Friday, May 24, 2019

PUASA DAN MURAQABAH



ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasul SAW bersabda :
يَا غُلاَمُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ، احْفَظِ اللهَ يَحْفَظُكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ
“Wahai anak kecil, Akan aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat. peliharalah (perintah) Allah, niscaya Allah akan memeliharamu. Dan peliharalah (larangan) Allah, niscaya niscaya kamu dapati Allah selalu berada di hadapanmu...” [HR Tirmidzi]

Catatan Alvers

Puasa tidak hanya dilakukan setiap tahunnya yakni di bulan ramadhan saja namun kita juga dianjurkan untuk puasa sepanjang tahun. Bagaimana tidak, kita disunnahkan melakukan puasa tahunan (Puasa yang berulang setiap tahun) seperti Puasa Arafah (tanggal 9 Dzul Hijjah), Puasa Asyura (tanggal 10 Muharram), Tasu’a  (9 Muharam), Puasa enam hari bulan Syawal, Puasa asyhurul hurum, (4 bulan haram yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab), Bulan Sya’ban, Hari Tarwiyah (tanggal 8 bulan Dzulhijjah begitu pula Puasa delapan hari pertamanya), Puasa di bulan Sya’ban. Ada juga Puasa bulanan (puasa yang berulang setiap bulan), seperti : Puasa ayyamul bidl (Setiap tanggal 13, 14, dan 15 bulan Hijriyah), Puasa Ayyamus sud (28, 29, 30 atau 27,28,29 setiap bulan hijriah). Dan Puasa mingguan (puasa yang berulang setiap minggu), yaitu puasa setiap Senin dan Kamis, dan puasa daud.


Puasa disyariatkan oleh Allah dengan tujuan “La’allakum Tattaqun” supaya kalian menjadi pribadi yang bertaqwa. [QS Al-Baqarah : 183] Taqwa sebagaimana sering disampaikan khotib di atas mimbar jum’at didefinisikan sebagai menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Wahbah Zuhaily mendefiniskan Taqwa Sebagai :
امتثال المأمورات واجتناب المنهيات
menjalankan perintah-perinta Allah dan menjauhi larangan- larangan-Nya [Tafsir Al-Munir]

Sayyidina Ali KW berkata:
التقوى هي الخوف من الجليل، والعمل بالتنزيل، والرضا بالقليل، والاستعداد ليوم الرحيل
Taqwa adalah takut kepada Allah yang maha agung, Mengamalkan Al-Qur’an, Ridlo dengan rezki yang sedikit, dan bersiap diri menghadapi hari kepergian (kematian). [At-Tafsir Al-Maudlu’i]

Ibnu Asyur berkata : Taqwa merupakan “Ghoyah minal ibadah” (tujuan akhir dari semua ibadah), “Asasul Khoir fiddunya wal akhirah” (Pondasi segala kebaikan di dunia dan di akhirat) [Attahrir wat tanwir] Syeikh Thanthawi berkata : Taqwa merupakan “Sababus salamah wal Fauz” (sebab keselamatan dan keberuntungan). [Al-Wasith]

Taqwa tidak hanya diekspresikan di depan khalayak ramai, namun juga ketika sendirian. Rasul SAW bersabda :
اتق الله حيثما كنت
Takutlah kepada Allah di manapun engkau berada. [HR Ahmad]
Implementasi taqwa ketika sendirian dan tidak ada yang melihat serta mengetahui perbuatannya ini tidak akan mungkin terjadi melainkan ketika seseorang merasa dilihat oleh Allah SWT. Hal ini sebagaimana seorang yang berpuasa, ia tetap menjaga puasanya meskipun ia berada sendirian di ruangan semisal di dalam kamar yang tertutup atau di toilet. Ia tidak berani meminum walau seteguk air meskipun tidak ada orang yang melihat dan mengetahui perbuatannya karena ia tahu bahwa Allah swt melihatnya.

Inilah yang dinamakan ihsan. Ketika malaikat jibril bertanya tentang ihsan, Rasul SAW bersabda :

أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu. [HR Muslim]
Hadits mengenai ihsan ini mengisyaratkan tingkatan Muraqabah, karena muraqabah itu adalah kesadaran seorang hamba bahwa tuhan-Nya SWT melihatnya. Melanggengkan kesadaran inilah yang disebut dengan muraqabah. [Ar-risalah al-Quysairiyah]

Tingkatan muraqah ini seperti dialami oleh Nabi Yusuf AS ketika ia dirayu wanita, istri dari Al-Aziz di dalam kamar yang terkunci rapat namun nabi Yusuf menolaknya. Allah swt berfirman :
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Dan wanita yang mana Yusuf tinggal di rumahnya, ia menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini". Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik". Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung [QS Yusuf : 23]
Contoh lain, Suatu ketika Ibnu umar RA di tengah perjalanan kemudian ia melihat budak yang sedang menggembalakan kambing. Ibnu umar RA berkata : Maukah kau menjual satu ekor dari kambing- kambingmu kepadaku? Si budak menjawab : Kambing- Kambing ini bukan milikku. Ibnu umar RA berkata : katakan kepada pemiliknya sesungguhnya harimau telah memangsa satu ekor kambingmu. Si budak berkata: (kalau begitu) “Fa Aynallah?”. (Dimana Allah itu?). Setelah kejadian itu, ibnu Umar RA mengulang-ngulang perkataan budak tadi. [Ar-Risalah Al-Qusyairiyah]

Maka demikianlah, Allah SWT senantiasa mengawasi setiap perbuatan kita. Allah swt berfirman :
قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menampakkannya, pasti Allah mengetahuinya." Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. [QS Ali Imron : 29]

Maka puasa sangatlah efektif untuk menjadikan kita memiliki kesadaran muraqabah sehingga puasa dianjurkan untuk dilaksanakan setiap bulannya bahkan setiap senin dan kamisnya. Dan Jika telah terbiasa melaksanakan perintah-Nya dan menjaga diri dari larangan-Nya niscaya terjadilah apa yang disabdakan Nabi SAW : “Dan peliharalah (larangan) Allah, niscaya niscaya kamu dapati Allah selalu berada di hadapanmu...” [HR Tirmidzi] Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari menjadikan kita sebagai orang yang selalu merasa diawasi oleh Allah dimanapun dan kapanpun.

Salam Satu Hadits,
Dr. H. Fathul Bari Alvers

NB.
Hak Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Mengubah dan menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat kelak. *Silahkan Share tanpa mengedit artikel ini*. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang  lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam Abdullah Alhaddad]

Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo Mondok! Mondok itu Keren!

0 komentar:

Post a Comment