إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Friday, April 14, 2023

BAJU BARU ALHAMDULILLAH

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Sayyidina Ali KW, ia berkata :

أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في العيدين أَنْ نَلْبَسَ أَجْوَدَ مَا نَجِدُ وَأَنْ نَتَطَيَّبَ بِأَجْوَدِ مَا نَجِدُ

Kami diperintahkan oleh Rasulullah SAW pada dua hari raya untuk mengenakan pakaian yang paling bagus dari yang ada dan memakai parfum terbaik dari apa yang ada” [HR al-Hakim]

 

Catatan Alvers

 

“Baju baru Alhamdulillah. Tuk dipakai di hari raya. Tak punya pun tak apa-apa. Masih ada baju yang lama. Hari raya idul fitri Bukan untuk berpesta-pesta. Yang penting maafnya lahir batinnya. Untuk apa berpesta-pesta. Kalau kalah puasanya. Malu kita kepada Allah yang esa.” Ini adalah lagu anak populer berjudul “Baju Baru” yang pertama kali dirilis pada tahun 1997 silam. Meskipun jadul, lagu ini tetap cocok disenandungkan menjelang hari raya idul fitri sebagai pelajaran agar tidak sedih ketika tidak bisa membeli baju baru saat hari raya tiba. [urbanjabar com]

 

Mengenakan baju yang paling bagus saat idul fitri adalah anjuran Nabi SAW sebagaimana hadits di atas. Dalam riwayat yang shahih dari Abdullah bin Umar bahwa Sayyidina Umar mengambil sebuah jubah dari sutera yang dijual di pasar dan ia membawanya ke hadapan Rasulullah SAW, lalu Umar RA berkata:

يَا رَسُوْلَ اللهِ ابْتَعْ هَذِهِ تَجَمَّلْ بِهَا لِلْعِيْدِ وَالْوُفُوْدِ

“Wahai Rasulullah, belilah ini dan berhiaslah dengan pakaian ini untuk hari raya dan menyambut tamu-tamu utusan.”

Maka Rasulullah SAW pun berkata: “(Pakai Sutera) ini adalah pakaian orang yang tidak mendapat bagian (di akhirat kelak).” [HR Bukhari]

 

Rasul SAW menolak baju tersebut bukan karena melarang pakaian baju baru dipakai saat hari raya namun karena baju tersebut adalah baju sutera yang haram untuk orang laki-laki. Abu Al-Hasan As-Sindi berkata  :

مِنْهُ عُلِمَ أَنَّ التَّجَمُّلَ يَوْم الْعِيد كَانَ عَادَةً مُتَقَرِّرَةً بَيْنَهُمْ وَلَمْ يُنْكِرْهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Dari hadits ini diketahui, bahwa berhias di hari raya termasuk kebiasaan yang sudah ada di kalangan para sahabat, dan Nabi SAW juga tidak mengingkarinya. [Hasyiah As-Sindi]

 

Nabi SAW sendiri saat hari raya juga mengenakan pakai terbaik. Ibnu Abbas RA meriwayatkan :

كَانَ يَلْبَسُ بُرْدَ حِبَرَةٍ فِي كُلِّ عِيْدٍ

Rasul SAW di setiap hari raya mengenakan pakaian “Burd Hibarah” (mantel atau jas panjang bermotif garis-garis yang berasal dari negara yaman). [Musnad As-Syafi’i]

 

Dengan demikian diketahui bahwa mengenakan pakaian terbaik saat hari raya merupakan kebiasaan yang diperintah Nabi SAW sebagaimana hadits utama di atas sehingga hal itu menjadi satu kesunnahan. Dan sunnah ini juga diamalkan oleh para sahabat Nabi. Diriwayatkan dari Nafi’, Ia berkata :

أنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَلْبَسُ فِي الْعِيدَيْنِ أَحْسَنَ ثِيَابِهِ

Sesungguhnya Ibnu Umar mengenakan pakai terbaiknya pada dua hari raya. [HR Baihaqi]

 

Syeikh Zakaria Al-Anshari berkata :

وَسُنَّ تَزَيُّنٌ بِأَنْ يَتَزَيَّنَ بِأَحْسَنِ ثِيَابِهِ

“Disunnahkan bagi orang laki-laki (ketika hari raya) untuk berhias dengan memakai pakaian terbaiknya”

Beliau melanjutkan : “dan hendaknya juga memakai parfum. Juga disunnahkan memotong kuku dan menghilangkan bau yang tak sedap. Kesunnahan ini termasuk juga mandi sunnah, berlaku bagi lelaki yang hendak keluar menuju sholat ied ataupun tidak. Ini semua khusus untuk lelaki. Adapun wanita, maka makruh bagi wanita-wanita “dzawatul hay’at” untuk menghadiri sholat ied. Dan wanita selainnya disunnahkan hadir dan membersihkan badan dengan air dan tidak boleh mengenakan parfum. Para wanita keluar rumah dengan pakaian “bidzlah” (yang dipakai sehari-hari)”. [Fathul Wahhab]

 

Siapakah dzawatul hay’at itu? Imam Nawawi menjelaskan :

وَأَمَّا ذَوَاتُ الْهَيْئَاتِ وَهُنَّ اللَّوَاتِي يَشْتَهِيْنَ لِجَمَالِهِنَّ...

Adapun dzawatul hay’at yaitu para wanita yang menarik perhatian karena kecantikannya... [Al-Majmu’]

 

Imam Ramli berkata : “Disunnahkan berhias di hari raya seperti di hari jumat dengan memakai pakaian terbaik. Dan pakaian yang lebih afdhal adalah pakaian putih kecuali jika pakaian selain yang warna putih itu lebih baik , maka itulah yang lebih afdhal dikenakan di hari raya, bukan di hari jumat (sekiranya pakaian putih tetap lebih afdhal meskipun ada pakaian warna lain yang lebih bagus kwalitasnya)”.

وَالْفَرْقُ أَنَّ الْقَصْدَ هُنَا إِظْهَارُ النِّعَمِ وَثَمَّ إِظْهَارُ التَّوَاضُعِ

Perbedaannya adalah hari raya itu bertujuan untuk menampakkan nikmat- nikmat dari Allah sementara hari jumat bertujuan untuk menampakkan tawadlu’. [Nihayatul Muhtaj]

 

Kesunnahan ini berlaku umum, untuk yang mendatangi sholat ied ataupun tidak. Syeikh Abdurrahman Al-Jaziry berkata :

كَمَا يُنْدَبُ لِلرِّجَالِ الَّذِيْنَ لَمْ يُصَلُّوا الْعِيْدَ لِأَنَّ الزِّيْنَةَ مَطْلُوْبَةٌ لِلْيَوْمِ لَا لِلصَّلَاةِ وَذَلِكَ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Disunnahkan pula bagi orang-orang yang tidak melaksanakan sholat ied (agar berhias dengan pakaian bagus), karena berhias itu dianjurkan sebab faktor hari raya bukan faktor sholat ied, dan hal itu disepakati oleh para ulama 4 madzhab. [Al-Fiqh ‘ala Madzahibil Arba’ah]

 

Pakaian hari raya dianjurkan berupa pakaian baru. Sayyid Bakri berkata :

وَيُسَنُّ أَنْ تَكُونَ جَدِيْدَةً، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ جَدِيْدَةً فَقَرِيْبَةً مِنْهَا... نَعَمْ، اَلْمُعْتَبَرُ فِي الْعِيْدِ اَلْاَغْلَى فِي الثَّمَنِ، لِأَنَّهُ يَوْمُ زِيْنَةٍ

Disunnahkan pakaian tersebut pakaian yang baru, jika tidak ada maka yang terbaru dari yang ada... Iya demikian, namun yang menjadi patokan dalam hari raya adalah pakaian yang lebih mahal harganya karena hari raya adalah hari untuk berhias.  [I’anatut Thalibin]

 

Mengenakan pakaian baru yang bagus, apakah tidak tidak dikhawatirkan menyebabkan sombong dan lain-lain? Imam Syafi’i dalam syairnya menjawabnya :

حَسِّنْ ثِيَابَكَ مَا اسْتَطَعْتَ فَإِنَّهَا :: زَيْنُ الرِّجَالِ بِهَا تُعَزُّ وَتُكْرَمُ

وَدَعِ التَّخَشُّنَ فِي الثِّيَابِ تَوَاضُعًا :: فَاللهُ يَعْلَمُ مَا تُسِرُّ وَتَكْتُمُ

فَجَدِيْدُ ثَوْبِكَ لَا يَضُرُّكَ بَعْدَ أَنْ :: تَخْشَى الْاِلَهَ وَتَتَّقِي مَا يَحْرُمُ

وَرَثَاثُ ثَوْبِكَ لَا يَزِيْدُكَ رِفْعَةً :: عِنْدَ الْاِلَهِ وَأَنْتَ عَبْدٌ مُجْرِمُ

Kenakanlah pakaian yang bagus-bagus semampumu karena pakaian bagus menjadi perhiasan para lelaki yang dengannya ia akan dimuliakan.

Tinggalkan berpakaian kasar dengan dalih tawadlu’ karena Allah tahu apa yang kau sembunyikan dalam hatimu

Baju baru tidaklah membahayakanmu jika kamu takut kepada Allah dan menjauhi perkara haram

Jeleknya pakaian tidak menjadikanmu naik derajat di sisi Allah jika engkau adalah   hamba yang pendosa. [I’anatut Thalibin]

 

Jika tidak ada pakaian baru maka cukuplah dengan mencuci pakaian yang ada. Imam Nawawi berkata :

فَإِنْ لَمْ يَجِدْ إِلَّا ثَوْبًا اُسْتُحِبَّ أَنْ يَغْسِلَهُ لِلْعِيْدِ

Jika seseorang tidak memiliki baju baru maka ia disunnahkan untuk mencuci baju lamanya itu untuk persiapan hari raya. [Al-Majmu’]

 

Hal ini berbeda dengan pakain baru yang tidak perlu dicuci. Para ulama berkata :

مِنَ الْبِدَعِ الْمَذْمُوْمَةِ غَسْلُ الثَّوْبِ الْجَدِيْدِ

Termasuk kategori bid’ah yang tercela adalah mencuci pakaian baru (yang tidak ada indikasi terkena najis). [I’anatut Thalibin]

 

Dari uraian di atas maka kita ketahui memakai pakaian baru merupakan kesunnahan bukan satu keharusan sehingga tidak perlu susah dan kecil hati jika tidak memilikinya saat hari raya. Suatu ketika di malam hari raya, beberapa putri Umar bin Abdul Aziz mendatangi ayahnya seraya berkata : “Kami tidak memiliki baju baru untuk hari hari raya”. Maka bendahara baitul mal yang ada di situ berkata : “Wahai Amirul Mukminin, Apakah perlu aku cairkan sekarang gaji untuk bulan depan dari baitul mal?”  Umar berkata : “Aduhai celaka kamu, Apakah engkau dapat melihat Lauh Mahfudz sehingga engkau tahu bahwa aku akan tetap hidup sampai bulan depan?” Kemudian Umar bin Abdul Aziz berkata kepada putrinya :

يَا بَنَاتِي لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ خَافَ يَوْمَ الْوَعِيْدِ

Wahai putri- putriku, hari raya bukanlah dimiliki oleh orang yang mengenakan baju baru akan tetapi hari raya itu didapatkan oleh orang yang takut kepada hari kiamat. [Alfu Qisshah wa Qisshah]

 

Terdapat maqalah senada, diantaranya :

وَلَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ بَلْ طَاعَاتُهُ تَزِيْدُ،

وَلَا لِمَنْ تَجَمَّلَ بِالْمَلْبُوْسِ وَالْمَرْكُوْبِ بَلْ لِمَنْ غُفِرَتْ لَهُ الذُّنُوْبُ

Hari raya bukanlah milik orang yang mengenakan baju baru akan tetapi hari raya itu milik orang yang bertambah taat kepada Allah SWT.

Hari raya bukanlah milik orang yang berhias dengan pakaian dan kendaraan akan tetapi hari raya itu milik orang yang dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT. [Bughyatul Mustarsyidin]

لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ، وَلَكِنَّهُ لِمَنْ رَضِيَ عَنْهُ رَبُّ الْعَبِيْدُ، وَأَعْتَقَهُ مِنَ الْعَذَابِ الشَّدِيْدِ

Hari raya bukanlah milik orang yang mengenakan baju baru akan tetapi hari raya itu milik orang yang mendapat ridlo dari Allah Tuhan dari para hamba dan ia dibebaskan dari adzab yang berat. [Mawsu’atul Khuthab Wad Durus Ar-Ramadlaniyyah]

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk mengenakan pakaian baru sebagaimana dianjurkan oleh Nabi SAW dan diamalkan oleh para sahabat saat hari raya dengan tujuan menampakkan nikmat-nikmat Allah dan mensyukurinya.

 

Kami atas nama pribadi, atas nama program One Day One Hadith Alvers dan atas nama pesantren Wisata AN-NUR 2 Malang Jatim mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, Taqabballahu Minna Wa Minkum, Mohon Maaf Lahir Bathin.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Thursday, April 13, 2023

BERKAH AIR ZAM-ZAM

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Dzar RA, Rasul SAW bersabda :

إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ

Sesungguhnya Air zam-zam itu adalah air yang penuh berkah dan ia adalah makanan yang mengenyangkan. [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Air zam-zam bukan air biasa, ia adalah air penuh berkah sebagaimana pernyataan hadits di atas. Air Zam-zam digunakan malaikat jibril AS untuk mencuci hati Nabi SAW ketika hendak isra’. Abu Dzar RA meriwayatkan bahwa Rasul SAW bersabda : "Saat aku di Makkah atap rumahku terbuka, tiba-tiba datang Malaikat Jibril AS”.

فَفَرَجَ صَدْرِي ثُمَّ غَسَلَهُ بِمَاءِ زَمْزَمَ

“Lalu dia membelah dadaku kemudian mencucinya dengan menggunakan air zamzam”.

 

Lalu ia membawa bejana terbuat dari emas berisi hikmah dan iman, lalu dituangnya ke dalam dadaku dan menutupnya kembali. Lalu dia memegang tanganku dan membawaku menuju langit dunia. [HR Bukhari] Al-Hafidz Al-Iraqy berkata : Hikmah mencuci hati Nabi SAW dengan air zam-zam adalah agar menguatkan hati nabi untuk melihat kerajaan langit dan bumi, surga dan neraka. Hal ini dikarenakan termasuk dari keistimewaannya adalah

أَنَّهُ يُقَوِّي الْقَلْبَ وَيُسَكِّنُ الرَّوْعَ

Air zam-zam dapat menguatkan hati dan menenangkan dari ketakutan. [Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaytiyyah]

 

Nama zam-zam berasal dari perkataan Siti Hajar. Diriwayatkan bahwa ketika Nabi Ibrahim AS meninggalkan siti hajar dan anaknya, Isma’il atas perintah Allah SWT sebagaimana dikisahkan Al-Qur’an, Nabi Ibrahim AS berkata :

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak ada tumbuh-tumbuhan di dekat Baitullah yang dimuliakan. [QS Ibrahim : 37]

 

Maka saat itu Siti hajar dan isma’il merasa kehausan. Setelah siti hajar mencari air ke sana kemari maka Malaikat Jibril mengepakkan sayapnya dan memukulkannya ke tanah lalu seketika itu tanah tersebut mengeluarkan air dan Siti Hajar berkata : “Zam, Zam” yang artinya berkumpullah wahai air, yang penuh dengan berkah. Lalu air tersebut dikenal dengan nama zam-zam. [Hasyiyah Al-jamal]

 

Dalam versi lain, ia dinamakan air zam-zam karena keluar dari sumber dalam jumlah banyak karena arti zam-zam sendiri artinya banyak. Dan Mujahid berkata : dinamakan zam-zam yang merupakan “Isytiqaq” (turunan kata) dari kata “Hazmah” yang berarti hentakan ke tanah dengan menggunakan tumit (karena demikianlah yang dilakukan isma’il sehingga air zam-zam memancar dari tanah dibawha kakinya). [Fathul Bari]

 

Imam Nawawi mensyarahi hadits utama di atas, beliau berkata : Kata “Thu’m” dengan dibaca dlammah pada huruf tha’ dan sukun pada huruf wawunya, artinya :

تَشْبَعُ شَارِبَهَا كَمَا يَشْبَعُهُ الطَّعَامُ

air zam-zam itu dapat mengenyangkan orang yang meminumnya sebagaimana makanan. [Al-Minhaj Syarah Muslim]

 

Syeikh Sulaiman Al-Jamal berkata :

أَيْ فِيْهَا قُوَّةُ الْاِغْتِذَاءِ الأَيَّامَ الْكَثِيْرَةَ

“Artinya air zam-zam itu didalamnya mengandung energi seperti yang terdapat dalam makanan untuk beberapa hari”.

 

Namun hal itu kata beliau harus dibarengi dengan keyakinan, sebagaimana dialami oleh Abu Dzar yang berasal dari suku Al-Ghifar, beliau beberapa hari (sebulan) tidak makan, hanya minum air-zam-zam saja namun beliau bertambah gemuk badannya. [Hasyiyah Al-Jamal]  Abdullah Ibnus Shamit meriwayatkan bahwa suatu ketika Abu dzar ditanya oleh Rasul SAW : Mulai kapan engkau di sini (mekkah)? Abu dzar : Sejak 30 hari yang lalu. Rasul SAW : Lalu engkau makan apa?

Abu dzar menjawab :

مَا كَانَ لِي طَعَامٌ وَلَا شَرَابٌ إِلَّا مَاءَ زَمْزَمَ، وَلَقَدْ سَمِنْتُ حَتَّى تَكَسَّرَتْ عُكَنُ بَطْنِي، وَمَا أَجِدُ عَلَى كَبِدِي سُخْفَةَ جُوعٍ

“Aku tidak memiliki makanan atau minuman selain air zam-zam. Sungguh aku menjadi gemuk sehingga perutku berlipat dan aku tidak merasakan pada lambungku busung lapar”.

Nabi SAW lantas bersabda seperti hadits diatas : “Sesungguhnya Air zam-zam itu adalah air yang penuh berkah dan ia adalah makanan yang mengenyangkan”. Dan terdapat tambahan dalam riwayat ini :

وَشِفَاءُ سَقَمٍ

Dan obat dari segala penyakit. [Ma’rifatus Sunan Wal Atsar Lil Bayhaqi]

 

Menjelaskan lafadz terakhir ini, Imam zainuddin Al-Munawi berkata :

أَيْ حِسِّيٍّ أَوْ مَعْنَوِيٍّ مَعَ قُوَّةِ الْيَقِيْنِ وَكَمَالِ التَّصْدِيْقِ

Air zam-zam menjadi obat dari segala penyakit, baik penyakir dhahir maupun bathin disertai dengan keyakinan yang kuat dan kepercayaan yang sempurna. [Faidlul Qadir]

 

Air zam-zam dijuluki sebagai “Syarabul Abrar”. Ibnu Abbas RA berkata :

صَلُّوا فِي مُصَلَّى الْأَخْيَارِ وَاشْرَبُوا مِنْ شَرَابِ الْأَبْرَارِ

“Lakukanlah shalat di tempat sholatnya orang-orang pilihan dan minumlah kalian dari minumannya orang-orang baik”.

Lalu ada yang bertanya : dimanakah tempat sholatnya orang-orang pilihan? Beliau menjawab : Dibawahnya “mizab” (talang air) ka’bah. Lalu ada yang bertanya : Apakah minumannya orang-orang baik itu? . Beliau menjawab : Air zam-zam, minuman yang paling mulia. [Faidlul Qadir]

 

Mengingat betapa besar keberkahan dari air zam-zam maka tidak selayaknya air zam-zam diperlakukan seperti air biasa, dibuat mencuci pakaian atau menghilangkan najis. Syeikh M Hasan Abdul Ghaffar berkata : Menurut madzhab syafi’i air zam-zam itu sah digunakan untuk berwudlu namun menurut para ulama madzhab hambali hal itu tidak diperbolehkan. Mereka berkata :

هَذَا مَاءٌ مُبَارَكٌ فَلَا يَصِحُّ اِسْتِعْمَالُهُ فِي الْغُسْلِ وَلَا فِي الْوُضُوءِ وَلَا رَفْعِ الْحَدَثِ وَلَا إِزَالَةِ النَّجسِ

(Air zam-zam) Ini adalah air yang penuh barokah maka tidak sah menggunakannya untuk mandi, wudlu, menghilangkan hadas dan najis. [Syarah Matan Abi Syuja’]

 

Dan Syeikh Izzuddin Ibnu Abdis Salam berfatwa :

لَا يُكَفَّنُ الْمَيِّتُ فِي ثَوْبٍ غُسِلَ بِمَاءِ زَمْزَمَ

Tidak boleh hukumnya (makruh) mengkafani mayat dengan kain yang dicuci dengan air zam-zam. [Mawahibul Jalil]

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk mengetahui keistimewaan dari Air Zam-zam sehingga kita memperlakukannya dengan semestinya.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]