إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Tuesday, February 4, 2025

PROGRAM MAKAN GRATIS

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Syuhaib RA, Rasul SAW bersabda :

خِيَارُكُمْ مَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ وَرَدَّ السَّلَامَ

“Orang terbaik di antara kalian adalah orang yang memberi makan dan menjawab salam.” [HR Ahmad]

 

Catatan Alvers

 

Alhamdulillah program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang di cetuskan presiden Prabowo telah mulai di realisasikan. Menurut Badan Gizi Nasional (BGN) program tersebut telah mencakup 730 ribu penerima manfaat di 34 provinsi Per 3 Februari 2025. Dengan target penerima manfaat MBG sebesar 82,9 juta orang pertahun 2025 ini dengan anggaran APBN sebesar Rp 71 triliun. [TEMPO CO] Meskipun sempat mendapat penolakan ketika rencana MBG dicetuskan namun ternyata di lapangan banyak kisah yang memilukan, yang semakin menegaskan bahwa program ini sangatlah dibutuhkan.

 

Ada kisah menarik ketika program MBG mulai dijalankan. Terdapat beberapa siswa di tanah karo SUMUT memilih untuk menyisakan makanan dan membungkusnya untuk dibawa pulang. Sementara di SD Negeri Ketaren, tak sedikit siswa yang makan sambil meneteskan air mata saat menikmati makanan bergizi. Saat ditanya mengapa, dia menyatakan senang mendapatkan makanan gratis, tetapi sedih mengingat orang tuanya di rumah. [kompas com] 

 

Fakta semacam ini menyadarkan kita bahwa di zaman modern sekarang ini ternyata masih ada saudara kita yang masih kesulitan untuk mencari makan. Kelaparan boleh jadi akan terus ada sepanjang masa, karena kelaparan merupakan salah satu ujian yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Allah berfirman :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Sungguh, Kami akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan kabar gembira bagi orang-orang yang bersabar” [QS. Al Baqarah: 155]

 

Keberadaan sebagian besar kita yang terjamin dalam urusan makan namun masih merasa berat untuk ibadah bahkan bermalas-malasan dalam bekerja sungguh merupakan suatu perilaku yang tidak baik. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Al-Bushiri yang merasa dirinya dzalim ketika melihat betapa beratnya kehidupan Nabi SAW hingga tidak makan tiga hari namun tetap beribadah dan melakukan pekerjaan berat. Al-Bushiri berkata dalam burdahnya :

وَشَدَّ مِنْ سَغَبٍ أَحْشَاءَهُ وَطَوٰى ۞ تَحْتَ الْحِجَارَةِ كَشْحًا مُتْرَفَ الْاَدَمِ

“(aku dzalim kepada) Nabi SAW yang mengikat perutnya sebab lapar dan melipatnya di bawah batu pada pinggul yang halus kulitnya” [Burdah]

 

Meskipun dalam keadaan lapar, Rasul SAW tetaplah menunaikan tugas untuk mengajar. Abu Thalhah berkata :

مَرَرْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُقِرئُ أَصْحَابَ الصُّفَّةِ سُورَةَ النِّسَاءِ، وَقَدَ رَبَطَ عَلَى بَطْنِهِ حَجَرًا مِنَ الْجُوعِ

Aku berjalan dan melihat Rasul SAW sedang mengajarkan Surat An-Nisa kepada para sahabat Ashabus Shuffah dan saat itu beliau mengikatkan batu ke perut beliau karena rasa lapar. [HR Thabrani]

 

Bahkan dalam kondisi tiga hari belum makan, beliau masih mengangkat kapak untuk memecah batu dalam perbuatan parit. Kejadian tersebut terjadi saat akan terjadi Perang Khandaq. Jabir bin Abdillah berkata : "Ketika kami menggali parit pada peristiwa khandaq, sebongkah batu yang sangat keras menghalangi kami, lalu para sahabat menemui Nabi SAW, mereka berkata, "Batu yang sangat keras ini telah menghalangi kami dalam menggali parit, lalu beliau bersabda: "Aku sendiri yang akan turun."

Jabir berkata :

ثُمَّ قَامَ وَبَطْنُهُ مَعْصُوبٌ بِحَجَرٍ

“Kemudian beliau berdiri (di dalam parit), sementara perut beliau tengah diganjal dengan batu (karena lapar)”.

Semenjak tiga hari lalu kami tidak menemukan makanan yang dapat kami rasakan, lalu Nabi SAW mengambil kapak dan memukulkan pada batu tersebut hingga ia menjadi pecah berantakan atau hancur. [HR Bukhari]

 

Kelaparan pernah menimpa para sahabat dan merekapun mengadukan kepada Nabi SAW. Abu Thalhah berkata :

شَكَوْنَا إِلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم الْجُوْعَ ، وَرَفَعْنَا عَنْ بُطُوْنِنَا حَجَرًا حَجَرًا ، فَرَفَعَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ بَطْنِهِ حَجَرَيْنِ

Kami mengadukan kelaparan yang menimpa kami kepada Rasul SAW dan kami mengangkat dari perut kami satu batu satu batu. Kemudian Rasulpun mengangkat dari perut beliau sebanyak dua batu. [HR Thabrani]

 

Al-Mulla Al-Qari berkata :

فَيُفِيدُ أَنَّ شَدَّ الْحَجَرِ عَلَى قَدْرِ أَلَمِ الْجُوعِ فَكُلَّمَا زِيدَ زِيدَ

Hadits tersebut memberikan pengertian bahwa mengikat batu itu sesuai kadar lapar seseorang, jika laparnya bertambah maka batunyapun ditambah. [Jam’ul Wasa’il Fi Syarhis Syama’il]

 

Ada beberapa catatan mengenai mengikat batu pada perut. (1) Hal itu berlaku khusus bebatuan kota madinah yang disebut dengan “musbi’ah” (yang dapat mengenyangkan). Para sahabat ketika lapar mereka mengikat batu di perut mereka. Dengan dinginnya batu itu Allah meringankan rasa lapar dan panasnya perut karenanya. (2) Sebagian ulama berkata : ketika menasehati orang untuk bersabar maka dikatakan kepadanya

ارْبُطْ عَلَى قَلْبِكَ حَجَرًا

“Ikatlah batu pada hatimu”.

Seakan-akan Nabi SAW berpesan untuk bersabar. Beliau memerintah umatnya agar bersabar baik dalam ucapan maupun tingkah laku. [Jam’ul Wasa’il]

 

Ada pernyataan yang sering di share di medsos yaitu khutbah Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani yang merupakan khitbah terpendek dalam sejarah. yaitu :

لُقْمَةٌ فِي بَطْنِ جَاِئِعٍ خَيْرٌ مِنْ بِنَاءِ أَلْفِ جَامِعٍ

“Satu suap kau masukkan dalam perut orang yang lapar lebih baik dari membangun seribu Masjid jami’.

Dan lebih baik dari memberi Ka’bah dengan kiswah dari kain sutera. Dan lebih baik dari orang yang ruku’ untuk qiyamul lail. Dan lebih baik dari berjihad dengan pedang yang terhunus. Dan lebih baik dari berpuasa sepanjang tahun yang panas. Jika tepung itu masuk ke dalam perut orang yang lapar, maka ia akan bercahaya seperti cahaya matahari yang terang benderang. Sungguh beruntung bagi orang yang memberi makan orang yang lapar.” [Tanpa rujukan]

 

Namun ternyata kisah tersebut tidak ditemukan datanya dalam berbagai referensi, ia hanya beredar di medsos tanpa disertai rujukan yang jelas. Maka cukuplah keterangan berikut menjelaskan keutamaan memberi makan kepada orang yang lapar. Dikalangan sahabat ada yang suka memberi makan, ia bernama syuhaib. Iapun ditanya mengenai motivasinya maka ia menjawab dengan sabda Nabi SAW : “Orang terbaik di antara kalian adalah orang yang memberi makan dan menjawab salam.” Itulah yang membuatku suka memberi makanan. [HR Ahmad] sebagaimana tersebut dalam hadits utama di atas.

 

Demikian pula. Rasul SAW bersabda : “Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang bagian luarnya bisa dilihat dari dalamnya dan bagian dalamnya terlihat dari luarnya.” Orang badui bertanya, “Untuk siapa itu ya Rasul?” Beliau menjawab,

لِمَنْ أَطَابَ الْكَلَامَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ

“Untuk orang yang berbicara baik, memberi makan, dan melaksanakan shalat malam sementara orang-orang sedang tidur.” [HR Ahmad]

 

Maka dari itu mari kita memberi makan atau mendukung orang untuk memberi makan dan jangan sebaliknya karena hal itu akan membuat kita masuk dalam kategori firman Allah :

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ . فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ . وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. [QS Al Ma’un: 1-3]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka fikiran kita untuk memberi makan kepada orang yang lapar atau mendukung mereka yang memberi makan dan jangan sampai kita menjadi orang yang mendustakan agama.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Monday, February 3, 2025

JANGANLAH MEMPERBERAT

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :

إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا

“Sesungguhnya agama ini mudah. Tidak ada seorang pun yang memperberat (amalan) agama melainkan dia akan kalah. Maka lakukanlah ibadah dengan jalan tengah, atau dekatilah (tingkat kesempurnaan, jika tidak mampu melakukan dengan sempurna), dan bergembiralah (dengan amalan yang istiqamah).” [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Kita diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Tentunya jika seseorang semakin banyak ibadahnya maka akan semakin baik, namun bagaimana jika ibadah yang dilakukan menjadi beban berat untuk pelakunya. Dahulu, Nabi SAW beribadah dengan sungguh-sungguh sehingga Aisyah kasihan sama beliau. Aisyah berkata :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ رِجْلاَهُ

“Rasulullah SAW ketika melaksanakan shalat maka beliau berdiri (lama) hingga kedua kakinya bengkak”.

 

Maka Aisyah RA bertanya : “Wahai Rasulullah, Apa engkau masih melakukan (ibadah seperti) sedangkan dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni.”

Lalu beliau menjawab,

يَا عَائِشَةُ أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا

“Wahai Aisyah, bukankah seharusnya aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?”. [HR Muslim]

 

Kisah di atas diabadikan oleh Al-Bushiri di dalam burdahnya, ia berkata :

ظَلَمْتُ سُنّةَ مَنْ أَحْيَا الظَّلَامَ إِلىٰ ۞ أَنِ اشْتَكَتْ قَدَمَاهُ الضّرّ مِنْ وَرَمِ

“Aku dzalim terhadap sunnah seorang yang menghidupkan (shalat) malam hingga bengkak kedua kakinya” [Burdah]

 

Syeikh As-Shawy berkata : Dahulu Nabi SAW bersungguh-sungguh dalam shalat tahajjudnya. Beliau shalat semalaman full dengan berdiri dengan bertumpu di atas satu kaki, sementara kaki lainnya diistirahatkan karena kelelahan. [Tafsir As-Shawy]

 

Kondisi beliau yang seperti ini menjadikan beliau sebagai bahan olok-olokan dari orang-orang kafir sehingga mereka (Abu Jahal dan An-Nadlr ibnul Harits) berkata kepada beliau : Sungguh engkau payah sebab meninggalkan agama kami,

إِنَّكَ لَتَشْقَى بِتَرْكِ دِيْنِنَا وَإِنَّ الْقُرْآنَ أُنْزِلَ عَلَيْكَ لِتَشْقَى بِهِ

Sungguh engkau payah sebab meninggalkan agama kami, dan sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan kepadamu supaya kamu kepayahan. [Tafsir As-Shawy]

 

Mendengar perkataan mereka, maka Allah SWT menurunkan Surat Thaha, Yaitu :

طه. مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى. إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى

Thaha. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah (berat dan payah). Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah). [QS Thaha : 1-3]

 

Syeikh As-Shawy berkata : Maka dengan ayat ini, Allah memerintahkan beliau agar meringankan ibadahnya atas dirinya sendiri sehingga mulai saat itu beliau tidak lagi shalat semalaman akan tetapi beliau shalat dan juga tidur di malam hari dan kalau berdiri ketika shalat beliau bertumpu di atas dua kaki. [Tafsir As-Shawy]

 

Maka dengan demikian agama ini menjadi mudah. Dan Allah SWT berfirman :

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

Allah menghendaki kemudahan bagi kamu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. [QS al-Baqarah :185].

 

Dalam hadits utama beliau bersabda : “Sesungguhnya agama ini mudah. Tidak ada seorang pun yang memperberat (amalan) agama melainkan dia akan kalah. Maka lakukanlah ibadah dengan jalan tengah, atau dekatilah (tingkat kesempurnaan, jika tidak mampu melakukan dengan sempurna), dan bergembiralah (dengan amalan yang istiqamah).” [HR Bukhari]

 

Menurut Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany bahwa “Tidaklah seseorang mempersulit agama” maksudnya seseorang melakukan satu amalan agama dengan diberat-beratkan kecuali ia akan lemah, tidak mampu melaksanakan dan akhirnya ia meninggalkan amalan tersebut sehingga ia kalah. Bukan berarti seseorang dilarang untuk melakukan satu ibadah dengan cara yang lebih paling sempurna akan tetapi yang dilarang adalah berlebih-lebihan yang mendatangkan bosan atau bersungguh-sungguh di dalam ibadah sunnah yang menyebabkan ia kehilangan ibadah yang afdhal seperti kasus ada orang yang qiyamul lail semalaman lalu di akhir malam ia ketiduran dan bangunnya telat sehingga ia ketinggalan shalat subuh berjamaah atau bahkan kesiangan. [Fathul Bari]

 

Dan Nabi SAW juga bersabda:

إِنَّكُمْ لَنْ تَنَالُوا هَذَا الْأَمْرَ بِالْمُغَالَبَةِ إِنَّ خَيْرَ دِينِكُمْ أَيْسَرُهُ

Sungguh kalian tidak akan mendapatkan agama ini dengan kuiat-kuatan. Sesungguhnya sebaik-baik agama kalian adalah yang paling mudah[HR Ahmad]

Dipahami dari hadits ini akan dianjurkannya mengambil rukhsah (keringanan) dalam ibadah. Al-Asqalani berkata :

فَإِنَّ الْأَخْذَ بِالْعَزِيْمَةِ فِي مَوْضِعِ الرُّخْصَةِ تَنَطُّعٌ

Melakukan ibadah “Azimah” (pokok, seperti shalat dzuhur dengan 4 rekaat, atau berwudlu dengan air) saat diperbolehkan “Rukhshah” (keringanan, seperti qashar shalat duhur dengan 2 rekaat saat di perjalanan atau tayammum dengan debu saat diperbolehkan) adalah perilaku “Tanatthu’ (berlebih-lebihan).  [Fathul Bari]

 

Hal itu sebagaimana Rasul SAW bersabda :

هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُوْنَ

“Celakalah orang yang berlebih-lebihan (dalam agama) 3x.” [HR Muslim]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka fikiran kita untuk menjalani agama sesuai dengan kemampuan kita sehingga kita bisa melakukannya dengan istiqamah.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Friday, January 31, 2025

MOTIVASI DARI IMAM NAWAWI

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Muawiyah bin Abi Sufyan RA, Rasul SAW bersabda :

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ

“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan membuatnya faham tentang agamanya.” [HR Bukhari Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Imam Nawawi, adalah salah seorang ulama besar mazhab Syafi'i, ahli di bidang fiqih dan hadits. Nama lengkap beliau adalah Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyi ad-Din Yahya bin Syaraf bin Muri bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jam'ah bin Hizam an-Nawawi ad-Dimasyqi. Ia lahir di desa Nawa, dekat kota Damaskus, pada tahun 631 H dan wafat pada tahun 24 Rajab 676 H.

 

Imam Nawawi berbeda orang dengan Syeikh Nawawi, yaitu Al-Imam Al-'Allaamah Asy-Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi al-Bantani at-Tanari asy-Syafi'i atau lebih dikenal Syekh Nawawi al-Bantani yang lahir di Tanara, Serang, sekitar tahun 1230 Hijriyah atau 1813 Masehi - wafat di Mekkah, Hijaz, sekitar tahun 1314 Hijriyah atau 1897 Masehi) yang familier dengan kitabnya Nashaihul Ibad, Uqudul Lujain, Kasyifatu Saja.

 

Imam Nawawi terkenal dengan kitabnya, Al-Majmu’ yang merupakan kitab terbesar yang menjadi rujukan dan referensi terbesar dan terpenting didalam madzhab Asy-Syafi’i. Kitab Al-Majmu’ merupakan syarah dari  kitab Al-Muhadzab karya imam Asy-Syirazi (476 H) yang tebalnya sekitar 140 lembar. Kitab Al-Majmu’ sebanyak 9 jilid (edisi cetakan menjadi 23 jilid) ini ditulis oleh Iman An-Nawawi hanya sampai bab riba, Lalu diteruskan oleh Imam Taqiyuddin As-Subki (756 H) sampai pada bab Ar-Radd Bi Al-‘Aib. Kemudian sempurnakan oleh Al-'Alim Al-Faqih As-Syeikh Muhammad Najib bin Ibrahim Al-Muthi' atau  Imam Al-Muthi’.

 

Imam Nawawi dalam mukaddimahnya berkata : “Meskipun kitab ini merupakan penjelasan dari kitab Al-Muhaddzab namun kitab ini juga merupakan penjelasan madzhab Syafii bahkan semua madzhab ulama, dan juga penjelasan mengenai bahasa, sejarah dan nama-nama ulama serta merupakan dasar-dasar yang agung untuk mengetahui hadits shahih, hasan dan dlaif, dan bagaimana cara mengkompromikan hadits hadits yang tampaknya kontradiktif, mentakwil lafadz yang samar dan mengambil kesimpulan hukum dari perkara-perkara yang penting”. [Al-Majmu’]

 

Disamping hadits utama di atas, beliau menyampaikan beberapa hadits dan atsar sebagai motivasi mempelajari ilmu agama dalam mukaddimah kitab Al-Majmu ini.  Diantaranya adalah Rasul SAW bersabda :

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٍ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٍ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

“Tidak boleh iri (ghibtah) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu lalu ia menunaikan dan mengajarkannya.” [HR Bukhari]

 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasul SAW bersabda :

فَقِيهٌ وَاحِدٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ

 

Seorang yang ahli agama itu lebih berat bagi setan melebihi 1000 Ahli ibadah. [HR Tirmidzi]

 

Di antara Atsar adalah perkataan Muadz bin Jabal RA : “Pelajarilah ilmu (syariat) karena mempelajarinya merupakan “khasyah” (takut kepada Allah), Menuntut ilmu adalah ibadah, mengulang-ngulanginya adalah tasbih, membahasnya adalah jihad, mengajarkannya adalah sedekah dan memberikannya kepada orang yang tepat adalah “qurbah” (mendekatkan diri kepada Allah).

 

Sayyidina Ali KW berkata :

اَلْعَالِمُ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ الْغَازِي فيِ سَبِيْلِ اللهِ

Orang berilmu itu lebih besar pahalanya daripada orang yang berpuasa, lagi qiyamul lail lagi Jihad di jalan Allah.

 

Abu Hurairah dan Abu Dzar RA berkata :

بَابٌ مِنَ الْعِلْمِ نَتَعَلَّمُهُ أَحَبُّ إِلَيْنَا مِنْ أَلْفِ رَكْعَةِ تَطَوُّعٍ

“Mempelajari satu bab dai ilmu lebih kami sukai daripada mengerjakan shalat sunnah 1000 rekaat”.

 

Dan keduanya pernah mendengar Nabi SAW bersabda :

إِذَا جَاءَ الْمَوْتُ طَالِبَ الْعِلْمِ وَهُوَ عَلَى هَذِهِ الْحَالِ مَاتَ وَهُوَ شَهِيْدٌ

Jika kematian datang kepada penuntut ilmu ketika ia berada dalam kondisi ini (menuntut ilmu) maka ia mati syahid.

 

Abu Hurairah RA berkata :

لَأَنْ أُعَلِّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ فِي أَمْرٍ وَنَهْيٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ سَبْعِيْنَ غَزْوَةً فِي سَبِيْلِ اللهِ

Mengajar satu bab dari ilmu mengenai perintah Allah dan larangan-Nya itu lebih aku sukai daripada 70 kali perang di jalan Allah.

 

Abud darda’ berkata :

مُذَاكَرَةُ الْعِلْمِ سَاعَةً خَيْرٌ مِنْ قِيَامِ لَيْلَةٍ

“Mempelajari ilmu (syariat) selama satu jam itu lebih baik dari pada mendirikan ibadah satu malam”.

 

Atha’ (bin Abi Rabah, wafat 114 H) berkata : “Yang dimaksud dengan majelis dzikir (yang dalam hadits disebut sebagai taman surga) adalah majelis dimana disitu dijelaskan mengenai halam dan haram, tatacara jual beli, tatacara shalat dan puasa, menikah dan thalak serta tatacara iabadah haji dan semisalnya”.

 

Imam Syafi’i (w 204 H) berkata :

طَلَبُ الْعِلْمِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ النَّافِلَةِ

“Mencari ilmu itu lebih utama daripada Shalat sunnah”.

Dan beliau juga berkata : “Tidak ada perkara yang lebih utama setelah ibadah fardlu daripada menuntut ilmu”. “Orang yang tidak suka kepada ilmu maka tidak ada kebaikan baginya maka jangan sampai antara kamu dengannya ada hubungan perkenalan dan pertemanan”. “Ilmu itu akan menjadi harga diri bagi orang yang tidak memiliki harga diri”. “Barang siapa yang menginginkan dunia maka hendaknya ia mempelajari ilmu dan barang siapa yang menghendaki akhirat maka hendaknya ia mempelajari ilmu”. “Jika para ahli ilmu agama yang mengamalkan ilmunya itu tidak menjadi wali maka tidak ada lagi orang yang menjadi Waliyullah”.

 

Imam Bukhari (w 256 H) menjelaskan perkataan Uqbah bin Amir RA :

تَعَلَّمُوا قَبْلَ الظَّانِّيْنَ

“Belajarlah sebelum (datangnya) orang-orang yang mengira-ngira”

Maksudnya adalah belajarlah ilmu dari ahlinya, yang ahli tahqiq (meneliti kebenaran) dan wara’ (menjauhi perkara syubhat) sebelum mereka meninggal lalu digantikan oleh orang-orang yang berbicara ilmu dengan pendapat pribadinya dan dengan persangkaan-persangkaan yang tidak memiliki sandaran syariat.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka fikiran kita untuk menjauhi senantiasa mempelajari ilmu agama sehingga kita memahaminya dan semoga kita termasuk orang-orang yang dikehendaki kebaikan oleh Allah SWT.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]