ONE
DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah RA, Ia berkata :
أَنَّ رَجُلًا شَتَمَ أَبَا بَكْرٍ
وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ ، فَجَعَلَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْجَبُ وَيَتَبَسَّمُ
Terdapat
seseorang ia mencaci maki Abu Bakar sedangkan Nabi SAW duduk (di dekatnya)
Nabipun kagum (atas kesabaran Abu bakar yang tidak membalas caciannya) dan
Beliau tersenyum... [HR. Ahmad]
Catatan
Alvers
Suatu
ketika ada seorang ayah bersama anaknya hendak pergi ke kota. Keduanya menaiki
seekor himar. Di tengah perjalanan keduanya mendengar orang-orang berkata
ما اشدة قسوة هذا الرجل ,الاثنان يركبان الحمار
المرهق
Betapa
kerasnya orang itu (tidak punya belas kasihan), (bagaimana bisa) dua orang
menaiki satu himar yang lemah (tidak kuat dinaiki dua orang)?
Mendengar
omongan tersebut, sang ayah lalu turun. Ia berjalan kaki sementara membiarkan
anaknya menaiki himar. Di tengah perjalanan keduanya mendengar orang-orang
berkata :
ما اقل حياء هذا الولد يركب الحمار ويترك والده
المسكين ماشيا
Anak
itu tidak tau malu (tidak punya sopan santun), masak ia sendiri naik himar sementara
ayahnya dibiarkan berjalan!
Mendengar
omongan tersebut, sang ayah menurunkan anaknya dan ia ganti menaiki himarnya.
Di tengah perjalanan keduanya mendengar orang-orang berkata :
ذلك الاب القاسي الذي يركب الحمار لايبالي ما
يعانيه ولده المسكين من تعب السير على القدمين.
Itu
dia bapak yang keras hatinya (tidak punya belas kasihan). Ia menaiki himar
dengan tidak menghiraukan anaknya penat karena berjalan kaki.
Mendengar
omongan tersebut, sang ayah lalu turun dan keduanya berjalan kaki di samping
himarnya. Di tengah perjalanan keduanya mendengar orang-orang berbisik-bisik :
ما اسخف هذان! معهما دابة مسخرة لهما ولا
يركبانها بقصد التخفيف من مشاق المشي.
Betapa
bodohnya kedua orang itu, mereka mempunyai himar namun tidak menaikinya padahal
itu bisa meringankan perjalannya.
Mendengar
bisikan tersebut sang ayah berpesan kepada anaknya :
اننا يا ولدي لن نستطيع ارضاء جميع الناس وان
حرصنا
Wahai
anakku, kita tidak akan bisa memuaskan semua manusia meskipun kita telah
berusaha sekuat tenaga.
Setelah
itu, sang ayah mengajak untuk bersama-sama memikul himar supaya meyakinkan
anaknya bahwa tiada seorangpun yang bisa selamat dari omongan negatif orang
lain. [Gerasanews com]
Kisah
di atas merupakan kisah hikmah yang terkenal dinisbatkan kepada tokoh kisah
nasruddin joha yang berasal dari turki lebih dari 700 tahun yang silam [morsmal
no] Kisah tersebut boleh jadi fiktif namun hal itu bisa kita ambil hikmahnya bahwa
sia-sia saja kalo kita berusaha dan beramal untuk pujian manusia karena kita
akan capek menuruti omongan mereka yang tiada habisnya.
Selanjutnya
agar kita kuat bersabar untuk menghadapi perilaku dan omongan jelek orang lain
adalah kita beraktifitas hanya untuk
mengharap ridlo Allah SWT. Suatu ketika, ada seseorang berkata kepada syeikh
Aba Sa’id Hasan Al-Bashri : Wahai Aba Sa’id, Banyak orang yang datang ke
majelis pengajianmu mereka itu tidak bertujuan (mencari ilmu) melainkan
mencari-cari kesalahan pada perkataanmu dan hanya ingin merepotkanmu dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan! Syeikh Hasan Al-Bashri menjawab :
هون على نفسك فإني حدثت نفسي بسكنى الجنان
ومجاورة الرحمن فطمعت وما حدثت نفسي بالسلامة من الناس لأني قد علمت أن خالقهم
ورازقهم ومحييهم ومميتهم لم يسلم منهم.
Tenang
saja! Karena aku telah memotivasi diriku dengan bertempat tinggal di surga dan
bersanding dengan Ar-rahman, sehingga diriku sangat menginginkannya. Dan aku
tidak memotivasi diriku agar ia selamat dari (omongan jelek) manusia karena aku
tahu bahwa sang pencipta manusia, pemberi rizki, yang menghidupkan dan
mematikan manusia, yakni Allah saja tidak selamat dari omongan jelek mereka.
[Ihya Ulumuddin]
Lebih
dari itu, ketahuilah alvers bahwa tidak ada di dunia ini yang bisa selamat dari
omongan jelek orang lain. Jadi, tidak ada pilihan buat kita ketika sedang
mendapatkan omongan jelek ataupun dicaci maki melainkan introspeksi lalu
bersabar sebagaimana dilakukan oleh Abu bakar RA pada hadits utama di atas.
Allah SWT berfirman :
وَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ
هَجْراً جَمِيلاً
“Dan
bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah
mereka dengan cara yang baik.” [QS Al-Muzzamil : 10]
Selanjutnya
adalah mencukupkan diri dengan pembelaan malaikat kepada kita atas omongan
jelek dan cacian orang lain. Dalam lanjutan hadits utama di atas disebutkan ketika
orang yang mencaci itu menjadi-jadi dan bertambah caciannya kepada Abu bakar
maka Abu bakarpun membalas dengan sebagian ucapannya. Melihat hal ini, Rasul
SAW marah dan pergi meninggalkan Abu bakar. Abu bakar lalu mengejar Nabi SAW
dan bertanya : Ya Rasulallah ketika orang itu mencaciku (dan aku diam) engkau
duduk bersamaku. Tetapi ketika aku membalas sebagian caciannya maka engkau marah dan meninggalkan aku,
mengapa demikian? Rasul SAW menjawab:
إِنَّهُ كَانَ مَعَكَ مَلَكٌ يَرُدُّ عَنْكَ ،
فَلَمَّا رَدَدْتَ عَلَيْهِ بَعْضَ قَوْلِهِ ، وَقَعَ الشَّيْطَانُ ، فَلَمْ
أَكُنْ لِأَقْعُدَ مَعَ الشَّيْطَانِ " .
Sesungguhnya
(ketika engaku dicaci dan engkau bersabar) maka ada mailakat yang membalasnya
untuk membelamu. Namun ketika engkau membalasnya maka datanglah setan dan aku
tidak sudi duduk bersama setan. [HR Ahmad] Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari
membuka hati untuk melakukan sesuatu hanya karena mengharap ridlo-Nya sehingga
bisa tetap sabar di tengah cacian dan omongan jelek orang lain.
Salam
Satu Hadits,
Dr.
H. Fathul Bari Alvers
NB.
Hak
Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Mengubah dan
menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat kelak. *Silahkan Share tanpa
mengedit artikel ini*. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia
adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam
Abdullah Alhaddad]
Pondok
Pesantren Wisata
AN-NUR
2 Malang Jatim
Sarana
Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo
Mondok! Nggak Mondok Nggak Keren!
0 komentar:
Post a Comment