Tuesday, June 28, 2022

MENYOAL NAMA MUHAMMAD

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Dari Anas bin Malik RA, Nabi SAW bersabda :

سَمُّوا بِاسْمِي وَلَا تَكْتَنُوا بِكُنْيَتِي

"Berilah nama dengan namaku tapi jangan kalian menggunakan kuniyahku (Abul Qasim) ".  [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

"Where is..? These names get free bottle every thursday. Muhammad, Maria" Inilah promo yang menggegerkan jagad maya, pasalnya promo tersebut disertai unsur SARA dengan menyebut Muhammad dan Maria akan mendapatkan miras gratis setiap hari kamis. Menyadari kekeliruanya maka kemudian diganti dengan nama Mario dan Maria. Namun demikian, jejak digital terlanjur menyebar sehingga promo tersebut menjadi masalah besar bagi perusahaan. [republika co id] dikabarkan bahwa ormas Islam menggeruduk beberapa lokasi perusahaan tersebut diantaranya di Jakarta dan Surabaya. Selanjutnya Polisi menangkap 6 tersangka dibalik kekisruhan promo tersebut. Bahkan 12 outlet Bar dan Kafe ditutup oleh pemprov DKI Jakarta. [Tribunnews com]

 

Kerasnya reaksi ummat Islam dengan promo tersebut dikarenakan nama Muhammad adalah nama Nabi agung yang terakhir bagi ummat Islam dan Beliau juga menganjurkan memakai nama muhammad kepada ummatnya sebagaimana hadits utama di atas. Hal ini menjadikan nama Muhammad identik dengan nama orang islam. Memberi miras gratis ke orang yang bernama Muhammad sama halnya menghina Nabi yang memiliki nama tersebut dan menghina agama Islam yang mengharamkan miras.

 

Menamai anak dengan nama Muhammad dianjurkan oleh para ulama, diantara Syeikh Abu Abdillah Al-Husein Rahimahullah, beliau menulis buku yang memuat 29 Hadits mengenai keutamaan nama Muhammad yang berjudul “Fadla’ilut Tasmiyah bi Ahmad wa Muhammad”.  Dari sinilah kemudian banyak kaum muslimin menamai anak mereka dengan nama Muhammad padahal sebelumnya tidak demikian. Al-Qadli Iyadl berkata :

لَمْ يُسَمَّ بِهِ أَحَدٌ مِنَ الْعَرَبِ وَلَا غَيْرِهِمْ إِلَى أَنْ شَاعَ قُبَيْلَ وُجُودِهِ صلى الله عليه وسلم وَمِيْلَادِهِ أَنَّ نَبِيًّا يُبْعَثُ اِسْمُهُ مُحَمَّدٌ

“Tidak ada seorangpun yang memakai nama “Muhammad” baik dari kalangan arab maupun lainnya sampai masa dekatnya kelahiran Nabi Muhammad SAW karena beredar kabar bahwa akan ada Nabi akan diutus yang bernama Muhammad”. [As-Syifa bi Ta’rifi Huquqil Mushthafa]

 

Qadli melanjutkan : maka segelintir kaum arab memberi nama kepada anak-anak mereka dengan nama Muhammad dengan harapan salah satu dari mereka adalah nabi yang dimaksud. Mereka berjumlah 6 orang dan tidak lebih. Namun Allah menjaga mereka dari mengaku-ngaku menjadi nabi atau dinyatakan sebagai nabi. [As-Syifa]

 

Nama Muhammad justru dihindari oleh orang-orang yahudi. Sebagaimana As-Suddy berkata bahwa yang dimaksud dengan “orang-orang yang menyembunyikan” dalam ayat :

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah) ….dst [QS Al-Baqarah : 174]

Mereka itu adalah orang-orang yahudi, mereka  menyembunyikan nama Muhammad SAW dan mereka menerima bayaran yang sedikit, itulah yang dimaksud dengan “tsamanan Qalilan”. [Tafsir Ibnu Abi Hatim]

 

As-Suddy juga berkata bahwa yang dimaksud dengan “orang-orang yang kikir” dalam ayat :

الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ

(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir… [QS An-Nisa : 37]

Mereka itu adalah orang-orang yahudi, mereka kikir untuk menyebut nama “Muhammad” SAW [Tafsir Ibnu Abi Hatim]

 

Begitu pula ayat berikut :

فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ

Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri… [QS Al-Baqarah : 79]

Ustman bin Affan mengemukakan hadits bahwa ayat tersebut menjelaskan orang yahudi yang menyelewengkan taurat, mereka menambah apa yang mereka sukai dan menghapus apa yang mereka benci dan mereka menghapus nama Muhammad dari kitab Taurat. [Kanzul Ummal]

 

Adapun Asbabun Nuzul dari hadits utama di atas adalah suatu ketika Nabi berada di pasar kemudian ada seseorang memanggil-manggil “Wahai Abul Qasim”, Nabipun menoleh kearahnya dan orang itu berkata “ Aku memanggil orang (lain) ini, (bukan engkau)”. Maka Nabi bersabda sebagaimana hadits utama di atas “Berilah nama dengan namaku tapi jangan kalian menggunakan kun-yahku (Abul Qasim) ".  [HR Bukhari]

 

Jabir bin Abdillah Al-Anshari RA, menceritakan bahwa ada orang menghadap kepada Nabi SAW dan ia berkata : Ya Rasulullah, Aku memiliki anak laki-laki dan aku memberi nama kepadanya dengan nama al-Qasim. Maka orang-orang anshar berkata kepadaku : “Aku tidak akan memanggilmu dengan kun-yah Abal Qasim dan kami tidak akan memuliakanmu dengan sebutan (kun-yah, Abal Qasim) itu. Rasul SAW bersabda :

أَحْسَنَتْ الْأَنْصَارُ سَمُّوا بِاسْمِي وَلَا تَكَنَّوْا بِكُنْيَتِي فَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ

”Orang-orang anshar itu tepat, berilah nama dengan namaku dan jangan memakai nama kun-yahku karena akulah “Qasim” (pembagi).

Nama kun-yah adalah nama yang berawalan “abu” atau “ummu”. Dalam hadits tersebut terdapat larangan menggunakan Abul Qasim, Kun-yah Nabi Muhammad SAW sebagai nama panggilan seseorang. Namun sering kita mendengar ada ulama yang berkun-yah dengan abul qasim misalnya, Syaikh Abdurrahman bin Ishaq Abul Qasim Az-zajjaji pengarang kitab “Akhbar” dan Abdullah bin Muhammad Abu Qasim Al-Baghawi pengarang kitab “Musnad Usamah bin Zaid”. Mengapa demikian, tak lain karena ada hadits dari Sayyidina Ali KW, ia pernah bertanya :

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ وُلِدَ لِي مِنْ بَعْدِكَ وَلَدٌ أُسَمِّيهِ بِاسْمِكَ وَأُكَنِّيهِ بِكُنْيَتِكَ

Wahai Rasulullah, Jika aku nanti memiliki anak setelah (wafat)mu, bolehkah aku menamainya dengan namamu dan memakai kun-yahmu?

Maka Rasul SAW menjawab : "Ya (boleh)". [HR Abu Dawud]

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menghina simbol-simbol kemuliaan dalam agama Islam maupun agama lainnya sehingga tetap terjaga kerukunan umat beragama di negara kita ini.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

0 komentar:

Post a Comment