ONE
DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Ibnu Umar RA,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَغْدُو إِلَى الْمُصَلَّى فِي يَوْمِ الْعِيدِ
وَالْعَنَزَةُ تُحْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَإِذَا بَلَغَ الْمُصَلَّى نُصِبَتْ
بَيْنَ يَدَيْهِ فَيُصَلِّي إِلَيْهَا وَذَلِكَ أَنَّ الْمُصَلَّى كَانَ فَضَاءً
لَيْسَ فِيهِ شَيْءٌ يُسْتَتَرُ بِهِ
Bahwasannya
Rasul SAW berangkat menuju Musholla pada hari raya, sementara beliau membawa
tombak kecil. Ketika sampai di Musholla, tombak kecil itu ditegakkan di
hadapannya kemudian beliau shalat menghadapnya. Hal itu dilakukan karena
Musholla (tempat sholat id) tersebut adalah tanah lapang yang tidak memiliki
penghalang (sutrah) [HR. Ibnu Majah]
Catatan
Alvers
Hari
raya telah tiba, ekspresi kegembiraan tampat pada wajah kaum muslimin. Idul
Adha adalah syiar islam, yang mana segenap Muslim menunaikan shalat id pada
hari tersebut. Bagi mereka yang berhalangan seperti menstruasi pada perempuan,
dianjurkan agar tetap datang meramaikannya. Sekalipun cuma hadir di sekitar lokasi
shalat. Diriwayatkan dari Ummu 'Athiyah, ia berkata :
اَمَرَ رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ
نُخْرِجَهُنَّ فيِ اْلفِطْرِ وَ اْلاَضْحَى اْلعَوَاطِقَ وَ اْلحُيَّضَ وَ ذَوَاتِ
اْلخُدُوْرِ، فَاَمَّا اْلحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاَةَ
"Rasulullah
SAW memerintahkan kepada kami untuk membawa keluar anak-anak perempuan yang
hampir baligh, perempuan-perempuan haidl dan anak-anak perempuan yang masih
gadis, pada Hari Raya 'Iedul Fithri dan 'Iedul Adha. Adapun wanita-wanita yang
haidl itu mereka tidak shalat". [HR Muslim]
Ini
semua lantaran syiar di balik shalat itu sangat besar. Karena itu, sebagian
ulama berpendapat hukum shalat ini wajib seperti pendapat Imam Abu Hanifah.
Sedangkan Imam ahmad bin Hanbal menganggapnya fardhu kifayah. Di kalangan
Mazhab Syafi'i dan Maliki, hukumnya sunnah muakkadah. [Al-Majmu’]
Sebagaimana
keterangan hadits utama di atas bahwa Rasul SAW menyelenggarakan sholat id di
musholla. Musholla yang dimaksud bukanlah bangunan untuk sholat seperti jamak
kita ketahui namun Musholla (tempat sholat id) tersebut adalah tanah lapang dan
terbuka yang disebutkan oleh sayyid sabiq, berada di pintu gerbang Madinah
sebelah timur dan berjarak 1.000 Dzira’ dari masjid Nabawi [Fiqhus Sunnah] Jika
1 dzira' setara dengan 61,2 cm maka jarak musholla tersebut adalah 61.200 CM /
100 CM = 612 Meter.
Keberadaan
sholat id sebagai syiar maka sudah barang tentu yang baik adalah
diselenggarakan di satu tempat dalam satu daerahnya. Sulaiman bin Muhammad bin
Umar Al-Bujairami berkata :
قال فى الانوار يستحب الاجتماع فى موضع
واحد و يكره تعدده بلا حاجة و للامام المنع منه
Yusuf
bin Ibrahim al-ardabily berkata dalam kitab al-Anwar li A’malil Abrar : Sunnah melakukan
sholat id dengan cara berkumpul dalam satu tempat dan makruh jika dilakukan
dalam beberapa tempat tanpa adanya hajat dan sang imam hendaknya melarangnya. [Bujairimi
alal Khatib]
Namun
demikian bukanlah suatu keharusan mengerjakan shalat dan khutbah hari Raya di
tanah lapang karena para ulama memandang bahwa Nabi SAW mengerjakan yang
demikian karena masjid saat itu tak mampu menampung jamaah dikarenakan
orang-orang yang berkumpul pada hari Raya lebih banyak dari pada hari-hari yang
lain. Diriwayakan dari Abu Hurairah RA bahwasanya:
اَنَّهُ اَصَابَهُمْ مَطَرٌ فيِ يَوْمِ
عِيْدٍ فَصَلَّى بِهِمُ النَّبِيُّ ص صَلاَةَ الْعِيْدِ فيِ اْلمَسْجِدِ
pada
suatu hari Raya, para shahabat kehujanan, maka Nabi SAW mengerjakan shalat Hari
Raya bersama mereka di masjid. [HR. Abu Dawud]
Ibnu
Qudamah juga menceritakan pendapat imam Syafi’i :
وحكي عن الشافعي ان كان مسجد البلد واسعا
فالصلاة فيه أولى لانه خير البقاع وأطهرها ولذلك يصلي أهل مكة في المسجد الحرام
Jika
masjid di daerahnya itu luas maka sholat id di sana lebih baik karena masjid
itu adalah tempat terbaik dan paling suci. Oleh karena itulah penduduk mekkah
melaksanakan sholat id di masjidil haram [As-Syarhul Kabir libni Qudamah]
Sulaiman
Al-Bujairami berkata :
و فعلها بمسجد افضل لشرفه الا لعذر كضيقه
و اذا خرج لغير المسجد استخلف ندبا من يصلى و يخطب فيه،
Melakukan
sholat id di masjid lebih afdhal karena keutamaan masjid kecuali jika ada udzur
seperti masjidnya sempit. Jika jamaah diselenggarakan di tempat selain masjid
maka sunnah agar ada sebagian jamaah yang sholat dan khutbah di masjid.
[Bujairimi alal Khatib]
Dalam
momen idul adha, disunnahkan bertakbir (mursal) pada malamnya mulai dari
terbelamnya matahari sampai Imam memulai sholat dengan takbiratul Ihram,
dilaksanakan dengan suara keras dan sunnah pula berktakbir (Muqayyad) setiap
sehabis shalat meskipun shalat jenazah, yang berlaku mulai subuh hari arafah (9
Dzulhijjah) sampai ashar hari tasyriq terakhir. Sunnah pula bertakbir mulai
tanggal 1 sampai 10 Dzulhijjah ketika melihat binatang ternak atau mendengar
suaranya. [I’anatut Thalibin]
Dsiebutkan
dalam kitab al-Bujairami, Bacaan takbir pada hari raya adalah
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ
اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ
وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Sebagaimana
keterangan kitab Al-Umm, baik jika dilanjutkan setelah 3 x takbir dengan bacaan
:
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بَكْرَةً وَأَصِيلًا لَا إلَهَ إلَّا
اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا إيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ
الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ
عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلَهَ إلَّا
اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ
[al-Bujairami]
Menurut
keterangan Al-Barmawi, Disunnahkan pula bershalawat kepada Nabi dan keluarga
serta para sahabatnya dengan bacaan berikut :
اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ
آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَصْحَابِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وعلى أزواج سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وعلى ذرية سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا كَثيِرْاً.
[Hasyiyah
Al-Jamal]
Khusus
takbir Idul Adha dimulai dari subuh hari Arafah (9 Dzulhijjah, sehari sebelum
hari raya) dan berakhir setelah terbenam matahari pada hari ketiga dari pada
hari-hari Tasyriq. Berikut keterangannya :
وَيُكَبِّرُ مِنْ غُرُوْبِ الشَّمْسِ
لَيْلَةَ العِيْدِ إِلىَ أَنْ يَدْخُلَ الإِمَامُ فيِ الصَّلاَةِ وَفيِ الأَضْحَى
خَلْفَ الصَّلَوَاتِ الفَرَائِضِ مِنْ صُبْحِ يَوْمِ عَرَفَةَ إِلىَ العَصْرِ مِنْ
آخِرِ أَياَّمِ التَّشْرِيْقِ
Bertakbir
dimulai semenjak terbenam Matahari di malam Id sampai dengan Imam sholat Id masuk
(mulai) dalam shalatnya. Dan takbir Idul-Adha (selain malamnya) adalah setelah
shalat fardu, Mulai subuh hari ‘Arafah (yaitu sehari sebelum hari raya tepatnya
tanggal 9 Dzulhijjah) sampai dengan Ashar akhir hari Tasyriq. (tanggal 11 13
Dzulhijjah) [Kifayatul-Akhyar]
Takbir-takbir
tersebut hanya untuk selain orang yang berhaji, Sayyid bakri berkata :
وما ذكر لغير الحاج، أما هو فلا يكبر هذا
التكبير لأن التلبية شعاره.
Takbir
tersebut berlaku untuk selain orang yang menunaikan haji, Adapun bagi yang
menunaikan haji maka tidak usah bertakbir karena syiar mereka adalah talbiyah.
[I’anatut Thalibin]
Pada
dasarnya, hal-ihwal idul adha itu sama dengan sholat idul fitri kecuali dalam
beberapa hal, diantaranya sebaiknya seseorang tidak makan pada hari idul adha
kecuali setelah selesai pelaksanaan sholat id. Dari ‘Abdullah bin Buraidah,
dari ayahnya, ia berkata,
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لاَ
يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَطْعَمَ وَ لاَ يَطْعَمُ يَوْمَ اْلاَضْحَى
حَتَّى يُصَلّيَ
"Dahulu
Rasulullah SAW tidak pergi Shalat Hari Raya 'Iedul Fithri melainkan sesudah
makan. Dan tidak makan pada Hari Raya 'Iedul Adlha melainkan sesudah kembali
dari shalat". [HR. Tirmidzi]
Selanjutnya
dalam waktu pelaksanaan sholat. Sayyid Bakri berkata:
ويسن أن يعجل الحضور في الاضحى ليتسع وقت
التضحية، ويؤخره قليلا في الفطر ليتسع وقت صدقة الفطر قبل الصلاة.
Sunnah
menyegerakan berangkat sholat idul adha supaya waktu penyembelihan lebih
panjang (lama). Adapun untuk sholat idul fitri sunnahnya agak diakhirkan supaya
lebih panjang (lama) waktu untuk menunaikan zakat fitrah sebelum melaksanakan
sholat Id. [I’anatut Thalibin] Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati
dan fikiran kita untuk menyemarakkan momen hari raya idul adha ini sesuai
tuntunannya.
Salam
Satu Hadith,
DR.H.Fathul
Bari, Malang, Ind
------------------------
Kajian Hadits ODOH
Sistem SPA (Singkat, Padat, Akurat)
Buku ODOH Bisa pesan online,
Inbox 081-2521-4321
0 komentar:
Post a Comment