Wednesday, March 20, 2019

SIWAK ZAMAN NOW



ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA, Rasul SAW bersabda :
السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ
(Ber) Siwak itu dapat membersihkan mulut dan mendatangkan ridla Tuhan, Allah SWT [HR Bukhari]

Catatan Alvers

Bagaimana perasaan anda jika anda bertemu dengan seseorang yang tidak pernah menggosok giginya dalam jangka waktu yang lama. Anda melihat giginya yang kotor ketika ia berbicara, bahkan anda juga mencium aroma tidak sedap dari mulutnya ketika berbisik pada anda. Bagaimana perasaan anda? Jijik bukan? Itulah mengapa menggosok gigi bisa mendatangkan ridla Allah Swt sebagaimana hadits di atas.


Al-Karmani berkata : Bersiwak (menggosok gigi) adalah mukaddimah (persiapan) untuk sholat sedangkan sholat sendiri adalah munajat (berbisik) kepada Allah dan pastinya orang yang wangi baunya akan disenangi Shahibul Munajat. [Syarah Sunan An-Nasa’i]

Demikianlah naluri manusia, senang akan kebersihan karena penciptanya, Allah juga demikian, senang akan kebersihan. Rasul SAW bersabda :
إِنَّ اللَّهَ تَعَالى طَيِّبٌ يُحِبُّ الطَّيِّبَ نَظِيفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ
Sesungguhnya Allah swt Itu baik, Dia menyukai kebaikan. Allah itu
bersih, Dia juga menyukai kebersihan. [HR Tirmizi]

Dengan demikian, Kata “Siwak” yang mendatangkan ridlo Allah SWt dalam hadits utama diatas lebih relevan diartikan sebagai (ber)siwak atau aktifitas menggosok gigi, bukan kayu siwaknya itu sendiri. [Syarah Sunan An-Nasa’i]

Rasul SAW sangat menggalakkan kebersihan mulut sebagai alat untuk munajat (berbisik) kepada Allah SWT. Beliau bersabda :
لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي (أَوْ عَلَى النَّاسِ) لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلَاةٍ
Seandainya tidak memberatkan atas umatku (atau; atas manusia), sungguh aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap hendak melaksanakan shalat.” (HR. Al-Bukhari).

Pada zaman Nabi SAW, belum ada sikat gigi dan pasta gigi seperti lazimnya yang kita gunakan untuk gosok gigi. Maka saat itu aktifitas menggosok gigi menggunakan alat seadanya yang bisa digunakan untuk membersihkan gigi dan mulut.

Siwak secara etimologi berarti “dalaka” (menggosok) dan alat untuk menggosok. Secara etimologi Syar’I, Siwak didefinisikan sebagai aktifitas menggunakan kayu dari “arok” atau semisalnya seperti kayu “usynan” pada gigi dan sekitarnya untuk menghilangkan bau (tidak sedap) dan lainnya. [Al-Iqna]

Dalam Kitab Al-Majmu’ disebutkan “Disunnahkan untuk tidak bersiwak dengan menggunakan kayu basah yang tidak bisa mengangkat (kotoran) dan kayu kering yang bisa melukai gusi, (ataupun email gigi), akan tetapi pakailah kayu di antara keduanya, dan dengan apa saja yang bisa menghilangkan warna kuning dan bau gigi seperti sobekan kain kasar dan selainnya bisa mencukupi karena sesuai dengan tujuan bersiwak.”[Syarah Muhadzdzab]

Singkat kata, Alat siwak itu tidak harus berupa kayu jenis tertentu (“Arok”) sebagaimana disalahpahami sebagian orang, namun siwak itu bisa dilakukan dengan alat yang (1).Bisa membersihkan kotoran pada gigi (2).Menghilangkan bau mulut dan (3).tidak membahayakan seperti dapat melukai gusi atau lainnya. Sehingga dengan demikian Aktifitas kita sehari-hari menggosok gigi dengan sikat gigi dan odol juga bisa disebut sebagai bersiwak dan mendapatkan pahala bersiwak dengan diniatkan sebagai kesunnahan.

Namun demikian, kayu Arok (Salvadora persica) yang dikenal sebagai alat pembersih mulut yang berasal dari Arab kuno ini janganlah ditinggalkan sebab menurut beberapa penelitian, siwak (kayu Arok) memiliki kandungan antibakteri yang berfungsi untuk membunuh bakteri yang menyebabkan bau mulut (halitosis).  Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia ternyata menyimpulkan bahwa terjadi penurunan parameter halitosis (bakteri yang menyebabkan bau mulut ) sesudah penggunaan siwak pada objek penelitian di salah satu pesantren di Jakarta. [researchgate net]

Jika gigi bersih, gusi sehat, nafas segar maka tentunya akan senang orang disekeliling kita untuk bergaul dan bercengkarama dengan kita. Demikian pula malaikat senang melihat orang yang demikian. Rasul SAW bersabda :
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا تَسَوَّكَ ، ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي قَامَ الْمَلَكُ خَلْفَهُ ، فَتَسَمَّعَ لِقِرَاءَتِهِ فَيَدْنُو مِنْهُ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا حَتَّى يَضَعَ فَاهُ عَلَى فِيهِ فَمَا يَخْرُجُ مِنْ فِيهِ شَيْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ ، إِلاَّ صَارَ فِي جَوْفِ الْمَلَكِ ، فَطَهِّرُوا أَفْوَاهَكُمْ لِلْقُرْآنِ
“Sesungguhnya jika seorang hamba bersiwak, kemudian melakukan shalat, maka ada seorang malaikat yang berdiri di belakangnya untuk mendengarkan bacaannya. Malaikat itu akan mendekat kepadanya hingga meletakkan mulutnya (berhadapan tepat) pada mulut orang tersebut. Sehingga tidaklah keluar dari mulut orang tersebut berupa bacaan al-Qur‘an kecuali akan langsung masuk ke dalam perut malaikat, maka bersihkanlah mulut kalian bila hendak membaca al-Qur‘an.” [HR Ibnul Mubarak dalam Kanzul Ummal]

Jika orang yang sholat nafasnya segar disukai Allah dan para malaikat maka wajarlah sholat yang demikian akan berpahala lebih besar. Nabi SAW bersabda :
رَكْعَتَانِ بِسِوَاكٍ خَيْرٌ مِنْ سَبْعِيْنَ رَكْعَةً بِغَيْرِ سِوَاك
Dua rakaat yang dilakukan dengan bersiwak (membersihkan gigi terlebih dahulu) lebih baik dari 70 rakaat tanpa siwak. [HR Daruqutni]

Tidak hanya ketika hendak berwudlu, shalat dan membaca Qur’an, Siwak sangat dianjurkan (muakkadah) ketika akan membaca hadits, mempelajari Ilmu Syar’I (Fikih, Nahwu Sharaf dll), ketika Bau mulut berubah atau warna gigi berubah sebab tidur atau makan makanan yang berbau menyengat atau mengandung warna pekat, Bangun dari tidur (siang maupun malam hari) maupun hendak tidur,  Masuk masjid atau rumah (sendiri atau bertamu), ketika sahur dan ketika menghadapi naza’ (kematian). [Fathul Mu’in]

Dan sebaiknya ketika hendak bersiwak awali dengan membaca doa. Tiada Lafadz doa tertentu yang dicontohkan Nabi SAW dalam hal ini namun tidak mengapa jika membaca doa berikut :
اَللَّهُمَّ بَيِّضْ بِهِ أَسْنَانِيْ وَشُدَّ بِهِ لِثَّتِيْ وَثَبِّتْ بِهِ لَهَاتِي وَبَارِكْ لِيْ فِيْهِ وَأَثِبْنِيْ عَلَيْهِ يَآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Ya Allah putihkan gigiku dan kuatkan gusiku, serta kuatkan lahatku (daging yang tumbuh di atas langit-langit mulut) serta berikanlah keberkahan dan pahala bagiku karenanya wahai Dzat yang maha pengasih diantara para pengasih.[Al-Majmu’] Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita agar selalu menjaga kebersihan diri terutama mulut dengan bersiwak pada saat yang dianjurkan.

 Salam Satu Hadits,
Dr. H. Fathul Bari Alvers

NB.
Hak Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Mengubah dan menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat kelak. *Silahkan Share tanpa mengedit artikel ini*. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang  lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam Abdullah Alhaddad]

Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo Mondok! Mondok itu Keren!

0 komentar:

Post a Comment