إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Friday, June 13, 2025

WAL AFIAT

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Bakar RA, Rasul SAW bersabda :

اسْأَلُوا اللَّهَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فَإِنَّ أَحَدًا لَمْ يُعْطَ بَعْدَ الْيَقِينِ خَيْرًا مِنْ الْعَافِيَةِ

“Mintalah ampunan dan afiat kepada Allah, karena sesungguhnya tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik setelah keyakinan (iman) daripada afiat.” [HR Ahmad]

 

Catatan Alvers

 

Sering kita dengar kata “afiat” sebagaimana doa yang sering diucapkan “Semoga sehat wal afiat”. Bahkan dalam doa-doa banyak sekali kita meminta “afiat”. Di antaranya adalah doa pagi dan sore yang diajarkan oleh Nabi SAW adalah :

إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Aku memohon kepada-Mu Afiat di dunia dan akhirat. [HR Abu Daud]

 

Dan doa setelah salam kepada ahli kubur ketika ketika masuk area pekuburan adalah :

أَسْأَلُ اللَّهَ لَنَا وَلَكُمْ الْعَافِيَةَ

Aku memohon kepada Allah untukku dan untuk kalian berupa Afiat. [HR Muslim]

 

Begitu pula ketika Qunut kita juga meminta afiat, yaitu :

اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ

Ya Allah berilah petunjuk kepadaku pada orang-orang yang Engkau berikan petunjuk, dan berilah Afiat kepadaku pada orang-orang yang Engkau berikan afiat. [HR Abu Daud]

 

Dan ketika duduk di antara dua sujud, kita biasanya berdoa :

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي  وَعَافِنِي وَاعْفُ عَنِّي

Ya Allah, ampuni kami, rahmati kami, lengkapilah kekurangan kami, angkatlah derajat kami, berilah kami rizki dan berilah petunjuk kepada kami, berilah afiat dan ampunan kepada kami. [Kasyifatus Saja]

 

Apakah “Afiat” itu? Dalam Kamus disebutkan : afiat/afi·at/ a sehat: syukurlah engkau dalam keadaan sehat dan --; mengafiatkan/meng·a·fi·at·kan/ v menyehatkan. [KBBI] sehingga kata afiat disejajarkan dengan kata sehat. Kata Afiat berasal dari bahasa Arab maka untuk menemukan kata yang tepat kita merujuk kepada kamus bahasa Arab. Al-laits berkata :

دِفَاعُ اللهِ عَنِ الْعَبْدِ

“Afiat adalah pembelaan atau perlindungan Allah kepada seorang hamba”.

Sehingga dikatakan : “Semoga Allah memberimu afiat (perlindungan) dari sesuatu yang tak kau sukai”. [Tahdzibul Lughah]

 

Dan menurut Al-Qari, makna Afiyah adalah :

اَلسَّلَامَةُ فِي الدِّيْنِ مِنَ الْفِتْنَةِ وَفِي الْبَدَنِ مِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ وَشِدَّةِ الْمِحْنَةِ

“Afiyah pada agama adalah selamat dari fitnah dan afiyah pada badan adalah selamat dari penyakit-penyakit yang buruk dan ujian yang berat”. [Tuhfatul Ahwadzi]

 

Maka dengan pengertian tersebut afiat terdapat pada dua perkara, yaitu pertama afiat pada badan, yaitu selamat dari penyakit-penyakit yang buruk dan ujian yang berat . Hal ini sebagaimana riwayat Anas bin Malik RA bahwa Rasul SAW pada suatu hari menjenguk seseorang yang sakit parah sampai badannya kurus kering hingga seperti anak burung. Kemudian beliau bersabda kepadanya:

أَمَا كُنْتَ تَسْأَلُ رَبَّكَ الْعَافِيَةَ

"Tidakkah engkau meminta afiat kepada Tuhanmu?"

Orang tersebut berkata : Dahulu aku pernah berkata “Ya Allah, apapun dosa yang hendak Engkau hukum aku sebabnya di akhirat nanti maka segerakanlah hukuman tersebut untukku di dunia!”

Kemudian Nabi SAW bersabda: "Subhanallah, engkau tidak akan mampu untuk menanggungnya. Berdoalah : “Ya Allah, berilah aku kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat serta lindungilah aku dari adzab Neraka”. [HR Turmudzi]

 

Suatu ketika Nabi mendengar orang berdoa : “Ya Allah sesungguhnya aku meminta sabar kepada-Mu”. Maka Rasul SAW bersabda :

سَأَلْتَ اللَّهَ الْبَلَاءَ فَسَلْهُ الْعَافِيَةَ

“Engkau telah (salah dengan) meminta kepada Allah agar ditimpakan balak bencana maka (jika engkau meminta maka) mintalah Afiat kepada-Nya” [HR Turmudzi]

 

Dan kedua, afiat pada agama yaitu selamat dari fitnah, maksiat dan dosa sehingga kelak di akhirat ia selamat dari api neraka. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Hatim Al-Asham yang digelari sebagai Lukman Hakimnya Ummat ini. Suatu ketika ada orang berkata kepadanya : “Apa yang kau inginkan?” Hatim menjawab : “Aku inginkan afiat dari siang hingga malam”. Orang itu berkata : bukankah sepanjang hari engkau dalam keadaan afiat (sehat)? Hatim menjawab :

إِنَّ عَاِفيَّةَ يَوْمِي أَنْ لَا أَعْصِيَ اللهَ فِيْهِ

Sesungguhnya hariku dikatakan afiat jika aku sama sekali tidak bermaksiat kepada Allah di hari itu. [Ithafus Sadah]

 

Ibnul jauzi meriwayatkan bawa Imam Ahmad bin Hanbal berkata : “Dahulu aku telah hafal al-Qur’an dan ketika hendak menghafal hadits aku berdoa kepada Allah agar menganugerahkan kepadaku hafal hadits dan aku tidak berkata dalam afiat, maka aku tidak menghafalnya melainkan dalam penjara dan borgol”. Maka beliau memberi nasehat :

فَإِذَا سَأَلْتَ اللهَ حَاجَةً فَتَقُولُ فِي عَافِيَةٍ

“Maka jika engkau meminta satu hajat kepada Allah maka ucapkanlah dalam afiat”. [Manaqibul Imam Ahmad]

 

Maka dari pentingnya afiat maka Nabi menganjurkan kita untuk memintanya. Pada hadits utama, Rasul SAW bersabda : “Mintalah ampunan dan afiat kepada Allah, karena sesungguhnya tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik setelah keyakinan (iman) daripada afiat.” [HR Ahmad]

 

Anas bin Malik RA meriwayatkan ada seorang lelaki datang kepada Nabi SAW dan berkata : Ya Rasulallah, permintaan (doa) apakah yang lebih utama? Beliau menjawab :

سَلْ رَبَّكَ الْعَافِيَةَ وَالْمُعَافَاةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

“Mintalah afiat dan mu’afat di dunia dan akhirat”. [HR Turmudzi]

 

Al-Jazari berkata : “Mu’afat” artinya Allah mencukupimu dari orang lain, dan memalingkanmu dari kejelekan orang lain serta memalingkan mereka dari kejelekanmu”. Dan ada yang berkata  maknanya  “Mu’afat” adalah saling memaafkan. [Tuhfatul Ahwadzi]

 

Dalam lanjutan hadits riwayat Anas bin Malik RA tadi, orang tersebut pada hari kedua datang lagi kepada Nabi dengan pertanyaan yang sama dan Nabipun memberikan jawaban yang sama dengan sebelumnya. Pada hari ketiga ia datang lagi kepada Nabi dengan pertanyaan yang sama dan Nabipun memberikan jawaban yang sama dengan sebelumnya dan Nabi menambahkan :

فَإِذَا أُعْطِيتَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَأُعْطِيتَهَا فِي الْآخِرَةِ فَقَدْ أَفْلَحْتَ

Jika engkau diberi afiat di dunia dan akhirat maka engkau sungguh beruntung. [HR Turmudzi]

 

Hal yang sama terjadi ketika Abbas bin Abdil Mutthalib, paman nabi bertanya tentang sesuatu untuk diminta kepada Allah, maka Nabi SAW bersabda : “Mintalah afiat kepada Allah”.  Dan setelah beberapa hari Abbas datang lagi dan bertanya hal yang sama maka Nabi SAW bersabda : “Wahai Abbas, wahai paman Rasulillah, Mintalah afiat kepada Allah di dunia dan akhirat”. [HR Turmudzi]

 

Dengan demikian jika berdoa maka berdoalah dengan doa yang diajarkan Nabi dan para sahabat beliau dan apabila berdoa dengan kehendak diri sendiri maka sertakan pula pemintaan afiat supaya kita selamat dunia akhirat dan agar kita dicintai Allah SWT karena Nabi SAW bersabda :

مَا سُئِلَ اللَّهُ شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يُسْأَلَ الْعَافِيَةَ

Tidaklah Allah dimintai sesuatu yang lebih disenangi dari pada dimintai afiat. [HR Turmudzi]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan pikiran kita untuk istiqmah mengikuti pemahaman agama yang benar dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan hadits sesuai pemahaman sahabat dan para ulama.

 

Salam Satu Hadits,

Dr. H. Fathul Bari, SS., M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani

Ayo Mondok! Mondok itu Keren!

WA Center :  0858-2222-1979

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]


 

Thursday, June 12, 2025

SIAPAKAH IBU NABI ADAM?

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :

فَيَقُولُونَ يَا آدَمُ أَنْتَ أَبُو الْبَشَرِ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ وَأَمَرَ الْمَلَائِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ وَأَسْكَنَكَ الْجَنَّةَ

Manusia berkata : Wahai Adam, Engkau adalah bapaknya manusia. Engkau diciptakan Allah dengan “tangan”-Nya, dan Allah meniupkan ruh-Nya padamu, Allah memerintahkan para malaikat maka mereka bersujud padamu dan menempatkanmu di surga. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

“Tolong sebutkan nama ibunya nabi adam?” Seorang Youtuber yang disebut dengan Pak Kyai ini menjawab : “Begini ini kalo mengaji dengan tema gado-gado (bebas) sulitnya luar biasa kalo belum “muthala’ah” (belajar) sebelumnya. Kalau belum menguasai wawasan secara mendalam maka akan kebingunan menjawabnya. Baik, Ibunya Nabi Adam itu namanya siti atau sayyidati Anisa Ummu Adam, Ini gak pasti, ini menurut pendapat saya karena Nabi Adam itu dilahirkan di daerah sumeria, metsopotamia dekat dengan sungai eufrat dan sungai tigris, di antara suriah dan irak sekarang yang merupakan peradaban tertua di timur tengah sana. Di dekat sungai itulah yang namanya “jannah” (surga), sebagaimana Sabda Nabi : “Sayhun, wa Jayhun, wal Furat, wan Nil kullun min Anharil Jannah (semuanya itu berasal dari sungai-sungai surga)”. Lha Yaitu. Katanya Nabi Adam ada di surga?, ya itu surga pinggir sungai Eufrat itu (yang dimaksud)”. Demikianlah video viral yang menggemparkan jagad medsos itu.

 

Video ini menjadi sangat perlu ditanggapi karena konten kreatornya adalah orang yang dijuluki dengan sebutan “kyai” yang mana seorang kyai ucapannya akan dijadikan rujukan oleh banyak orang dan ia sendiri menegaskan bahwa dirinya telah “muthala’ah” (belajar) dan menguasai wawasan secara mendalam.

 

Pertama, ia mengatakan “ini menurut pendapat saya”. Dalam urusan agama dan dalam menafsirkan Al-Qur’an atau hadits seharusnya kita mengedepankan keterangan dari para sahabat Nabi, atau para ulama dan menjauhi pendapat pribadi. Kisah Nabi Adam telah dijelaskan dalam Al-Qur’an atau hadits, dan menafsirkan secara pribadi akan beresiko masuk pada kategori sabda Rasul SAW :

وَمَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

Barangsiapa berkata tentang Al Qur’an dengan logikanya (semata), Dawud]

 

Kedua, Ia mengatakan “Ini gak pasti”. Itu artinya ia sendiri masih meragukan benar atau tidaknya dari apa yang ucapkan. Jika demikian maka hendaknya seseorang mengatakan “tidak tahu” pada sesuatu yang belum ia tahu, daripada ia menjawab dengan jawaban yang dapat menyesatkan ummat.  As-Sya’bi berkata :

لَا أَدْرِي نِصْفُ الْعِلْمِ

“Perkataan “Aku tidak tahu” adalah seperoh dari ilmu “.

 

Imam Ghazali berkata : Ketahuilah bahwa perkataan “Aku tidak tahu” adalah benteng pertahanan dari orang alim. Dikatakan oleh ulama :

جُنَّةُ الْعَالِمِ " لَا أَدْرِي " فَإِنْ أَخْطَأَهَا فَقَدْ أُصِيْبَتْ مَقَالَتُهُ

Benteng pertahanan orang alim adalah perkataan “Aku tidak tahu”. Jika iapun salah mengucapkannya maka perkataannya bisa dibenarkan. [Ihya Ulumuddin]

 

Sufyan Tsauri, Malik bin Anas, Ahmad bin Hambal, Fudail bin Iyadl dan Bisyr ibnul Harts merupakan sosok alim masih saja lebih banyak mengatakan “Aku tidak tahu”. Jika sekaliber mereka berkata demikian lantas bagaimana dengan kita yang bodoh dan jauh sekali dari keilmuan mereka? Mengapa merasa malu dan enggan mengatakan “Aku tidak tahu”?.

 

Ketiga, dalam video tersebut ia menyebutkan nama sungai “Sayhun, wa Jayhun” padahal yang benar “Sayhan, wa Jayhan”.  Teks haditsnya berbunyi :

سَيْحَانُ وَجَيْحَانُ وَالْفُرَاتُ وَالنِّيلُ كُلٌّ مِنْ أَنْهَارِ الْجَنَّةِ

Sayhan, Jayhan, Furat, Nil itu semua berasal dari sungai-sungai surga. [HR Muslim]

 

Mengapa dipermasalahkan? Karena keduanya berbeda. Imam Nawawi berkata :

سَيْحَانُ غَيْرُ سَيْحُوْنَ ، وَجَيْحَانُ غَيْرُ جَيْحُوْنَ ، بِاتِّفَاقِ النَّاسِ

Sayhan itu bukanlah Sayhun dan Jayhan bukanlah Jayhun, dengan kesepakatan ummat manusia. [Syarah Nawawi]

 

Al-Kasymiri berkata : sungai Sayhan dan Jayhan itu terletak di armenia dekat Syam sementara sungai Sayhun, dan Jayhun itu terletak di ujung Balkh (di Afganistan) dan Bukhara (di uzbekistan). [Faidlul Bari]

 

Selanjutnya jika sungai-sungai tadi disebutkan “kullun min Anharil Jannah” itu bukan berarti lokasi sekitaran sungai-sungai tersebut adalah kawasan surga, bukan demikian. Akan tetapi pengertiannya adalah  sungai-sungai tadi semuanya itu berasal dari sungai-sungai surga. Imam Nawawi berkata : Sesungguhnya sungai Nil dan Furat itu asalnya dari surga... kemudian turun ke bumi dan mengalir di bumi [Syarah Nawawi] Bukankah Nabi adam dan Hawa diperintahkan untuk tinggal di surga namun karena adanya pelanggaran maka Allah memerintahkan untuk tinggal di bumi sebagaimana dalam QS Al-Baqarah : 35-36.

 

Baiklah kita kembali ke pertanyaan utama, “Tolong sebutkan nama ibunya nabi adam?” Semua kita sejak kecil diajarkan bahwa bahwa Adam adalah manusia pertama. Maka dengan adanya statement di atas maka banyak orang kemudian bingung, manakah yang benar?.

 

Allah SWT menegaskan bahwa semua ummat manusia itu berasal dari satu orang manusia. Allah SWT berfirman :

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak...  [QS An-Nisa : 1]

Siapakah “satu orang manusia” yang menjadi manusia pertama itu? Ar-Razi berkata :

أَجْمَعَ الْمُسْلِمُونَ عَلَى أَنَّ الْمُرَادَ بِالنَّفْسِ الْوَاحِدَةِ هَاهُنَا هُوَ آدَمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ

Kaum Muslimin sepakat bahwa yang dimaksud dengan “satu orang manusia” pada ayat tersebut adalah Adam AS. [Tafsir Ar-Razi]

 

Dan dalam Al-Quran dinyatakan :

 

إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. [QS Ali Imran: 59]

 

Ibnu Katsir berkata : (Sesungguhnya misal penciptaan Isa di sisi Allah), yaitu dalam hal kuasanya Allah Ta’ala dalam menciptakan Isa tanpa ayah (adalah seperti penciptaan Adam).

فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى خَلَقَهُ مِنْ غَيْرِ أَبٍ وَلَا أُمٍّ

“Karena Allah Ta’ala menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu”.

Allah hendak memperlihatkan kekuasaan-Nya kepada makhluk dengan menciptakan Adam tanpa laki (bapak) dan tanpa perempuan (ibu), menciptakan Siti Hawa tanpa perempuan (ibu), dan menciptakan Isa tanpa laki (bapak) sebagaimana manusia lainnya yang tercipta dari laki (bapak) dan perempuan (ibu). [Tafsir Ibnu Katsir]

 

 

Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam hadits utama di atas bahwa nabi Adam AS disebut sebagai “Abul Basyar” (bapaknya manusia). Hal ini terjadi ketika kiamat dimana manusia mencari pertolongan dan pertama kali mereka mendatangi Adam dan Nabi SAW menceritakan : “Manusia berkata : “Wahai Adam, Engkau adalah bapaknya manusia. Engkau diciptakan Allah dengan “tangan”-Nya, dan Allah meniupkan ruh-Nya padamu, Allah memerintahkan para malaikat maka mereka bersujud padamu dan menempatkanmu di surga”. [HR Bukhari]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan pikiran kita untuk istiqmah mengikuti pemahaman agama yang benar dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan hadits sesuai pemahaman sahabat dan para ulama.

 

Salam Satu Hadits,

Dr. H. Fathul Bari, SS., M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani

Ayo Mondok! Mondok itu Keren!

WhatsApp Center :  0858-2222-1979

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Tuesday, June 3, 2025

NABIPUN GAGAL KE TANAH SUCI

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abdullah ibn ‘Abbas RA, Rasul SAW bersabda :

فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً

Barangsiapa yang bertekad untuk berbuat kebaikan namun ia tidak bisa mengamalkannya, maka Allah mencatatnya di sisiNya sebagai sebuah kebaikan yang sempurna. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Sudah bayar sejak 2011, penjual lontong ini gagal berangkat haji. Ia adalah seorang ibu berusia 52 tahun yang tinggal di jombang, sudah mendapatkan porsi haji dan telah menunggu 14 tahun untuk giliran berangkat haji. Namun sayangnya ketika waktu pelunasan tiba yang bersangkutan tidak memiliki cukup uang sehingga gagal berangkat haji. [aslimojokerto com] Kejadian seperti ini menimpa ribuan calon jamaah dari berbagai daerah yang gagal bernagkat karena tidak bisa melunasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) setiap tahunnya. Sebagai sampel, di kabupaten pasuruan ada  153 jamaah yang  tidak dapat melunasi Bpih tahun 2025. [pasuruankab go id]

 

Gagal haji tidak hanya menimpa mereka saja yang memiliki finansial terbatas, tapi juga menimpa mereka yang berkecukupan secara finasial. Mereka yang mayoritas mendaftar haji dari jalur non kuota seperti haji furoda dan mujamalah dengan biaya Rp300 juta hingga Rp1 miliar per orang. Ada lebih dari seribu calon jemaah haji furoda dari Indonesia yang batal berangkat karena visa tidak diterbitkan oleh Pemerintah Arab Saudi hingga batas akhir pelayanan. [Metrotvnews com] Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (DPP AMPHURI) menyatakan dalam surat edaran tertanggal 27 Mei 2025 bahwa penerbitan visa furoda telah ditutup oleh pemerintah Saudi sehingga AMPHURI mengonfirmasi tidak ada penerbitan visa furoda pada haji tahun ini. [detik com]

 

Gagal berangkat haji dengan berbagai kendala di atas tentu menyebabkan kecewa namun demikian calon jamaah janganlah bersedih sebab kegagalan tersebut bukanlah faktor kesengajaan. Orang yang sudah berniat melakukan kebaikan namun gagal karena adanya halangan maka ia sudah mendapatkan pahalanya. Nabi SAW sebagaimana pada hadits utama di atas : “Barangsiapa yang bertekad untuk berbuat kebaikan namun ia tidak bisa mengamalkannya, maka Allah mencatatnya di sisiNya sebagai sebuah kebaikan yang sempurna”. [HR Bukhari]

 

Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata :

وَهُوَ فِي حَقِّ مَنْ كَانَ يَعْمَلُ طَاعَةً فَمُنِعَ مِنْهَا وَكَانَتْ نِيَّتُهُ لَوْلَا الْمَانِعُ أَنْ يَدُومَ عَلَيْهَا

(tetapnya mendapatkan pahala meskipun tidak melakukan amalan) tersebut berlaku untuk orang yang ingin melakukan ketaatan lantas terhalang dari melakukannya (seperti karen sakit dll.) padahal ia sudah berniat kalau tidak ada halangan untuk melakukannya secara istiqamah. [Fathul Bari]

Bahkan pahala niatnya itu lebih besar daripada pahala amalan itu sendiri. Nabi SAW bersabda :

نِيَّةُ الْمُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ

Niatnya orang mukmin itu lebih baik (pahalanya) dari pada amalannya. [HR Thabrani]

 

Gagal pergi ke tanah suci pernah juga dialami oleh Nabi SAW dan para sahabatnya, yaitu ketika hendak menunaikan umrah namun ketika sampai di Hudaybiyah orang kafir menghalagi beliau dan rombongan dari memasuki tanah suci. Al-Mubarakfuri dalam Ar-Rahiqul Mahtum berkata : Ketika di Madinah, Rasulullah SAW bermimpi bahwa beliau bersama para sahabat memasuki Masjidil Haram, mengambil kunci Ka'bah, thawaf dan berumrah dan mencukur rambutnya dengan menggundul dan sebagian memendekkannya saja. Maka Nabi memberitahukan hal itu kepada para sahabat sehingga mereka sangat senang sekali dan yakın bahwa mereka akan memasuki kota Makkah pada tahun itu juga. Rasulpun memberitahukan kepada para sahabat rencana beliau untuk pergi umrah, maka mereka bersiap-siap untuk pergi bersama beliau.

Nabi SAW berangkat pada hari Senin di awal bulan Dzul-Qa'dah, tahun ke-6 H, bersama istrinya, Umm Salamah, dan 1400 orang sahabat dengan tanpa membawa senjata kecuali senjata yang diperlukan diperjalanan saja.

 

Namun Nabi dan para sahabat dihadang oleh orang kafir mekkah di kawasan Hudaibiyah. Lalu di tempat tersebut dilangsungkan kesepakatan damai yang dikenal dengan perjanjian Hudaibiyah yang di antara isinya adalah Orang kafir Quraisy melarang kaum Muslimin memasuki Makkah saat itu dan harus kembali ke Madinah tanpa melaksanakan umrah, tetapi mereka diizinkan datang pada tahun berikutnya. [Ar-Rahiqul Mahtum]

 

Meskipun umrah tersebut gagal dilaksanakan namun umrah tersebut tetap dihitung sebagai umrah Nabi dan para sahabat. Hal ini sebagaimana keterangan Anas RA ketika ditanya oleh Qatadah mengenai berapa kali Nabi SAW berumrah? Ia menjawab :

أَرْبَعٌ ,عُمْرَةُ الْحُدَيْبِيَةِ فِي ذِي الْقَعْدَةِ حَيْثُ صَدَّهُ الْمُشْرِكُونَ

“(Nabi SAW berumrah sebanyak) empat kali, yaitu (1) Umrah Hudaibiyah pada bulan Dzul Qa’sudah ketika dihadang oleh Kaum Musyrikin”.

(2) Umrah pada tahun berikutnya pada bulan Dzul Qa’dah sesuai perjanjian dengan mereka (3) Umrah Ji’ranah  ketika beliau membagi-bagi harta Ghanimah peran Hunain” (dan 4. Umrah ketika beliau Haji). [HR Bukhari]

 

Ada sedikit kebingungan tatkala diketahui bahwa umrah yang dilakukan pada tahun berikutnya yaitu tahun 7 H disebut dengan Umrah Qadla. Hal ini sebagaimana dalam kitab Shabih Bukhari, Imam Bukhari menulis “Bab Umratil Qadla”. Ibnu Abbas juga mengistilahkan dengan “Umratil Qadla”, Ia berkata :

تَزَوَّجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَيْمُونَةَ فِي عُمْرَةِ الْقَضَاءِ

Nabi SAW menikahi Maimunah pada waktu Umrah Qadla. [HR Bukhari]

 

Jika umrah pada tahun ke 7 disebut dengan Umrah Qadla maka semestinya Umrah pada tahun ke 6 yang gagal tersebut tidak dihitung sebagai umrah, bukankah demikian? Ibnu Hajar Al-Asqalany menjawab :

سُمِّيَتْ عُمْرَةَ الْقَضَاءِ لِأَنَّهُ قَاضَى فِيْهَا قُرَيْشاً،

“Umrah tersebut dinamakan dengan umrah qadla karena beliau “Qaadlaa” (menepati perjanjian damai) dengan Kafir Quraisy”. [Fathul Bari]

 

Beliau melanjutkan : Jadi bukan sebagai umrah Qadla dari umrah (sebelumnya) yang dihadang (oleh kaum kafir) karena umrah tersebut tidaklah rusak sehingga harus di qadla’, bahkan umrah (hudaibiyah tersebut) adalah umrah yang sempurna. Maka dari itu para sabahat menghitung umrah Nabi sebanyak empat kali. [Fathul Bari]

 

 Syamsul Haq al-'Adzim Abadi menambahkan :

 

لِتَرَتُّبِ أَحْكَامهَا مِنْ إِرْسَال الْهَدْي وَالْخُرُوج عَنْ الْإِحْرَام فَنَحَرَ وَحَلَقَ

Hal itu dikarenakan terlaksananya beberapa hukum umrah seperti mengirim binatang hadyu (dam), Keluar dari kondisi ihram. Maka Nabi SAW menyembelih hewan hadyu dan menggundul rambut (tahallul pasca terhalang dari tanah haram). [Aunul Ma’bud]

 

Maka calon jamaah haji yang gagal berangkat tahun ini hendaknya tetap berhusnud dzan kepada Allah dan berharap mereka akan mendapatkan dua kali pahala haji, yaitu pahala niat haji tahun ini dan pahala niat haji yang akan terlaksana pada tahun mendatang.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati kita untuk senantiasa berhusnud dzan kepada Allah atas takdir apapun yang menimpa kita karena berharap pahala dari-Nya dan tidak mengharap pujian dari manusia.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!