti biasa”. Begitulah isi pesan viral di medsos dan sudah banyak dicoba orang. Namun ternyata isi pesan tersebut dinyatakan oleh [health detik com] sebagai info hoaks. Demikian  pula ditegaskan oleh [kominfo go id]. Tidak ada bukti secara medis bahwa membasahi kepala lebih dulu saat mandi dapat mengakibatkan stroke.

 

Ternyata ada juga pesan di medsos yang mengatakan bahwa urutan tatacara mandi di atas sebagai sunnah Nabi. “Disunahkan jangan langsung mandi, Rasulullah kalau mandi kakinya dulu di siram, tidak langsung mengguyur tubuhnya. Sesudah itu dilanjutkan mengguyur air ke pundak yang sebelah kanan”. Benarkah Nabi membasuh kaki terlebih dahulu?

 

Dari Jubair bin Muth'im berkata, "Kami saling memperbincangkan tentang mandi janabah di sisi Rasulullah SAW, lalu beliau bersabda :

أَمَّا أَنَا فَآخُذُ مِلْءَ كَفِّى ثَلاَثاً فَأَصُبُّ عَلَى رَأْسِى ثُمَّ أُفِيضُهُ بَعْدُ عَلَى سَائِرِ جَسَدِى

"Aku mengambil air sepenuh dua telapak tangan sebanyak tiga kali lalu saya siramkan pada kepalaku, kemudian aku tuangkan setelahnya pada semua tubuhku." [HR Ahmad]

 

Dalam keterangan hadits ini, Rasul SAW malah mendahulukan membasuh kepala bukan kaki beliau. Bahkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Maimunah, Rasul Saw mengakhirkan membasuh kaki ketika mandi besar. Maimunah, Istri Rasul berkata :

فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ صَبَّ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَغَسَلَ فَرْجَهُ وَمَا أَصَابَهُ ثُمَّ مَسَحَ بِيَدِهِ عَلَى الْحَائِطِ أَوْ الْأَرْضِ ثُمَّ تَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ غَيْرَ رِجْلَيْهِ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى جَسَدِهِ الْمَاءَ ثُمَّ تَنَحَّى فَغَسَلَ قَدَمَيْهِ

"Nabi SAW membasuh kedua tangan kemudian tangan kanan menuangkan air ke tangan kiri lalu membasuh kemaluan dan kotoran lalu mengusapkan tangan ke tembok atau permukaan tanah  lalu beliau berwudlu sebagaimana wudlunya untuk shalat, kecuali kedua kakinya. kemudian menyiramkan air ke atas (seluruh badan)nya, kemudian beliau bergeser lalu mencuci kedua kakinya." [HR Bukhari]

 

Setelah mengemukakan hal itu, lalu Maimunah berkata :

هَذِهِ غُسْلُهُ مِنَ الْجَنَابَةِ

Inilah mandi beliau dari janabat." [HR Bukhari]

Dan dalam riwayat An-Nasa’i, Maimunah berkata :

هَذِهِ غِسْلَةٌ لِلْجَنَابَةِ

Inilah cara mandi dari janabat." [HR An-Nasa’i]

 

Mengapa membasuh kaki diakhirkan? Al-Qurtubi berkata :

اَلْحِكْمَةُ فِي تَأْخِيْرِ غَسْلِ الرِّجْلَيْنِ لِيَحْصُلَ الْاِفْتِتَاحُ وَالْاِخْتِتَامُ بِأَعْضَاءِ الْوُضُوْءِ

Hikmah mengakhirkan membasuh kedua kaki (dalam Mandi besar) adalah supaya aktifitas mandi itu diawali dan di akhiri dengan anggota wudlu. [Fathul Bari]

 

Siti Aisyah RA juga menerangkan mandi janabah (besar) beliau. Ia berkata  :

بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ، ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِى الْمَاءِ ، فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ، ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ

Beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya. Kemudian beliau berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat. Lalu beliau memasukkan jari-jarinya ke dalam air, lalu beliau menyela-nyelai pangkal rambut kepala, setelah itu kemudian beliau menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh permukaan kulit (badan) beliau." [HR Bukhari]

 

Mengenai hadits ini, Imam Nawawi berkata : perkataan Aisyah “beliau berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat” ini yang jelas melakukan wudlu termasuk membasuh kaki. Sehingga Imam syafi’i memiliki dua pendapat yaitu (1) membasuh kaki ketika berwudlu dalam rangka mandi besar dan ini adalah pendapat yang lebih masyhur, (2) berwudlu (tanpa membasuh kaki sebagaimana riwayat Maimunah) lalu mandi besar dan diakhiri dengan membasuh kedua kaki. [Syarah Muslim]

 

Mengenai pernyataan di atas “membasuh badan bagian kanan terlebih dahulu”. Hal ini benar sesuai keterangan hadits utama di atas dan diperjelas lagi oleh Aisyah RA : "Jika salah seorang dari kami mengalami junub, maka ia mengambil air dengan kedua tangannya dan disiramkan ke atas kepala,

ثُمَّ تَأْخُذُ بِيَدِهَا عَلَى شِقِّهَا الأَيْمَنِ ، وَبِيَدِهَا الأُخْرَى عَلَى شِقِّهَا الأَيْسَرِ

lalu mengambil air dengan tangannya dan disiramkan ke bagian tubuh sebelah kanan, lalu mengambil air lagi untuk menyiramkannya ke bagian tubuh sebelah kiri." [HR Bukhari]

 

Dalam hadits mengenai mandi besar Nabi, pada bagian akhir Maimunah berkata :

فَنَاوَلْتُهُ ثَوْبًا فَلَمْ يَأْخُذْهُ فَانْطَلَقَ وَهُوَ يَنْفُضُ يَدَيْهِ

Lalu aku sodorkan kain (handuk) tapi Beliau tidak mengambilnya, lalu Beliau pergi dengan menggerak-gerakkan kedua tangan beliau (untuk mengeringkannya)". [HR Bukhari]

 

Ibrahim An-Nakha’i berkata : “Tidak apa-apa (boleh saja) hukumnya menggunakan handuk. Rasul menolak memakai handuk supaya tidak dijadikan kebiasaan (bahkan keharusan)”. At-Taymi berkata : “Hadits tersebut menunjukkan bahwa Nabi terbiasa memakai handuk sebab jika beliau tidak terbiasa niscaya Maimunah tidak akan memberikan handuk kepada Nabi”. Ibnu Daqiqil Id berkata : “Perbuatan nabi mengeringkan air di tangan dengan digerak-gerakkan ini menunjukkan bahwa mengeringkan air (bekas wudlu atau mandi besar) dari anggota badan dengan memakai handuk itu tidaklah makruh, karena menggerak-gerakan kedua tangan dan memakai handuk keduanya adalah sama-sama aktifitas menghilangkan air dari anggota badan”.  [Fathul Bari]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa mengikuti sunnah Nabi dalam semua aktifitas semampu kita dan menyaring informasi supaya tidak tertipu dengan hoaks yang mengatas namakan sunnah nabi.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Monday, October 30, 2023

MAKANAN FAVORIT?

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA, Ia berkata :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ الْحَلْوَاءَ وَالْعَسَلَ

Rasul SAW senang manisan dan madu. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Apa makanan favoritmu? Ya. Setiap orang punya makanan favorit dan kebanyakan orang akan berburu untuk mendapatkan makanan favoritnya. Terkadang ada orang yang menempuh puluhan kilo perjalanan hanya karena mengejar makanan yang disukainya. Dan ketika ia sudah di hadapan makanannya maka ia akan memenuhi perutnya.

 

Berbicara mengenai makanan maka memang kita butuh makan karena kita bukanlah malaikat yang tercipta tanpa nafsu makan dan tanpa membutuhkan terhadap makanan.  Maka dari itu Allah SWT mempersilahkan kita untuk amakan. Namun Allah mengingatkan :

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

akan dan minumlah kalian dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [QS Al-A’raf : 31]

 

Dan Nabi SAW bersabda :

إِنَّ مِنْ السَّرَفِ أَنْ تَأْكُلَ كُلَّ مَا اشْتَهَيْتَ

Sesungguhnya termasuk berlebihan adalah engkau memakan semua makanan yang kau inginkan. [HR Ibnu Majah]

 

As-Sindy  berkata : Maka sepatutnya bagi orang mukmin agar menahan diri dari sebagian makan yang disukainya. [Hasyiyah As-Sindy] Imam Ghazali berkata :

إِنَّ مَقْصُودَ الْأَكْلِ بَقَاءُ الْحَيَاةِ وَقُوَّةُ الْعِبَادَةِ

“Tujuan makan adalah agar supaya kita tetap hidup dan kuat melaksanakan ibadah” [Ihya Ulumuddin]

 

Makan kekenyangan menyebabkan perut berat dan itu membuat malas beribadah dan sebaliknya sakitnya lapar membuat hati kita tidak bisa konsentrasi ketika beribadah.

 

Dalam satu kesimpulan, Imam Ghazali berkata :

فَمَنْ قَصْدُهُ مِنَ الْأَكْلِ التَّقَوِّي عَلَى الْعِبَادَةِ...كاَنَ مُطِيْعاً بِأَكْلِهِ...

Maka barang siapa yang bertujuan agar kuat ibadah dengan ia makan maka makannya termasuk ketaatan kepada Allah SWT [Ihya Ulumuddin]

 

Jika seseorang selalu memperturutkan keinginannya dengan makan yang enak-enak dan yang disukainya maka dikhawatirkan nanti di hari kiamat akan dikatakan kepadanya :

أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا

"Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik semasa hidupmu di dunia dan kamu telah bersenang-senang dengannya.. [QS Al-Ahqaf : 20]

 

Sebagian Ulama Bashrah berkata : Nafsuku menginginkan agar aku makan roti dari beras dan lauk ikan namun aku tidak menurutinya. Semakin kuat keinginan nafsu tersebut maka semakin kuat penolakanku sehingga hal itu berlangsung selama 20 tahun. Tatkala ulama tersebut wafat maka ada yang bermimpi bertemu dengannya dan ketika ditanya apa yang diberikan oleh Allah kepadanya maka ia menjawab : Aku tidak bisa  menceritakan kenikmatan dan kemuliaan yang diberikan oleh Allah kepadaku, yang jelas pertama kali yang aku temui adalah makanan yang sangat aku inginkan selama dua puluh tahun itu yaitu roti dari beras dan lauk ikan. Allah berfirman kepadaku : “hari ini, Makanlah makanan kesukaanmu dengan lahap dan tanpa ada hisab”

كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ

 

“Makan dan minumlah kalian dengan sedap disebabkan amal yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu”. [QS Al-Haqqah : 24]

 

Kisah yang lain disampaikan oleh Nafi’, ia berkata : Suatu ketika Ibnu Umar sedang sakit dan ia sangat menginginkan ikan segar maka aku mencarikan untuknya di madinah namun tidak aku temukan. Setelah beberapa hari maka aku menemukan penjual ikan segar. Akupun membelikan untuknya seharga 1,5 Dirham. Ikan tersebut aku panggang dan balut dengan roti lalu aku bawa kepadanya untuk dihidangkan. Ketika itu di depan rumahnya terdapat pengemis maka Ibnu Umar berkata : berikanlah ikan sekaligus rotinya kepada pengemis itu. Nafi’ berkata : Bagaimana engkau ini, Engkau sungguh menginginkan roti ini sejak beberapa hari yang lalu. Setelah susah payah untuk menemukannya, akankah kau memberikan makanan ini kepadanya? Ibnu Umar berkata : Sudah, bungkus saja dan berikan kepadanya. Nafi’ bergegas menemui pengemis dan berkata : Apakah kau bersedia menukar makanan ini dengan uang satu dirham? Pengemispun setuju dengan tawaran Nafi’ sehingga ikan dan roti tadi dihidangkan kembali kepada Ibnu Umar. Setelah mengetahui hal ini, Ibnu umar berkata : “Berikanlah makanan ini kepada pengemis tadi dan jangan jangan ambil kembali uang yang telah engkau berikan kepadanya karena Aku mendengan Nabi SAW bersabda :

أَيُّمَا امْرِئٍ اِشْتَهَى شَهْوَةً فَرَدَّ شَهْوَتَهُ وَآثَرَ بِهَا عَلَى نَفْسِهِ غَفَرَ اللهُ لَهُ

Barang siapa sangat menginginkan makanan yang disuakinya lalu ia menolak syahwatnya dan mendahulukan orang lain atas dirinya sendiri maka Allah mengampuni dosanya. [Ihya Ulumuddin]

 

Para ulama salaf menghindari makanan favorit mereka bukan karena makanan itu haram, tidak. Rasul SAW sebagaimana hadits utama diatas juga memiliki makanan favorit dan beliau juga memakannya. Namun ulama salaf berlaku demikian karena untuk mendidik nafsu dengan tidak selalu menuruti apa kata nafsu sebab nafsu itu kata orang jawa “diwenehi ati ngerogoh rempelo” (dikasih hati minta jantung), tidak akan pernah ada habisnya. Abu Sulaiman Ad-Darany berkata :

تَرْكُ شَهْوَةٍ مِنَ الشَّهَوَاتِ أَنْفَعُ لِلْقَلْبِ مِنْ صِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامِهَا

Meninggalkan satu keinginan dan beberapa keinginan syahwat itu lebih bermanfaat bagi hati daripada berpuasa dan qiyamul lail selama satu tahun.

 

Ada tips menarik jika kita dihadapkan kepada hidangan yang terdiri dari beberapa makanan, agar kita tidak menjadi rakus dan melahap semuanya hingga kekenyangan. Imam Ghazali berkata :

وَمَهْمَا وَجَدَ طَعَاماً لَطِيْفاً وَغَلِيْظاً فَلْيُقَدِّمْ اللَّطِيْفَ فَإِنَّهُ لَا يَشْتَهِي الْغَلِيْظَ بَعْدَهُ وَلَوْ قَدَّمَ الْغَلِيْظَ لَأَكَلَ اللَّطِيْفَ أَيْضاً لِلَطَافَتِهِ

Jika dihadapan seseorang terdapat makanan yang satu lembut (enak) dan yang satu lagi kasar (tidak enak) maka hendaklah ia memulai makan makanan yang enak. Karena dengan demikian, ia tidak akan bernafsu untuk makan makanan yang tidak enak setelah itu. (sehingga makannya sedikit). Namun jika ia memakan makana yang tidak enak terlebih dahulu niscaya ia akan memakan pula makanan yang enak setelahnya karena tertarik dengan enaknya makanan tersebut. [Ihya Ulumuddin]

 

Sehabis makan jangan pula langsung tidur, bahaya!. Di samping bahaya untuk kesehatan, juga bahaya untuk kepribadian kita. Nabi SAW bersabda :

أَذِيْبُوا طَعَامَكُمْ بِذِكْرِ اللهِ وَالصَّلَاةِ وَلَا تَنَامُوا عَلَيْهِ فَتَقْسُوَ قُلُوْبُكُمْ

Hancurkanlah (cernalah) makanan kalian (yang ada di dalam perut) dengan dzikir kepada Allah dan melaksanakan shalat. Dan janganlah kalian tidur dalam keadaan perut kenyang dengan makanan karena hal itu akan menyebabkan hati kalian menjadi keras. [HR Thabrani]

Dijelaskan oleh Imam Ghazali : Minimal hal itu dilakukan dengan dengan melaksanakan shalat 4 rekaat (dengan 2 rekaat salam, 2 rekaat salam) atau membaca tasbih 100X atau membaca AL-Quran 1 Juz setelah makan. [Ihya ulumuddin]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk tidak senantiasa memperturutkan hawa nafsu dalam segala hal sehingga kita terhindar dari perkara yang syubhat bahkan haram.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Saturday, October 21, 2023

JIHAD SANTRI

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Anas Bin Maik RA, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ

“Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu (syar’i) maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang (kembali ke rumahnya)”. [HR Turmudzi]

 

Catatan Alvers

 

Santri adalah sebutan bagi seseorang yang menuntut ilmu agama Islam di pesantren. Jika disebutkan dalam hadits di atas bahwa “Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu (syar’i) maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang (kembali ke rumahnya)” maka bisa dikatakan bahwa santri itu saat keluar dari rumahnya sama halnya ia pergi untuk berjihad. Al-Mubarakfuri berkata :

(فِي سَبِيلِ اللَّهِ) أَيْ فِي الْجِهَادِ لِمَا أَنَّ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ مِنْ إِحْيَاءِ الدِّيْنِ وَإِذْلَالِ الشَّيْطَانِ وَإِتْعَابِ النَّفْسِ كَمَا فِي الْجِهَادِ

Maksud dari perkataan (Fi Sabilillah) artinya seorang (penuntut ilmu agama) berada dalam jihad karena didalam menuntut ilmu terdapat usaha untuk menghidupkan agama dan menghinakan setan serta melemahkan nafsu sebagaimana dalam jihad di medan perang. [Tuhfatul Ahwadzi]

 

Karena mereka para santri terbilang berjihad, maka ketika di antara mereka ada meninggal di pesantren maka ia berpredikat mati syahid (akhirat) sebagaimana dalam hadits disebutkan :

إِذَا جَاءَ الْمَوْتُ لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَهُوَ عَلىَ هَذِهِ الْحَالَةِ مَاتَ وَهُوَ شَهِيْدٌ

Ketika kematian menghampiri penuntut ilmu ketika sedang menuntut ilmu maka ia mati syahid. [HR Al-Bazzar]

Bahkan Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa Rasul SAW bersabda :

مَنْ جَاءَ أَجَلُهُ وَهُوَ يَطْلُبُ الْعِلْمَ لَقِيَ اللهَ وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّبِيِّيْنَ إِلَّا دَرَجَةُ النُّبُوَّةِ

Barang siapa ajalnya datang ketika ia sedang menuntut ilmu maka ia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan tiada jarak diantara derajat dia dan para Nabi melainkan pangkat kenabian saja. [HR Thabrani]

 

Berperang itu tidak hanya dengan pedang tapi juga dengan perkataan. Jadi jika musuh menyerang dengan pedang maka dilawan dengan pedang dan jika musuh menyerang dengan perkataan maka dilawan dengan perkataan. Baginda Nabi SAW memerintahkan kaum muslimin untuk berjihad dengan keduanya, Beliau bersabda :

جَاهِدُوا الْمُشْرِكِيْنَ بِأَيْدِيْكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ

Perangilah kaum musyrikin dengan tangan- tangan dan mulut-mulut kalian. [HR Ibnu Hibban]

Jihad dengan perkataan itu setara dengan jihad dengan pedang. Dan Nabi SAW bersabda :

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُجَاهِدُ بِسَيْفِهِ وَلِسَانِهِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَكَأَنَّمَا تَنْضَحُوْنَهُمْ بِالنَّبْلِ

Sesungguhnya orang mukmin itu berperang dengan pedangnya dan lisannya. Demi dzat yang mana jiwa berada dalam kekuasaan-Nya, seakan-akan kalian melempar musuh dengan anak panah. [HR Ahmad]

 

Bahkan jihad dengan perkataan itu lebih dahsyat akibatnya daripada jihad dengan pedang. Nabi SAW bersabda :

اهْجُوا قُرَيْشًا فَإِنَّهُ أَشَدُّ عَلَيْهَا مِنْ رَشْقٍ بِالنَّبْلِ

"Balaslah cacian kaum kafir Quraisy karena yang demikian itu lebih pedih bagi mereka daripada bidikan panah." [HR Muslim]

 

Rasulullah SAW pernah memerintah lbnu Rawahah, Ka'ab bin Malik untuk membalas serangan perkataan kaum kafir namun beliau belum puas hingga akhirnya beliau menyuruh Hassan bin Tsabit. Iapun menyambut baik perintah beliau ini. Hassan berkata :  “Telah tiba saatnya engkau (Rasul) mememerintah singa (Hassan) yang mengibas-ngibaskan ekornya, menjulurkan Iidahnya dan menggerak-gerakkannya.

وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَأَفْرِيَنَّهُمْ بِلِسَانِي فَرْيَ الْأَدِيمِ

“Demi Dzat yang telah mengutus engkau dengan membawa kebenaran, aku akan menyayat-nyayat (hati) kaum kafir Quraisy dengan lisanku seperti sayatan kulit."

 

Rasul SAW di satu sisi khawatir Hassan bin Tsabit akan menyerang nasab orang-orang quraiys yang mana hal ini akan berpotensi menjadi “senjata makan tuan” karena dalam nasab mereka ada nasab Rasul SAW. Maka beliau memerintahkannya untuk berkonsultasi dengan orang yang paling tahu tentang nasab Quraisy yaitu Abu Bakar. Dan sepulang darinya, Hassan berkata : Ya Rasulullah, nasab engkau telah aku ketahui silsilahnya.

وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَأَسُلَّنَّكَ مِنْهُمْ كَمَا تُسَلُّ الشَّعْرَةُ مِنْ الْعَجِينِ

Demi Dzat yang telah mengutus engkau dengan kebenaran, Aku akan mencabut engkau dari nasab mereka sebagaimana tercabutnya sehelai rambut dari adonan roti." [HR Muslim]

Lalu Rasul SAW bersabda :

إِنَّ رُوحَ الْقُدُسِ لَا يَزَالُ يُؤَيِّدُكَ مَا نَافَحْتَ عَنْ اللَّهِ وَرَسُولِهِ

Sesungguhnya Ruhul Qudus, Jibril senantiasa bersamamu selama engkau membela Allah dan Rasul-Nya. [HR Muslim]

 

Melestarikan ilmu itu sangat diperlukan sehingga kaum muslimin bisa juga membela agama dengan ilmu mereka saat perang dan pasca perang mereka bisa menjaga kelestarian ilmu. Maka dari itu saat terjadi peperangan, tidak semua warga diharuskan pergi ke medan perang, ada sebagian dari mereka yang diperintahkan untuk tetap tinggal dengan tujuan untuk mengkaji ilmu agama. Allah SWT berfriman :

 

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. [QS at-Taubah : 122]

 

Betapa pentingnya melestarikan Ilmu sehingga Nabi membebaskan tawanan perang jika ia bisa mengajarkan baca tulis yang merupakan sarana utama menuntut ilmu. Ibnu Abbas RA berkata :

كَانَ نَاسٌ مِنْ الْأَسْرَى يَوْمَ بَدْرٍ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ فِدَاءٌ فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِدَاءَهُمْ أَنْ يُعَلِّمُوا أَوْلَادَ الْأَنْصَارِ الْكِتَابَةَ

Beberapa tawanan perang Badar tidak memiliki uang tebusan maka Rasul SAW menjadikan tebusannya dengan mengajari anak-anak Anshar baca tulis. [HR Ahmad]

 

Seperti itulah jihad santri. Dengan memperdalam ilmu agama, mereka bisa mempertahankan Agama Islam dari “ghazwul fikri” serangan-serangan pemikiran yang menyudutkan ajaran Islam dan dengan mengajarkannya mereka bisa melestarikan eksistensi Agama yang diajarkan oleh Rasul SAW.

Wallahu A’lam. Selamat Hari Santri Nasional, Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan pikiran kita untuk lebih giat mengaji dan mengkaji ajaran Islam karena itu adalah bagian dari jihad kaum santri.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]