إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Tuesday, September 19, 2023

UMRAH ARBA’IN

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Rasul SAW bersabda :

مَنْ صَلَّى فِي مَسْجِدِي أَرْبَعِينَ صَلَاةً لَا يَفُوتُهُ صَلَاةٌ كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَةٌ مِنْ النَّارِ وَنَجَاةٌ مِنْ الْعَذَابِ وَبَرِئَ مِنْ النِّفَاقِ

“Barang siapa shalat di masjidku empat puluh kali shalat tanpa ada yang ketinggalan, maka dia dicatat bebas dari neraka, selamat dari siksa dan bebas dari sifat munafik.”[HR Ahmad]

 

Catatan Alvers

 

Kita sering mendengar travel umrah menawarkan program Umrah Arba’in. Apa maksudnya?  Arbain berarti empat puluh maka Umrah Arbain maksudnya adalah perjalanan umrah dengan mukim di hotel madinah selama 9 hari. Dengan masa tersebut, peserta bisa melakukan shalat fardlu di masjid Nabawi sebanyak 40 kali. Jika sehari seseorang melakukan sholat fardlu 5 kali maka dibutuhkan minimal waktu 8 hari untuk mukim di madinah dan program-program seperti ziarah ke tempat-tempat bersejarah harus dilakukan dalam waktu yang terbatas sekira pada jam shalat para jamaah sudah ada di masjid Nabawi. Sholat inilah yang di maksud dengan istilah shalat arbain yang mana pada hadits utama di atas disebutkan memiliki pahala berupa bebas dari neraka, selamat dari siksa dan bebas dari sifat munafik.

 

Sifat munafik itu sebagaimana disampaikan dalam hadits dimana Rasul SAW bersabda :

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ اِذَاحَدَثَ كَذَبَ وَاِذَا وَعَدَ اَحْلَفَ وَاِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar dan jika dipercaya ia berkhianat. [HR Bukhari]

Dan dalam hadits lain dipertegas oleh Nabi SAW :

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ وَإِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ

“Tanda munafik itu ada tiga, walaupun orang tersebut puasa dan mengerjakan shalat, lalu ia mengklaim dirinya muslim.” [HR Muslim]

 

Hadits mengenai shalat arbain ini oleh al-Haitsami dinilai sebagai hadits shahih karena para perawinya tsiqah (terpercaya) [Jami’ul Ahadits]  Demikian pula Ibnu Hibban mengkategorikan para perawinya tsiqah (terpercaya) termasuk perawi yang bernama Nubaith bin Umar yang dinilai oleh ulama salafi sebagai perawi yang majhul sehingga hadits tersebut dinilai sebagai hadits dla’if.

 

Seandainyapun kita mengikuti penilaian hadits tersebut dla’if maka tidak semata-mata hal itu menggugurkan amaliahnya karena hadits dla’if masih bisa dipergunakan. Ibnu Hajar al-Haitami berkata :

قَدِ اتَّفَقَ الْعُلَمَاءُ عَلَى جَوَازِ الْعَمَلِ بِالْحَدِيْثِ الضَّعِيْفِ فِي فَضَائِلِ الْأَعْمَالِ لِأَنَّهُ إِنْ كَانَ صَحِيْحًا فِي نَفْسِ الْأَمْرِ، فَقَدْ أُعْطِيَ حَقُّه ُمِنَ الْعَمَلِ بِهِ وَإِلَّا لَمْ يَتَرَتَّبْ عَلَى الْعَمَلِ بِهِ مَفْسَدَةُ تَحْلِيْلٍ وَلَا تَحْرِيْمٍ وَلَا ضِيَاعِ حَقٍّ لِلْغَيْرِ

Para ulama sepakat atas bolehnya mengamalkan hadits dla’if dalam fadlailul a’mal (keutamaan amalan). Karena jika hadits tersebut ternyata benar, maka sudah seharusnya diamalkan. Dan jika ternyata tidak benar, maka pengamalan terhadap hadits tersebut tidaklah mengakibatkan kerusakan (mafsadah) menghalalkan yang haram, mengharamkan yang halal, dan tidaklah menyia-nyiakan hak orang lain. [FathulMubin Fi Syarhil Arbain]

Dengan melaksanakan shalat arbain itu artinya para jamaah melakukan shalat 40 x 1000 pahala sehingga sama halnya jamaah melakukan shalat yang berpahala lebih baik dari 40.000 kali shalat. Hal ini mengingat sekali shalat di masjid nabawi pahalanya lebih baik dari 1000 kali shalat di masjid lainnya. Nabi SAW bersabda :

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ

“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik dari pada 1000 shalat di masjid lainnya kecuali Masjidil Haram.” [HR Bukhari]

Yang menjadi pertanyaan, apakah keutamaan pahala besar itu hanya berlaku pada masjid asal yang dibangun pada masa Nabi ataukah juga berlaku di area perluasan sekarang? Hal ini menjadi pro kontra tidak hanya sekarang namun sejak terjadi perluasan pertama kali di era Khalifa Umar RA. Ketika itu sebagian sahabat enggan untuk shalat di lokasi perluasan masjid dan mereka memilih shalat di lokasi masjid yang asal. Maka Umar berkata : Seandainya aku tidak mendengar Rasul SAW berkeinginan untuk memperluas masjid ini niscaya aku tidak berani memperluas bangunannya.

وَاللَّهِ إِنَّهُ لَمَسْجِدُ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَلَوِ امْتَدَّ إِلَى ذِي الْحُلَيْفَةِ

Demi Allah, Lokasi perluasan masjid itu juga termasuk bagian dari Masjid Rasulullah SAW meskipun perluasannya sampai ke daerah Dzul Hulaifah (yang berjarak 17 KM dari Madinah) [Adlwa’ul Bayan]

Ketika mendatangi masjid nabawi jangan hanya diniati untuk mengerjakan shalat namun beberapa waktu niatkan juga untuk mengikuti kajian yang disampaikan oleh pembimbing travel karena Rasul SAW bersabda :

مَنْ جَاءَ مَسْجِدِي هَذَا، لَمْ يَأْتِهِ إِلاَّ لِخَيْرٍ يَتَعَلَّمُهُ أَوْ يُعَلِّمُهُ، فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَمَنْ جَاءَ لِغَيْرِ ذَلِكَ، فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ الرَّجُلِ يَنْظُرُ إِلَى مَتَاعِ غَيْرِهِ

 “Barang siapa mendatangi masjidku ini, tidak datang kecuali untuk kebaikan yang ingin dia pelajari atau ajarkan, maka kedudukannya seperti mujahid di jalan Allah. Dan barang siapa datang untuk selain itu, maka ia laksana orang yang hanya memandang barang orang lain.” [HR Ibnu Majah]

 

Istilah shalat Arbain itu ternyata tidak hanya di madinah namun juga ada di tanah air meskipun pekerjaannya lebih berat karena arbain di tanah air dilakukan dengan empat puluh hari bukan empat puluh waktu. Rasul SAW bersabda :

مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الأُولَى كُتِبَ لَهُ بَرَاءَتَانِ: بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ، وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ.

“Barang siapa yang shalat karena Allah empat puluh hari secara berjamaah tanpa ketinggalan takbir yang pertama, maka dicatat baginya dua kebebasan; bebas dari neraka dan bebas dari kemunafikan. [HR Tirmidzi]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati kita untuk semangat mengerjakan shalat berjamaah tidak hanya ketika berada di tanah suci namun juga ketika pulang ke tanah air sendiri.

ZIARAH MASJID QUBA

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Sahl bin Hunaif RA, Rasul SAW bersabda :

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ أَتَى مَسْجِدَ قُبَاءَ فَصَلَّى فِيهِ صَلَاةً كَانَ لَهُ كَأَجْرِ عُمْرَةٍ

“Barang siapa bersuci di rumahnya (hotel) lalu datang ke Masjid Quba, lalu dia mendirikan shalat di sana, maka dia mendapatkan pahala umrah.” [HR Ibnu Majah]

 

Catatan Alvers

 

Masjid Quba’ merupakan masjid yang sangat istimewa, bukan karena bangunan dan arsitekturnya namun karena sejarah dan pahala beribadah di sana. Shalat sunnah di sana setara dengan pahala umrah sebagaimana keterangan hadits utama di atas.

Rasul SAW sering datang ke masjid quba. Abdullah bin Umar RA berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِي مَسْجِدَ قُبَاءٍ كُلَّ سَبْتٍ، مَاشِيًا وَرَاكِبًا فَيُصَلِّي فِيْهِ رَكْعَتَيْنِ

Dahulu Nabi SAW mendatangi Masjid Quba setiap hari Sabtu dengan berjalan kaki atau naik kendaraan kemudian Beliau shalat dua rekaat. [HR Bukhari]

 

Dalam sejarah, masjid quba adalah lokasi peribadatan umat islam yang pertama dibangun rasulullah SAW saat hijrah ke Madinah. Tepatnya pada tahun 1 hijriah (622 masehi). Letak masjid ini berada di pinggir kota Madinah, kurang lebih 3 kilometer arah selatan masjid nabawi.

 

Masjid Quba adalah masjid yang di sebutkan dalam ayat suci al-quran sebagai masjid yang dibangun dengan dasar ketaatan dan ketaqwaan. Allah SWT berfriman :

لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ

“Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. [QS At-Taubah : 108]

 

Ayat tersebut terpampang dalam sebuah tulisan di pintu masuk masjid Quba.  Begitupula hadits yang menyebutkan jika nabi selalu mendatangi masjid quba pada hari sabtu seperti keterangan hadits di atas.

 

Ibnu Katsir dalam Tafsirnya meriwayatkan bahwasannya di Madinah ada seorang pendeta yang bernama Abu Amir dari Khazraj. Dia adalah seorang pemeluk nasrani yang memiliki posisi penting di kalangan kaum Khazraj. Ketika Rasulullah SAW masuk ke Madinah, menghimpun kekuatan islam dan membangun peradaban kaum muslimin disana, Abu Amir merasa tidak suka dengan keberadaan Rasulullah SAW. Kemudian dia pergi ke Mekkah untuk mengumpulkan dukungan kaum Kafir Quraisy untuk melawan Rasulullah SAW. Dia juga pergi mencari dukungan kepada Raja Romawi, Heraclius. Dan Heraclius menyambut baik kedatangan Abu Amir dan menjanjikan apa yang diinginkannya.

 

Kaum Munafik kemudian membangun sebuah masjid di dekat masjid Quba’ yang diberi nama Masjid Dhirar. Lalu mereka meminta nabi untuk Shalat di masjid Dhirar sebagai legitimasi. Mereka berdalih masjid ini didirikan untuk orang-orang yang sakit, atau orang yang tidak dapat keluar saat hujan atau ketika hawa dingin. Pada waktu itu Rasul hendak berangkat ke Tabuk, dan beliau mengatakan : “Kami sekarang mau berangkat, Insya Allah nanti setelah pulang”.

 

H-1 sebelum Rasulullah SAW kembali ke Madinah, Jibril turun membawa berita tentang masjid Dhirar yang sengaja dibuat untuk memecah belah kaum muslimin. Rasulullah SAW kemudian mengutus dua orang sahabat untuk menghancurkan masjid tersebut. Beliau bersabda :

اِنْطَلِقَا إِلَى هَذَا الْمَسْجِدِ الظَّالِمِ أَهْلُهُ، فَاهْدِمَاهُ وَحَرِّقَاهُ

Pergilah kalian berdua ke masjid yang penghunminya berlaku dzalim itu, robohkan dan bakar saja. [Tafsir Ibnu Katsir]

 

Berkenaan dengan Masjid ini turunlah Firman Allah SWT :

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَى وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (107) لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا

“Dan (diantara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), dan karena kekafirannya, dan untuk memecah belah orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang memerangi Allah dan RasulNya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah, ‘kami tidak menghendaki selain kebaikan. ‘Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamnya...” [QS At-taubah : 107-108]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita untuk bersemangat mendatangi masjid Quba ketika berada di madinah dan melaksanakan shalat di sana dengan meneladani prilaku Nabi SAW.

DAFTAR ISI SERIAL BUKU ONE DAY 5-6


ODOH 5

ANUGERAH DI BALIK MUSIBAH

ISBN : 9-786026-037985 

1. MENILAI MUSIBAH

2. PANDEMI, PAHALA TAK BERKURANG

3. DARURAT CORONA..

4. MENGHADAPI VIRUS CORONA ....

5. FITNAH CORONA..

6. THE MASKER

7. PROTOKOL BERSIN ..

8. PROTOKOL MENCUCI TANGAN

9. SHAFF DISTANCING

10. LEBIH BAIK DI RUMAH

11. LARANGAN BERSALAMAN

12. LOCK DOWN CORONA

13. VIRUS WUHAN VS WAHN .

14.QUNUT CORONA..

15. "LI KHOMSATUN"

16. MANTRA 1 RUQYAH

17. PERTOLONGAN SELAIN ALLAH?

18. MENGHADAPI CACIAN

19. SABAR, ALLAH SAJA DI-BULLY

20. ORANG BAIK MUDAH DITIPU

21. MENYESALI KERUGIAN

22. HARGA DUA MATA

23. GEMUK ITU DOSA?

24. SAAT BER-SENDAWA

25. CUACA DINGIN

26. FENOMENA EQUINOX

27. PENANGKAL GEMPA

28. PERSEKUSI

29. PHP

30. KONSEKWENSI CERAI

31. PETAKA ADIK LPAR

32.SYAHID DIJALAN RAYA..

33. MEMBALAS KEDZALIMAN

34. KUFUR NIKMAT

35.JADILAH KURMA

36."MENJENGUK ALAH"

37. DAHSYATNYA TA'ZIYAH

38, LARI DARI KEMATIAN

39.TERGANTUNG ENDINGNYA

40.AKHIR KEHIDUPAN

41. KEJARLAH AKHIRAT


DAPATKAN BUKUNYA

BISA KIRIM KE SULURUH DUNIA

HUBUNGI ANNUR 2 STORE 

+62-858 5895 9765




ODOH 6

KELUARGA SAMARA

ISBN : 9-786239-610685

BAGIAN PERTAMA

1. SEGERALAH MENIKAH!

2. KRITERIA CALON ISTRI

3. WASPADAI TIPE WANITA INI..

4. SALAH KAPRAH ISTIKHARAH

5. MASALAH LAMARAN

6. MASKAWIN BERKAH

7. MAHAR SANDAL JEPIT

8. S YAWAL BULAN PERNIKAHAN?

9. L.K.M.D (NIKAH KECELAKAAN)

BAGIAN KEDUA

10. KELUARGA SAMARA

11. CINTA PERTAMA NABI...

12. ROMANTISME AISYAH...

13. METODE KETELADANAN

14. ARWA, ISTRI ABU LAHAB

15. SUNGGUH SWEET RUMAH NABI

BAGIAN KETIGA

16. MENYAMBUT BUAH HATI..

17. APALAH ARTI SEBUAH NAMA?

18. ANAK: KARUNIA ATAU BENCANA?.....

19. BAKTI BERBALAS SURGA...

20. KASIH IBU SEPANJANG MASA

21. SHALAT SUAMI DIMANA?..

22. AGAR RUMAH MENJADI BERKAH

23. PERLUASLAH RUMAHMU...

24. GAYA HIDUP BAHAGIA...

25. THE REAL SULTAN

26. MENSYUKURI NIKMAT ALLAH

27. THE POWER OF QANAAH

 

BAGIAN KEEMPAT

28. CERAI KARENA ORTU?.....

29. SAAT MENSTRUASI

30. RUDAPAKSA ISTRI SENDIRI ...

31. CEMBURU PADA BIDADARI?

32. JIKA BELUM MANDI

33. MOHON NAFKAH LAHIR BATIN...

34. JANGANLAH MENGANGGUR

35. PROBLEM KEUANGAN

36. KEINGINAN VS KEBUTUHAN

37. ANTI SELINGKUH...

38. IZINKAN AKU BERZINA

39. MENIKAH LAGI.....

40. MOVE ON...

41. TERPESONA AKU TERPESONA..

42. RAHASIA KESABARAN SUAMI.

 

BONUS

1. KHOTBAH NIKAH RASUL SAW

2. ТЕRЈЕМАН КНОТВАН NКАН.

3. TAWASUL AKAD NIKAH...

4. DOA SEUSAI AKAD NIKAH

5. DOA LIQA (TEMU KEMANTEN)..

6. MENDOAKAN PENGANTIN....

 

DAPATKAN BUKUNYA

BISA KIRIM KE SULURUH DUNIA

HUBUNGI ANNUR 2 STORE 

+62-858 5895 9765


Monday, September 18, 2023

SHALAWAT HAJJI

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Anas Bin Malik RA, Rasul SAW bersabda : Malaikat Jibril berkata :

مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا ، وَرَفَعَ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ

“Barang siapa membaca shalawat atasmu satu kali maka Allah menurunkan sepuluh rahmat kepadanya dan mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan.” [HR Bukhari dalam Adabul Mufrad]

 

Catatan Alvers

 

Suatu ketika ada sahabat yang bernama Basyir bin Sa’ad RA, Ia bertanya: “Allah telah memerintahkan kepada kami untuk bershalawat kepadamu, bagaimanakah kami mengucapkan shalawat kepadamu?” Kemudian Rasulullah SAW menjawab : Ucapkanlah  

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

“Ya Allah, berikanlah kemuliaan kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberikan kemuliaan kepada Ibrahim. Dan berilah karunia kepada Muhammad beserta keluarganya sebagaimana Engkau memberikan karunia kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta ini, hanya Engkau-lah yang Maha terpuji lagi Maha mulia.” [HR Muslim]

 

Redaksi shalawat di atas lazim dikenal dengan shalawat ibrahimiyyah yang kita baca ketika tayahhud dalam shalat dan memang menurut al-Qadli (Iyadl Rahimahullah), menurut qaul adzhar (yang lebih jelas) redaksi shalawat yang ditanyakan memang dalam konteks shalat sehingga imam muslim mendatangkan riwayat hadits tersebut dalam bab shalat. [Syarah Muslim]

 

Lantas bagaimana dengan redaksi shalawat yang disusun oleh ulama seperti shalawat haji? Apakah boleh dibaca dan diamalkan? Apakah khasiatnya memang untuk bisa berhaji?

 

Perlu diketahui bahwa ada di antara sahabat Nabi yang menyusun shalawat dengan redaksi lain yang berbeda dengan yang di ajarkan oleh Nabi. Di antaranya adalah Abdullah bin Mas’ud RA. Ia berkata :

إِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَحْسِنُوا الصَّلَاةَ عَلَيْهِ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْرُونَ لَعَلَّ ذَلِكَ يُعْرَضُ عَلَيْهِ

“Apabila kalian bershalawat kepada Rasulullah SAW, maka buatlah redaksi shalawat yang bagus kepada beliau, siapa tahu shalawat kalian itu disampaikan kepada beliau.”

 

Lantas ada beberapa orang yang meminta agar mereka diajari shalawat yang bagus. Abdullah bin Mas’ud RA menjawab : “Ucapkanlah :

اللَّهُمَّ اجْعَلْ صَلَاتَكَ وَرَحْمَتَكَ وَبَرَكَاتِكَ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ وَإِمَامِ الْمُتَّقِينَ وَخَاتَمِ النَّبِيِّينَ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ إِمَامِ الْخَيْرِ وَقَائِدِ الْخَيْرِ وَرَسُولِ الرَّحْمَةِ اللَّهُمَّ ابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا يَغْبِطُهُ بِهِ الْأَوَّلُونَ وَالْآخِرُونَ

Ya Allah jadikanlah segala shalawat, rahmat dan berkah-Mu kepada sayyid para rasul, pemimpin orang-orang yang bertakwa, pamungkas para nabi, yaitu Muhammad hamba dan rasul-Mu, pemimpin dan pengarah kebaikan dan rasul yang membawa rahmat. Ya Allah anugerahilah beliau maqam terpuji yang menjadi harapan orang-¬orang terdahulu dan orang-orang terkemudian.”

Setelah itu beliau melanjutkan dengan membaca shalawat Ibrahimiyah. [HR Ibnu Majah]

 

Imam Syafii juga memiliki redaksi shalawat tersendiri yang beliau tulis dalam kitabnya Ar-Risalah yaitu :

وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ كُلَّمَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُوْنَ

”Semoga Allah melimpakan shalawat atas Muhammad, selama orang-orang yang ingat menyebut-Mu dan orang-orang yang lalai lupa menyebut-Mu.”

 

Dan Abul Hasan berkata: “Aku bermimpi bertemu dengan Rasul SAW lantas aku bertanya: “Ya Rasul, Apakah hadiah yang diterima As-Syafii darimu atas shalawatnya yang ditulisnya dalam kitab Ar-Risalah. Maka Nabi SAW menjawab : Hadiah adalah ia tidak di hisab (masuk surga tanpa hisab). [Ihya Ulumuddin]

 

Dengan demikian, shalawat itu tidak harus memakai redaksi yang langsung dari Nabi SAW sehingga redaksi shalawat seperti shalawat hajji itu diperbolehkan. Lantas bagaimana dengan khasiatnya? shalawat hajji biasanya dibaca dengan khasiat orang yang membacanya akan bisa pergi haji. Apakah juga diperbolehkan meyakini hal tersebut padahal yang demikian itu tidak diajarkan oleh Nabi SAW ?.

 

Redaksi Shalawat Hajji yang dimaksud adalah sebagai berikut :

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُبَلِّغُنَا بِهَا حَجَّ بَيْتِكَ الْحَرَامِ وَزِيَارَةَ قَبْرِ نَبِيِّكَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ بِلُطْفٍ وَعَافِيَةٍ وَسَلَامَةٍ وَبُلُوْغِ الْمَرَامِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّمْ

“Ya Allah, limpahkanlah rahmat atas junjungan kami Muhammad dengan berkah shalawat, Engkau menyampaikan kami untuk berkunjung ke rumah-Mu yang mulia dan berziarah ke makam nabi-Mu, atasnya shalawat dan salam dengan penuh kelembutan, kesehatan, keselamatan, dan tercapainya maksud dan tujuan, serta limpahkan pula shalawat dan salam keapda keluarga dan sahabat-sahabat beliau”.

 

Shalawat hajji tersebut pada dasarnya merupakan do’a yang diselipkan dalam shalawat. Ya, Doa agar bisa berhaji. Doa seperti ini akan lebih berpeluang dikabulkan. Kenapa? Karena Umar Bin Khattab RA berkata :

إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى تُصَلِّيَ عَلَى نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Sesungguhnya doa itu terhenti antara langit dan bumi, ia tidak bisa naik sedikitpun sehingga engkau bershalawat kepada Nabimu SAW. [HR Tirmidzi]

 

Mengingat doa dalam shalawat hajji tadi adalah permohonan agar Allah menyampaikan pembacanya ke tanah suci untuk berhaji maka demikian pula insyaAllah, Allah akan mengabulkannya. Jadi keyakinan akan khasiat shalawat hajji itu juga ada dasarnya. Terlepas dari itu semua, shalawat akan meninggikan derajat seseorang di sisi Allah SWT sebagaimana hadits utama di atas.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk dapat mengamalkan shalawat dengan hati tenang dan penuh keyakinan akan khasiat yang telah dijanjikan oleh Nabi SAW.