ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Hakim bin Hizam RA, Rasul SAW bersabda :
وَسَيَأْتِي زَمَانٌ قَلِيلٌ فُقَهَاؤُهُ ، كَثِيرٌ
خُطَبَاؤُهُ ، كَثِيرٌ سُؤَّالُهُ ، قَلِيلٌ مُعْطُوهُ ، الْعِلْمُ فِيهِ خَيْرٌ
مِنَ الْعَمَلِ
“Akan
datang satu masa dimana orang-orang faqih-nya sedikit, sementara banyak para
penceramahnya, banyak para peminta-minta dan sedikit orang-orang yang memberi,
ketika itu ilmu lebih baik dari pada amal”. [HR Thabrani]
Catatan Alvers
Pada
zaman sekarang kita dengan mudah menemukan penceramah di mana-mana. Mulai yang
tua maupun yang muda bahkan anak-anak. Ajang lomba ceramah semacam PILDACIL
(pemilihan da’i cilik) pun di gelar di berbagai tempat dan banyak sekali
pesertanya. Sementara orang yang faham ilmu agama (Faqih) dan ulama yang
benar-benar mengamalkan ilmunya semakin sulit untuk ditemukan. Banyak di antara
mereka meninggal dunia lalu banyak diantara mereka tidak memiliki generasi penerus
dalam keilmuan dan amalihah mereka. Hal ini sebagaimana sabda Rasul SAW :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا
يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ
حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا
فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
Sesungguhnya
Allah tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan
tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa
lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada para pemuka-pemuka yang bodoh.
Ketika ditanya, maka mereka itu berfatwa dengan tanpa ilmu. mereka itu sesat
dan menyesatkan. [HR Bukhari]
Dengan
demikian secara perlahan namun pasti akhirnya kita sampai pada zaman yang
disebutkan oleh baginda Nabi SAW dalam hadits utama di atas “Akan datang satu
masa dimana orang-orang faqih-nya sedikit, sementara banyak para penceramahnya.
banyak para peminta-minta dan sedikit orang-orang yang memberi, ketika itu ilmu
lebih baik dari pada amal”. [HR Thabrani].
“Faqih
adalah orang yang faham agama dengan hatinya itu berbeda dengan khatib
(penceramah) yang mana ia berceramah dengan lisannya. Terkadang hati itu memiliki
pengetahuan dan ilmu yang agung namun orangnya tidak mengungkapkannya kepada
orang lain. Dan sebaliknya, terkadang seseorang berbicara banyak ilmu
pengetahuan hati dan hal ihwalnya sementara hatinya kosong. Hal ini seperti
perumpamaan Nabi SAW mengenai orang munafiq yang membaca Qur’an, ia seperti tumbuhan
Rayhanah. Baunya wangi namun rasanya pahit. Disini Rasul SAW menjelaskan bahwa ada
orang yang membaca Qur’an dan berbicara mengenai kalam Allah namun ia dalah
orang munafik yang mana di dalam hatinya tidak terdapat iman. Dan disisi lain, beliau
memberikan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca al-Quran ialah seperti
buah kurma, tidak ada baunya, tetapi rasanya manis. Jadi ada orang yang hatinya
beriman dan didalam hatinya terdapat tauhid, mahabbah dan khashyah yang agung namun
dia tidak membicarakan hal itu kepada orang lain”. [Da’ru Ta’arudil Aql Wan
Naql]
“Banyak
diantara para penceramah saat ini tidak memilah milih kisah dan cerita yang
disampaikan, yang penting bagi mereka kisahnya menarik perhatian bahkan tak
jarang menyampaikan hadits palsu dan cerita bohong dengan niatan motivasi amal
shalih ataupun sekedar biar tenar dan banyak mendapat job”. [Majalah Al-Bayan
98 Maktabah Syamilah]
Maka
di zaman akhir dimana banyak penceramahnya, Ibnu Rajab Al-Hambali berkata :
فَمَنْ كَثُرَ عِلْمُهُ وَقَلَّ قَوْلُهُ فَهُوَ الْمَمْدُوحُ،
وَمَنْ كاَنَ بِالْعَكْسِ فَهُوَ مَذْمُوْمٌ
Barang
siapa yang banyak ilmunya dan sedikit bicaranya maka dialah orang yang terpuji.
Dan orang yang sebaliknya (Sedikit ilmu namun banyak bicara) dialaha orang yang
tercela. [Majmu’ Rasa’il Ibni Rajab]
Dalam
konteks ini pula, Ibnu Mas’ud berkata :
اِعْلَمُوا أَنَّ حُسْنَ الْهَدْيِ فِي آخِرِ الزَّمَانِ
خَيْرٌ مِنْ بَعْضِ الْعَمَلِ
Ketahuilah
bahwa baiknya perilaku (teladan) di akhir zaman itu lebih baik daripada
sebagian amalan. [Adabul Mufrad]
Kondisi
sekarang ini berbanding terbalik dengan kondisi di zaman Nabi SAW. Pada hadits yang
sama, sebelumnya Rasul SAW menjelaskan :
إِنَّكُمْ قَدْ أَصْبَحْتُمْ فِي زَمَانٍ كَثِيرٍ
فُقَهَاؤُهُ ، قَلِيلٍ خُطَبَاؤُهُ ، كَثِيرٍ مُعْطُوهُ ، قَلِيلٍ سُؤَّالُهُ ،
الْعَمَلُ فِيهِ خَيْرٌ مِنَ الْعِلْمِ
Kalian
sekarang berada pada masa orang-orang faqih-nya banyak, sedangkan para khathib
(penceramah)nya sedikit, banyak orang yang memberi dan dan sedikit para
peminta-minta, amal itu lebih baik daripada ilmu. [HR Thabrani]
Al-Qari
menjelaskan bahwa makna dari “amal itu lebih baik daripada ilmu” adalah di
zaman tersebut menampakkan amal itu lebih baik daripada menampakkan ilmu supaya
orang-orang mudah untuk meneladaninya. Hal ini tentu tidak bertentangan dengan
keutamaan ilmu secara mutlak. [Al-Iraqy, Takhrij Ahaditsil Ihya]
Dalam
hadits tersebut terdapat tigal hal yang berbanding terbalik dengan berbedanya
zaman yaitu Ulama VS penceramah, Pemberi VS peminta-minta, Ilmu VS Amal. Dan terdapat
tambahan penjelasan mengenai Hal ini. Suatu ketika ada orang Yaman mendatangi
Ibnu Mas’ud dan berkata : Tolong ajarkan Al-Qur’an kepadaku. Ibnu Mas’ud
menyuruhnya pulang. Di perjalanan, orang itu bertemu dengan satu kaum yang
mendengarkan kisah tadi maka mereka menganjurkannya untuk belajar “kalam”
(berpidato). Orang yaman itu kembali kepada Ibnu Mas’ud. Lalu Ibnu Mas’ud
berkata : “Engkau sekarang berada pada
masa dimana orang-orang faqih-nya banyak, sedangkan para penceramahnya sedikit,
banyak orang yang memberi dan sedikit para peminta-minta”
الْعَمَلُ فِيهِ قَائِدٌ لِلْهَوَى
saat
ini amal bisa menuntun hawa nafsu. dan sebentar lagi akan datang satu masa
dimana para khathib (penceramah)nya banyak sedangkan ulama’nya sedikit. Banyak
orang yang meminta-minta dan sedikit orang yang memberi.
الْهَوَى فِيهِ قَائِدٌ لِلْعَمَلِ
Saat
itu hawa nafsu akan mengendalikan amal seseorang. [Al-Ibanah Al-Kubra Libni
Batthah]
Di
dalam riwayat lain, Ibnu Mas’ud berkata : “Kalian sekarang berada pada masa
dimana para khathib (penceramah)nya sedikit sedangkan ulama’nya banyak,
يُطِيلُونَ الصَّلَاةَ، وَيُقَصِّرُونَ الْخُطْبَةَ
“mereka
memanjangkan shalat dan memendekkan khutbah”.
Dan
akan datang satu masa dimana ulama’nya sedikit namun para khathib
(penceramah)nya banyak.
يُطِيلُونَ الْخُطْبَةَ، وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلَاةَ
Mereka
itu memanjangkan khutbah dan mengakhirkan shalat”. [HR Thabrani]
Kapan
itu terjadi? Ibnu Mas’ud menjelaskan : “(dan itu semua terjadi) Jika kalian
sudah melihat orang-orang meninggikan bangunan, berlaku tidak adil dalam hukum,
menerima suap, semoga semua selamat dan selamat. Orang yaman itu bertanya :
Lantas perkara apakah yang bisa menyelamatkan
kami? Ibnu Mas’ud menjawab :
تَأْخُذُ حِلْسًا مِنْ أَحْلَاسِ بَيْتِكَ فَتَلْبَسهُ
, وَتَكُفُّ لِسَانَكَ وَيَدَكَ
“Hendaknya engkau
mengambil alas rumahmu dan memakainya, menahan mulut dan tanganmu”. [Al-Ibanah
Al-Kubra Libni Batthah]
Begitu
beratnya mengamalkan ilmu di akhir zaman ini maka Rasul SAW bersabda :
إِنَّكُمْ الْيَوْمَ فِي زَمَانٍ كَثِير عُلَمَاؤُه ،
قَلِيلُ خُطَباَؤُه ، مَنْ تَرَكَ عُشْرَ مَا يَعْرِفْ هَوَى ، وَيَأْتِي مِنْ
بَعْدُ زَمَانٌ كَثْير خُطَبَاؤُه ، قَلِيلُ عُلَمَاؤُه ، مَنْ اسْتَمْسَكَ
بِعُشْرِ مَا يَعْرِفُ فَقَدْ نَجَا».
Sesungguhnya
kalian hari ini berada pada suatu zaman banyak ulamanya, dan sedikit
penceramahnya. Barangsiapa yang meninggalkan sepuluh persen dari yang dia
ketahui maka dia akan tergelincir. Dan akan datang setelahnya zaman dimana banyak
penceramahnya, dan sedikit ulama’nya. Barangsiapa yang berpegang teguh dengan sepeuluh
persen saja dari apa yang dia ketahui maka sungguh dia telah selamat. [Al-Amal
As-Shalih]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka
hati dan fikiran kita untuk terus belajar ilmu dan berusaha mengamalakannya semampu
kita supaya kita menjadi orang yang selamat di zaman akhir ini.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah
kita semua.
0 komentar:
Post a Comment