إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Tuesday, July 12, 2016

ESENSI HALAL BI HALAL

*ONE DAY ONE HADITH*

 

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah saw bersabda :

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ

“Barang siapa telah melakukan kezaliman kepada saudaranya, baik menyangkut harga diri/kehormatan atau harta, maka pada hari ini hendaklah ia meminta dibebaskan (dihalalkan) sebelum datang hari di mana tidak berguna lagi dinar dan dirham.” [HR Bukhari].

 

_Catatan Alvers_

 

Halal bi Halal tak terpisahkan dengan hari raya idul fitri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Halal bi Halal diartikan sebagai hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan, biasanya diadakan di sebuah tempat oleh sekelompok orang. Dalam Ensiklopedi Indonesia, disebutkan bahwa Halal bi Halal berasal dari Bahasa Arab yang tidak berdasarkan gramatikanya yang benar sebagai pengganti istilah silaturrahmi.

 

Menurut Prof Dr Quraish Shihab, istilah Halal bi Halal adalah bentuk kata majemuk yang pemaknaannya dapat ditinjau dari dua sisi: sisi hukum dan sisi bahasa. Pada tinjauan hukum, halal adalah lawan dari haram. Jika haram adalah sesuatu yang dilarang dan mengundang dosa, maka halal berarti sesuatu yang diperbolehkan dan tidak mengundang dosa. Dengan demikian, Halal bi Halal adalah menjadikan sikap kita terhadap pihak lain yang tadinya haram dan berakibat dosa, menjadi halal dengan jalan mohon maaf.

 

Sedangkan pada tinjauan bahasa, kata halal yang darinya dapat terbentuk beberapa bentuk kata memiliki varian makna, antara lain: “menyelesaikan masalah”, “meluruskan benang kusut”, “melepaskan ikatan”, “mencairkan yang beku”, dan “membebaskan sesuatu”. Bahkan jika langsung dikaitkan dengan kata dzanbin; halla min dzanbin, akan berarti “mengampuni kesalahan”. Jika demikian, ber-Halal bi Halal akan menjadi suatu aktivitas yang mengantarkan pelakunya untuk menyelesaikan masalah dengan saudaranya, meluruskan hubungan yang kusut, melepaskan ikatan dosa dari saudaranya dengan jalan memaafkan, mencairkan hubungan yang beku sehingga menjadi harmonis, dan seterusnya. Kesemuanya ini merupakan tujuan diselenggarakannya Halal bi Halal. [Membumikan Al-Qur'an]

 

Masihkah diperlukan Halal bi Halal setelah kita melakukan puasa, yang mana Nabi bersabda : “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu [HR. Bukhari]. Untuk menjawab pertanyaan ini kiranya kita harus mengetahui bahwa *pertama,* dosa yang diampuni dalam hadits tersebut adalah dosa kecil. Rasul SAW bersabda :

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

“Antara sholat lima waktu, jum’at ke jumat, Ramadhan ke Ramadhan akan menghapuskan dosa-dosa antaranya jika dosa-dosa besar dijauhi”. [HR. Muslim].

 

Dosa besar itu seperti “Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, persaksian palsu. [HR. Bukhari]. Dosa besar seperti ini tidak bisa dilebur kecuali dengan taubatan nashuha.

 

*Kedua*, Jika dosanya bersifat haqqul adami atau kesalahan pada manusia maka haruslah ia membebaskan diri dari hak manusia yang dizalimi sebagaimana terdapat pada hadits utama di atas. Jika menyangkut harta benda maka ia harus mengembalikannya dan bila menyangkut non-materi seperti ghibah maka hendaknya ia meminta maaf. Namun haruskah kita menjelaskan secara detail ghibah tersebut? Ulama berbeda pendapat. *Yang pertama* mengatakan harus menjelaskannya, pendapat ini adalah Adhar (lebih jelas argumentasinya) dan *pendapat yang kedua* mengatakan :

لا يشترط ، لأن هذا مما يتسامح فيه ، فلا يشترط علمه ، بخلاف المال .

Tidak disyaratkan untuk menjelaskan secara detail ghibah tersebut karena hal ini termasuk bagian yang dimaafkan maka tidak harus memberi tahu kepadanya. Berbeda dengan dosa yang berkenaan dengan harta. Namun jika orangnya telah meninggal atau tidak ada dan sulit meminta maafnya maka ulama berpendapat sebaiknya ia memperbanyak istighfar untuknya, berdoa dan memperbanyak kebaikan. [kitab Al-Adzkar]

 

Orang yang enggan meminta maaf atas kesalahan kepada saudaranya maka amal kebaikannya akan diambil untuk saudaranya, atau jika tidak maka dosa amal buruk saudaranya itu akan ditimpakan kepadanya hingga ia akan menjadi orang yang muflis (merugi) seperti sabda Nabi SAW:

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ

“Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang pailit) itu?”

Para sahabat menjawab,

الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ

”Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.”

Tetapi Nabi SAW berkata : “Muflis (orang yang pailit) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka”.[HR Muslim] Ini seperti keterangan hadits utama di atas. _Wallahu A’lam_. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk ringan hati meminta maaf dan memafkan kesalahan orang lain sehingga bisa berbahagia bersama keluarga di momen idul fitri yang penuh dengan suka cita ini.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

RUPA-RUPA BERJABAT TANGAN



ONE DAY ONE HADITH

Dari al-Bara’ (bin ‘Azib) ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَتَفَرَّقَاَ
 “Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu berjabat tangan, melainkan keduanya sudah diampuni sebelum berpisah.” [HR. Abu Dawud]

Catatan Alvers

Silaturrahmi identik dengan berjabat tangan (bersalam-salaman). Berjabat tangan dalam satu pertemuan akan menciptakan kesan pertama yang positif sekaligus membuka pembicaraan ke tahap selanjutnya. Dalam banyak budaya di dunia ini, Berjabat tangan dianggap sebagai cara terbaik untuk menunjukkan keramahan. Lydia Ramsey, pakar etika bisnis dan penulis menyebutkan tata cara bersalaman dalam pergaulan internasional. Di Jepang, cara memberikan salam adalah dengan bersalaman atau membungkukkan badan atau kombinasi dari keduanya. Di Amerika Selatan, jabat tangan umum di kalangan pria. Sesama wanita atau pria dan wanita biasanya saling memberi salam dengan cara cipika-cipiki. Di Amerika Utara, jabat tangan yang bertenaga dianggap sebagai lambang profesionalisme dan percaya diri. Seringkali sebelum melepaskan tangan, kedua orang yang berjabat tangan saling menjentikkan jari (finger snap). Di China, bersalaman dilakukan dengan kuat sambil menggoyang-goyangkan tangan.

Sunday, July 10, 2016

KERJA & ISTIRAHAT



ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Ma’bad bin Ka’ab bin Malik dari Abu Qatadah bin Rabi’i bahwa ia menceritakan bahwasanya:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرَّ عَلَيْهِ بِجَنَازَةٍ فَقَالَ مُسْتَرِيْحٌ وَمُسْتَرَاحٌ مِنْهُ قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا الْمُسْتَرِيْحُ وَالْمُسْتَرَاحُ مِنْهُ فَقَالَ اَلْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيْحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيْحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ
Suatu ketika iringan jenazah lewat di hadapan Rasulullah SAW, maka beliau bersabda: mustariih dan mustarah. Para sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, apakah itu mustarih dan mustarah? beliau menjawab, Seorang hamba yang mukmin yastarih (akan beristirahat) dari kesulitan dunia, sementara seorang hamba yang pendosa, seluruh hamba, negeri, pepohonan dan binatang melata akan yastarih (beristirahat) dari (kezhalimannya) [HR Muslim]

Catatan Alvers

Hidup di dunia penuh dengan kesibukan dan aktifitas. Beribadah, Bekerja dan istriharat silih berganti hingga manusia meninggal dunia dan itulah istirahat yang sesungguhnya. Saat itu, seorang hamba yang mukmin barulah dapat beristirahat dari kesulitan dunia yang disebut dalam hadits di atas dengan istilah “Mustarih”. Bagaimana tidak, seorang mukmin diperintah untuk beribadah kepada Allah dan setelah itu kembali bekerja. Allah SWT berfirman :
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” [QS Al-Jum’at: 10]

Friday, July 8, 2016

TAMU ; BAROMETER IMAN



ONE DAY ONE HADITH

Abi Syuraih Al-Adawi RA berkata: Dua telingaku mendengar dan kedua mataku melihat tatkala Nabi SAW bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ جَائِزَتَهُ قَالُوا وَمَا جَائِزَتُهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ يَوْمُهُ وَلَيْلَتُهُ وَالضِّيَافَةُ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ فَمَا كَانَ وَرَاءَ ذَلِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ عَلَيْهِ
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya dengan memberikannya hadiah”. Sahabat bertanya, “Apa hadiahnya itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “(Menjamunya dengan hidangan terbaik) sehari semalam. Jamuan untuk tamu ialah tiga hari, dan selebihnya adalah sedekah”[HR Muslim]

Catatan Alvers

Islam mengajarkan kepada kita untuk menghormati tamu. Sikap menghormati tamu bukan hanya mencerminkan kemuliaan hati tuan rumah namun juga menjadi salah satu tanda tingkat keimanannya kepada Allah dan Hari Akhir. Karena dengan jamuan yang disuguhkan, seorang mukmin berharap pahala dan balasan yang besar dari Allah pada hari Kiamat kelak.

Thursday, July 7, 2016

SILATURRAHMI MENAMBAH USIA?




ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Anas Bin Malik RA, Rasul SAW bersabda :
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
'Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan usianya, hendaklah ia menjalin silaturahim [HR Bukhari]

Catatan Alvers

Hadits di atas memberikan pemahaman kepada kita bahwa silaturrahmi bisa menambah usia. Benarkah demikian? Ibnu Hajar al-Haitami dalam Al-Inafah Fima Ja’a Fis Shadaqah wad Dhiyafah mengatakan bahwa dalam memahami penambahan umur ini terdapat dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa:

أن الأحاديث المصرحة بأن صلة الرحم تزيد في العمر محمولة على ظاهرها من أن الزيادة فيها حقيقة، أي بالنسبة لعلم الملائكة، واللوح المحفوظ، بأن يكتب به معلقا، كأن وصل فلان رحمه عاش عشرين سنة، وإلا عاش عشرة، وما في أم الكتاب الواقع لا غير، لأنها علم الله القديم وهو لا تعليق فيه، ولا يطلع أحد عليه.
Sesungguhnya hadits-hadits yang menjelaskan bahwa silaturrahmi menambah umur itu ditafsiri secara dhahirnya yaitu penambahan umur secara hakiki maksudnya dinisbatkan kepada ilmu malaikat dan lauh mahfudz. Sebagai gambaran jika ditulis pada takdir yang ketahui malaikat “jika fulan menyambung silaturrahmi maka ia akan hidup 20 tahun namun jika tidak maka hidup hanya 10 tahun. Adapun takdir yang terdapat dalam lauh mahfudz maka itulah yang terjadi, bukan selainnya karena ilmu Allah itu bersifat qadim tanpa ta’liq (catatan).

Wednesday, July 6, 2016

BAHAYA MEMUTUS SILATURRAHMI




ONE DAY ONE HADITH

Abdurrahman bin ‘Auf RA mendengar Rasulullah SAW bersabda :
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنا الرَّحْمنُ، وَأَنا خَلَقْتُ الرَّحِمَ، وَاشْتَقَقْتُ لَهَا مِنِ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ قَطَعَهَا بتَتُّهُ
“Allah ’azza wa jalla berfirman: Aku adalah Ar-Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya.” [HR. Ahmad]

Catatan Alvers

Allah SWT maha pengasih lagi maha penyayang memerintahkan manusia untuk menebar kasih sayang diantara mereka terlebih khusus lagi kepada sanak saudara. Sebaliknya Allah melarang permusuhan dan saling membenci sesama mereka terlebih kepada sanak saudara
seperti kakak atau adik, bibi, keponakan, dan yang lainnya dari antara kerabat hingga dalam hadits qudsy di atas Allah berfirman : “Dan siapa yang memutusnya (tali silaturrahmi), niscaya Aku akan memutus (hubungan dengan) dirinya.

Tuesday, July 5, 2016

SELAMAT IDUL FITRI