إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Sunday, April 27, 2025

KEBAIKAN HARTA


ONE DAY ONE HADITH

 

Dari ‘Amr bin Al-Ash RA, Rasulullah SAW bersabda :

نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ

"Sebaik-baiknya harta yang baik itu dimiliki orang shalih" [HR Ahmad].

 

Catatan Alvers

 

Suatu ketika ada orang datang kepada ‘Amr bin Al-Ash untuk menyuruhnya untuk menemui Rasul SAW dengan membawa pakaian dan senjata. Amr bergegas datang sementara beliau sedang berwudlu. Setelah selesai berwudlu, Rasul SAW menemuinya dan bersabda : “Aku ingin mengirim kamu untuk berperang bersama prajurit. Semoga Allah menyelamatkanmu, memberikan harta ghanimah dan aku berharap engkau mendapat harta.” ‘Amr berkata :

يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَسْلَمْتُ مِنْ أَجْلِ الْمَالِ وَلَكِنِّي أَسْلَمْتُ رَغْبَةً فِي الْإِسْلَامِ

“Wahai Rasulullah, Aku tidak memeluk Islam lantaran ingin mendapatkan harta, akan tetapi aku memeluk Islam karena Aku cinta pada Islam.”

“dan aku berharap bisa bersama-sama dengan Rasul SAW.” Lalu beliau bersabda dengan hadits utama : "Sebaik-baiknya harta yang baik itu dimiliki orang shalih" [HR Ahmad]

 

Demikianlah, harta jika dimiliki oleh orang shalih maka harta itu akan digunakan untuk kebaikan. Kata “Al-Khair” yang lazimnya dimaknai sebagai kebaikan di dalam Al-Qur’an banyak yang bermakna “Al-Mal” (harta). Harta disebut dalam bahasa Arab dengan “Al-Mal” yang artinya condong dan cinta, karena setiap orang pasti condong dan cinta kepada harta. Dan harta seyogyanya dibelanjakan untuk kebaikan (Al-Khair).

 

Hal ini sebagaimana yang terdapat pada firman Allah SWt :

كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ

Apabila salah seorang di antara kalian kedatangan (tanda-tanda) kematian, maka diwajibkan atas kalian jika meninggalkan “Khairan” (harta) untuk berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya dengan baik... [QS Al-Baqarah : 180]

 

Al-Qurtubi berkata :

اَلْخَيْرُ هُنَا اَلْمَالُ مِنْ غِيْرِ خِلَافٍ

Kata “Khairan” pada ayat ini bermakna “Al-mal” (harta) dengan tanpa ada perbedaan pendapat. [Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an]

 

Kata “Khair” di dalam Al-Qur’an yang bermakna harta juga ditemukan pada beberapa ayat lain, diantaranya adalah :

Pertama, “Al-Khair” yang terdapat pada firman Allah :

وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا

Dan tatkala manusia mendapatkan harta maka ia bakhil (dengan tidak menunaikan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah atas hartanya). [QS Al-Ma’arij] [Tafsir Jalalain]

 

Kedua, “Al-Khair” yang terdapat pada firman Allah :

وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ

Sungguh manusia itu sangat cinta pada “Al-Khair” (harta) [QS Al-Adiyat : 8] [Tafsir Jalalain]

 

Ketiga, “Al-Khair” yang terdapat pada firman Allah :

لَا يَسْأَمُ الْإِنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ

Manusia itu tidak henti-hentinya berdoa meminta “Al-Khair” (harta dan kesehatan) [QS Fushshilat : 49] [Tafsir Jalalain]

 

Keempat, “Al-Khair” yang terdapat pada firman Allah :

فَإِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوكُمْ بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ

 

dan apabila ketakutan telah hilang, mereka (orang kafir) mencaci kalian dengan lidah yang tajam, sedang mereka itu bakhil atas “Al-Khair” (harta ghanimah). [QS Al-Ahzab : 19] [Tafsir Jalalain]

 

Kelima, “Al-Khair” yang terdapat pada firman Allah :

وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ

Seandainya aku mengetahui hal ghaib niscaya aku akan banyak memiliki “Al-Khair” (harta) dan aku tidak akan tertimpa “As-Su’” (kefakiran). [QS Al-A’raf : 188] [Tafsir Ibnu Katsir]

 

Keenam, “Al-Khair” yang terdapat pada firman Allah :

فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَنْ ذِكْرِ رَبِّي

Ia (Nabi sulaiman) berkata : Aku cinta kepada “Al-Khair” (kuda) sehingga aku lalai mengingat tuhanku [QS Shad : 32] [Tafsir Jalalain]

Kuda adalah harta terbaik di zaman itu.

 

Maka dengan demikian, harta jika berada di tangan orang baik maka akan menjadi satu kebaikan sehingga memperbanyak harta itu artinya memperbanyak kebaikan. Pada suatu hari, Ibu dari Anas (yang bernama Ummu Sulaim) menyerahkan Anas yang masih kecil saat itu (Usia 10 tahun) untuk dijadikan pembantu Nabi SAW. Dan ketika itu Ummu Sulaim berkata : “Wahai Rasulallah, Mohon doakan kepada Allah untuk Anas, pembantumu” maka beliau berdoa :

 اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا أَعْطَيْتَهُ

Ya, Allah banyakkanlah harta dan anaknya (Anas) serta berkahilah dia pada apa yang Kau berikan kepadanya. [HR Bukhari]

 

Dan benarlah, di kemudian hari Anas menjadi orang kaya. Ia berkata :

فَوَاللَّهِ إِنَّ مَالِي لَكَثِيرٌ وَإِنَّ وَلَدِي وَوَلَدَ وَلَدِي لَيَتَعَادُّونَ عَلَى نَحْوِ الْمِائَةِ الْيَوْمَ

Demi Allah, hartaku sekarang sungguh banyak sekali, anak dan cucuku sekarang ini telah mencapai seratus orang lebih." [HR Muslim]

 

Jika harta itu merupakan kejelekan secara mutlak niscaya Nabi SAW tidak akan mendoakan Anas dengan banyak harta. Jadi hal ini menegaskan bahwa banyak harta merupakan satu kebaikan bagi orang shalih sebagaimana hadits utama di atas.

 

Nabi SAW melarang hasud (iri) kepada orang lain namun beliau menjelaskan bahwa hasud kepada orang shalih yang memiliki banyak harta itu diperbolehkan bahkan merupakan satu kebaikan. Beliau bersabda :

 لا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتاهُ اللهُ مالًا فَسُلِّطَ على هَلَكَتِهِ فِي الحَقِّ، وَرَجُلٌ آتاهُ اللَّهُ الحِكْمَةَ فهو يَقْضِي بها وَيُعَلِّمُها

“Tidak boleh hasud (ingin) kecuali dalam dua perkara. (Pertama), seseorang yang dikaruniai harta oleh Allah, kemudian ia membelanjakannya dalam kebenaran dan kebaikan dan orang yang dikaruniai akan ilmu pengetahuan oleh Allah,  kemudian ia  memberikan keputusan dengan ilmunya itu dan mengajarkannya.” [HR Bukhari]

 

Rasul SAW juga menganjurkan agar kita memiliki harta yang banyak sehingga bisa diwariskan kepada anak-anak kita. Rasul SAW pernah berpesan kepada Sa’d bin Abi Waqqash :

إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ

Sesungguhnya engkau meninggalkan ahli warismu dalam kondisi kaya itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam kondisi fakir dan meminta-minta kepada orang lain.”[HR Bukhari]

 

Jadi memiliki harta yang banyak bukanlah larangan, bahkan itu satu kebaikan bagi orang-orang shalih, orang-orang baik yang bisa memenuhi kewajiban pada hartanya dan menggunakannya untuk kebaikan pada keluarga dan orang-orang di sekitarnya.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa berusaha dan berdoa agar dijadikan sebagai orang shalih dan diberikan harta yang bisa digunakan untuk kebaikan dan membantu mereka yang membutuhkan.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]


Saturday, April 26, 2025

MENGATASI MASALAH TANPA MASALAH

ONE DAY ONE HADITH

 

Dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :

لَا تَغْضَبْ

“Jangan marah.” [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Setiap orang pasti punya masalah dan setiap orang pasti berusaha untuk mengatasi masalahnya. Dalam mengatasi masalah, setiap punya caranya masing-masing. Banyak di antara mereka mengatasi masalah dengan cara yang dapat menimbulkan masalah lain. Cara seperti ini tidak menyelesaikan masalah, namun memindah masalah. Cara terbaik dalam mengatasi masalah adalah seperti slogan pegadaian yaitu "Mengatasi Masalah Tanpa Masalah".

 

Apapun masalahnya, selesaikan dengan kepala dingin. Islam membebaskan manusia untuk mencari solusi dari setiap permasalahannya namun demikian prinsipnya adalah jauhi marah karena marah itu berasal dari setan dan kita tahu setaan akan mengajak manusia kepada keburukan. Ja’far bin Muhammad berkata:

اَلْغَضَبُ مِفْتَاحُ كُلِّ شَرٍّ

“Marah adalah kunci segala keburukan”. [Ihya Ulumiddin]

 

Sebaliknya, dengan kepala dingin (sabar dan tidak marah) maka akan banyak ide-ide yang bisa menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapinya layaknya air jika tenang, dingin dan tidak mendidih maka ia dapat memantukan gambar yang dihadapannya. Ada orang meminta kepada Abdullah ibnul Mubarak untuk mengumpulkan akhlak-akhlak yang terpuji dalam satu kalimat saja. Beliau berkata:

اُتْرُكِ الْغَضَبَ

“Tinggalkan kemarahan”. [Ihya Ulumiddin]

 

Tidak hanya mendatangkan solusi dari setiap masalah, sabar dan tidak marah menjadi sebab seseorang mendapat derajat mulia di sisi Allah SWT. Dahulu ada seorang nabi, ia berkata kepada pengikutnya :

مَنْ يَتَكَفَّلُ لِي أَنْ لَا يَغْضَبَ فَيَكُوْنُ مَعِي فِي دَرَجَتِي وَيَكُوْنُ بَعْدِي خَلِيْفَتِي؟

“Siapakah yang bisa menjamin untukku untuk tidak marah maka ia akan bersamaku pada kedudukanku dan ia kelak akan menjadi penggantiku?”

Seorang pemuda berkata : “Aku”. Nabi itu mengulangi lagi perkataannya dan pemuda tadi berkata : “Aku akan menepati jaminan itu”. Dan benarlah tatkala nabi itu meninggal dunia maka pemuda tersebut menjadi nabi penggantinya. Pemuda itu bernama Dzul Kifli (yang berarti orang yang menjamin), dinamakan demikian karena ia menjamin (untuk tidak) marah dan iapun menepatinya. [Ihya Ulumiddin]

 

Berikut adalah beberapa contoh masalah yang diatasi dengan sabar dan tidak marah sehingga masalahnya selesai tanpa masalah. Suatu ketika Ali bin Husein Zainal Abidin, Cucu Nabi Muhammad SAW keluar dari masjid lalu ada seorang lelaki langsung memaki kepadanya. Orang-orang yang ada di sekelilingnya marah namun ali menahan mereka. Ali lantas menemui lelaki tersebut dan berkata : “Ketahuilah, kejelekanku yang tersembunyi dan tak kau ketahui itu lebih banyak (daripada yang kau ketahui). Apakah kau punya kebutuhan yang bisa aku bantu?” Mendengar hal ini maka lelaki tersebut merasa malu (karena orang yang caci maki tidak marah malah menawarkan bantuan kepadanya). Lalu Ali memberikan baju kepadanya ditambah dengan uang sebanyak 1000 dirham (setara Rp. 60 Juta). Dan setelah kejadian itu, lelaki tersebut berkata :

أَشْهَدُ أَنَّكَ مِنْ أَوْلَادِ الْمُرْسَلِيْنَ

“Aku bersaksi bahwa engkau adalah keturunan Nabi”. [Tarikh Dimasyq]

 

Polemik nasab keturunan Nabi yang akhir-akhir ini terjadi menjadi berkepanjangan dan tak kunjung selesai boleh jadi karena masing-masing pihak marah dan tidak bersabar. Maka ada baiknya kisah di atas dijadikan alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah nasab.

 

Dan dalam lain kesempatan, ada seorang lelaki yang memaki-maki Ali bin Husein namun Ali mengabaikannya dan pura-pura tidak menyadari ada makian yang ditujukan kepadanya. Lelaki itupun mendekati Ali lalu berkata : Makianku aku tujukan kepadamu. Ali menjawab :

وَعَنْكَ أُغْضِي

Aku bersabar darimu. (Aku mengerti itu namun aku diam dan tidak membalasmu). [Tarikh Dimasyq]

 

Menahan sabar bisa mengantarkan seseorang meraih predikat taqwa, dimana itu adalah predikat yang tertinggi dan prestisius di sisi Allah SWT. Diriwayatkan bahwa seorang budak wanita berdiri untuk menuangkan ceret air untuk wudlu Ali bin Husein. Tanpa sengaja ceret itu terjatuh mengenai wajah Ali dan melukainya. Ali mengangkat kepalanya dan memandang budak tersebut (untuk memarahinya). Sang budak berkata : Sesungguhnya Allah berfirman “wal Kadziminal Ghaidh” (Dan orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang menahan amarahnya). Ali berkata : Aku tahan amarahku.  Sang budak berkata lagi : Allah berfirman “wal Afina Anin Nas” (dan orang-orang yang memaafkan). Ali berkata : Sungguh Allah memaafkanmu. Sang budak berkata lagi : Allah berfirman “Wallahu Yuhibbul Muhsinin”. (Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan). Ali berkata :

اِذهَبِي فَأَنْتِ حُرَّةٌ

“Pergilah, Kau telah aku merdekakan”. [Syu’abul Iman]

 

Hadapi marah dengan sabar dan jangan hadapi marah dengan marah. Marah itu sifat yang jelek dan jika itu muncul dari orang lain sedangkan kita membalasnya dengan kemarahan berarti kita dan dia sama-sama jeleknya. Jangan biarkan kita menjadi jelek karena bertemu dengan orang yang jelek. Dikisahkan dari Abdullah Bin Thahir, ia berkata : Aku sedang bercengkrama empat mata bersama Khalifah Al-Ma’mun. Lalu Sang Khalifah memanggil : “Wahai budak! Wahai budak!” dengan suara keras. Datanglah budak berkebangsaan turki dan ia berkata : “Apakah seorang budak itu tidak boleh makan, minum, wudlu atau shalat? Kenapa setiap aku keluar dari sisimu, engkau berteriak “Wahai budak!” sampai beberapa kali. (Mendengar perkataan kasar budak itu) sang khalifah menundukkan kepalanya untuk beberapa saat dan aku berpikir bahwa sang khalifah akan memerintahku untuk memenggal kepala budak itu. Dan ternyata khalifah berkata : Wahai Abdullah, jika seorang majikan baik akhlaknya maka budaknya jelek akhlaknya, jika seorang majikan buruk akhlaknya maka budaknya baik akhlaknya

فَلَا نَسْتَطِيْعُ أَنْ نُسِيْءَ أَخْلَاقَنَا لِتَحسُنَ أَخْلَاقُ خَدَمِنَا!

dan aku tidak akan menjadikan akhlakku jelek karena untuk menjadikan budakku baik akhlaknya!. [Rabi’ul Abrar]

 

Marah itu berasal dari setan maka bencilah sentan yang menjadi penyebab dari kemarahan itu, bukan orangnya. Ada seorang salafus shalih memiliki kuda kesayangan. Suatu ketika ada seorang lelaki mendatangi Fudlail bin Bazawan dan berkata : Si fulan telah membicarakan kejelekanmu. Fudlail berkata :

لَأَغِيْظَنَّ مَن أَمَرَهُ يَغْفِرُ اللَّهُ لِي وَلَهُ

“Sungguh aku akan marah kepada yang menyuruhnya melakukan hal itu. Semoga Allah memberi ampunan kepadaku dan kepada si Fulan”.

Lelaki itu bertanya : Memang siapakah yang menyuruh si fulan berbuat demikian? Fudlail menjawab : Setan. [Al-Wara’ Lil Imam Ahmad]

 

Pada satu hari ia menenukan kuda itu berjalan dengan tiga kakinya (sementara satu kakinya patah). Ia bertanya kepada budaknya : Siapakah yang melakukan ini (menjadikan kaki kudah patah)? Budak menjawab : Aku (yang melakukannya). Ia bertanya :  kenapa kau lakukan itu? Budak menjawab : Aku ingin melihatmu susah. Ia berkata : Sungguh aku akan membuat susah kepada yang memerintahkan hal ini (yaitu setan).

اذهَب فأنتَ حُرٌّ، والفَرَسُ لك

Pergilah, engkau aku merdekakan dan kuda itu kuberikan padamu. [Tanbihul Ghafilin, As-Samarqandi]

 

Marah akan menimbulkan masalah lain sementara sabar akan membuat satu masalah reda. Suatu ketika terjadi tidak cocokan antara Hasan bin Hasan dan Ali bin Husein. Hasan datang lalu berbicara (keburukan) kepada Ali panjang lebar dengan tidak menyisakan satu apapun. Sementara Ali hanya diam saja sampai Hasan pulang. Pada malam harinya, Ali mendatangi rumah Hasan dan Ali berkata :

يَا بْنَ عَمِّي، إِنْ كُنْتَ صَادِقًا فَغَفَرَ اللهُ لِي، وَإِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَغَفَرَ اللهُ لَكَ، اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ

“Wahai anak pamanku, Jika Engkau benar maka semoga Allah mengampuniku, dan jika Engkau salah maka semoga Allah mengampunimu, Keselamatan semoga senantiasa untukmu”.

(melihat kesabaran Ali) maka Hasan memeluk Ali sambil menangis dan berkata : Aku pastikan tidak akan mengulangi perbuatan yang tak kau sukai. Ali berkata : “Dan engkau bebas berkata apapun tentangku karena aku telah menghalalkannya”. [Shifatus Shafwah]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa bersabar dan menjauhi marah sebagaimana pesan Nabi SAW pada hadits utama di atas. Ketika ada masalah maka atasi masalah dengan tanpa marah niscaya Allah akan menganugerahkan solusi terbaik sehingga kita bisa mengatasi masalah tanpa masalah.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Friday, April 18, 2025

TERLANJUR TAKDIR

ONE DAY ONE HADITH

 

Dari ‘Amr bin Al-Ash RA, Rasulullah SAW bersabda :

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

"Sesungguhnya Allah telah menciptakan takdir seluruh makhluk lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi." [HR Muslim].

 

Catatan Alvers

 

Pepatah Arab mengatakan “Al-Insanu Bit Tafkir Wallahu Bit Taqdir” (Manusia hanya bisa merencanakan namun Allahlah yang menetapkan takdir). Kerja adalah ikhtiyar atau usaha namun yang menentukan hasilnya adalah Allah SWT. Usaha bisa ditiru namun rizki adalah ketentuan Allah SWT. Jika rizki itu ditentukan oleh kerja keras..maka kuli bangunan akan menjadi orang terkaya. Jika rizki itu ditentukan oleh waktu kerja maka pemilik warung yang buka 24 jam yang akan menjadi orang terkaya. Jika rizki itu karena jabatan maka presiden menjadi orang terkaya di negaranya. Jika rizki itu ditentukan oleh pendidikan maka professor yang paling banyak titelnya akan menjadi orang terkaya. Ternyata kenyataannya tidaklah demikian. Itulah rahasia takdir Allah yang telah ditetapkan 50.000 tahun sebelum terciptanya Langi dan bumi sebagaimana hadits utama di atas.

 

Dahulu ada seseorang bertanya kepada Nabi SAW: Jelaskan kepada kami mengenai agama kita, seakan-akan kita ini tercipta (dengan takdir yang terdahulu). Lantas apakah perbuatan hari ini sesuai dengan sesuatu yang pena-pena telah kering dan menjalani takdir ataukah sesuai dengan sesuatu yang akan datang?" Nabi SAW menjawab :

لَا بَلْ فِيمَا جَفَّتْ بِهِ الْأَقْلَامُ وَجَرَتْ بِهِ الْمَقَادِيرُ

"Tidak, namun (amalan kita itu) sesuai dengan apa yang pena-pena telah kering dengannya dan takdir-takdir yang berlaku." Orang tersebut berkata, "Lantas untuk apa amalan itu?" Nabi SAW lalu bersabda,

اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ

"Berbuatlah kalian, karena segala hal akan dipermudah (kepada apa yang ditakdirkan untuknya)." [HR Muslim]

 

Dalam riwayat Bukhari, ketika Rasul SAW menjelaskan bahwa surga dan neraka telah ditentukan untuk setiap orang maka ada sahabat yang bertanya :

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نَتَّكِلُ عَلَى كِتَابِنَا وَنَدَعُ الْعَمَلَ

Wahai Rasulullah, Kalau demikian apakah kita pasrah saja dengan takdir dan tidak berusaha?

Maka Rasul SAW menjawab :

اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ

"Berbuatlah kalian, karena segala hal akan dipermudah kepada apa yang ditakdirkan untuknya." [HR Bukhari]

 

Dengan demikian, nama dan usaha tidak berdaya di hadapan takdir. Sama-sama bernama Musa, namun dua orang tersebut berbeda nasibnya. Penyair berkata :

إِذَا الْمَرْءُ لَمْ يُخْلَقْ سَعِيْداً مِنَ الْأَزَلْ :: فقَدْ خَابَ مَنْ رَبَّى وَخَابَ الْمُؤَمِّلُ

فَمُوسَى الَّذِي رَبَّاهُ جِبْرِيْلُ كاَفِرُ :: وَمُوْسَى الَّذِي رَبَّاهُ فِرْعَوْنُ مُرْسَلُ

“Jika seseorang tidak ditakdirkan pada zaman azali menjadi orang yang bahagia, maka merugilah orang yang mendidiknya dan rugi pula orang yang bercita-cita.”

“(Lihatlah), Musa (As-samiri) yang dipelihara Jibril tetapi menjadi orang kafir, sedangkan Musa (bin Imran) yang dipelihara Fira’un justru menjadi saeorang rasul.” [Hasyiah as-shawy]

 

Kedua lelaki bernama Musa tersebut sama-sama lahir di zaman fir'aun dan sama-sama “dibuang” oleh ibunya ketika bayi. Nabi Musa bayi ditinggalkan oleh ibunya dengan cara dihanyutkan ke sungai karena takut disembelih oleh Fir'aun. Sedangkan Musa yang kedua adalah Musa bin dhafr yang berasal dari kabilah bani isra’il yang bernama samirah, sehingga ia dikenal dengan nama Musa As-samiri. Ia adalah anak zina yang dibuang ibunya di sebuah galian (lubang) di sebuah gunung karena takut terhadap kemarahan kaumnya. Malaikat Jibril datang untuk mengasuh Musa As-samiri. Malaikat memberinya minum susu melalui jari-jarinya. Dari satu jari keluar susu, jari kedua keluar samin (minyak mentega) dan dari jari ketiga keluar madu. Namun beda dari keduanya adalah Musa pertama adalah Musa bin Imran yang ketika dewasa menjadi Rasul. Sedangkan Musa yang kedua adalah Musa As-Samiri yang ketika dewasa menjadi seorang munafiq dan kafir. [Hasyiah as-shawy]

 

Musa yang pertama kita sudah mengetahuinya. Adapun Musa yang kedua, yakni Musa As-samiri, dialah orang yang menyesatkan Bani Israil sehingga mereka menyembah patung sapi emas. Kisah itu bermula ketika Nabi Musa hendak pergi jauh, Ia berkata kepada Bani Israil bahwa ia akan bepergian selama 30 hari untuk mengambil Kitab Taurat dan setelah itu ia akan kembali. Dan ketika lewat 30 hari Nabi Musa tidak datang maka As-samiri berkata kepada Bani Israil :

إِنْمَا أَخْلَفَ مُوْسَى مِيْعَادَكُمْ لِمَا مَعَكُمْ مِنْ حُلِّيِ الْقَوْمِ وَهُوَ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ

Nabi Musa tidak memenuhi janjinya (untuk kembali setelah 30 hari) dikarenakan kalian (telah berbuat dosa yaitu) menyimpan perhiasan emas yang mana itu diharamkan atas kalian. [Tafsir Al-Baidlawy]

 

Perhiasan emas mereka itu dikatakan haram karena berasal dari harta yang dijarah di pinggir laut yang merupakan perhiasan emas yang dipakai oleh Fir’aun dan bala tentaranya yang tenggelam di laut. As-Samiri melanjutkan : “Maka menurutku (untuk menebus dosa tadi), kita harus membuat lubang dan menyalakan api lalu kita membuang perhiasan emas kita ke dalam lubang tersebut”. [Tafsir Al-Baidlawy]

 

Lalu orang-orang Bani Israil menuruti perintahnya. Allah SWT berfirman :

فَكَذَلِكَ أَلْقَى السَّامِرِيُّ (87) فَأَخْرَجَ لَهُمْ عِجْلًا جَسَدًا لَهُ خُوَارٌ فَقَالُوا هَذَا إِلَهُكُمْ وَإِلَهُ مُوسَى فَنَسِيَ (88)

Demikian pula As-Samiri melemparkan (perhiasan)nya. kemudian (dari lubang api itu) dia mengeluarkan patung dengan bentuk anak sapi yang mengeluarkan suara sapi, maka mereka berkata, “Inilah Tuhan kalian dan Tuhannya Musa, tetapi Musa lupa.” [QS Taha: 87-88]

 

Patung sapi yang terbuat dari perhiasan emas itu bisa hidup dan bersuara dikarenakan pengetahuan As-Samiri. “Ketika malaikat jibril mendatangi Nabi Musa untuk memberitahuan miqat (waktu untuk berpuasa sebelum menerima kitab Taurat) dengan menaiki kuda, maka As-samiri melihat setiap tanah yang diinjak oleh kuda Jibril menjadi hijau sehingga ia tahu bahwa tanah tersebut memiliki manfaat tertentu”. [Tafsir As-Shawy] Kuda yang dinaiki jibril disebut As-Samiri dengan istilah “Farasul Hayat” (Kuda kehidupan). as-Samiri mengetahui hal tersebut sejak dahulu yaitu ketika ia masih diasuh Jibril sewaktu kecil. Dengan ini maka ia menaruh debu pada bagian hidung dan mulut patung sapi lalu sapi langsung bersuara”. [Tafsir Al-Baidlawy] “Jumlah orang yang menyembah patung sapi adalah 608.000 orang dan yang tidak ikut menyembah sapi berjumlah 12.000. dan jumlah keseluruhan bani isra’il yang menyeberangi laut bersama Nabi Musa adalah 620.000 orang”. [Tafsir As-Shawy]

 

Syeikh Wahbah Zuhayli berkata : Dengan kejadian tersebut, Para ulama tauhid membuat perbandingan antara keselamatan dan celaka dimana itu semua terdapat pada ilmu Allah sejak zaman azali. Lihatlah Musa bin Imran yang dipelihara Fira’un justru menjadi saeorang rasul berkat ilham dari Allah Ta’ala sedangkan Musa As-samiri yang dipelihara Jibril menjadi orang kafir. Ini bukan berarti pendidikan dan bimbingan itu tidak ada pengaruhnya akan tetapi lingkungan berpengaruh besar dan pendidikan memiliki peran yang penting sebagaimana hadits “Setiap anak dilahirkan atas fitrah (hanya saja ayah ibunya menjadikannya Yahudi, nashrani atau majusi)” . dan (maqalah) “Jika tidak ada guru maka aku tidak kenal tuhanku” benarlah demikian,

وَلَكِنَّ الْإِرَادَةَ الْإِلَهِيَّةِ فَوْقَ كُلِّ شَيْءٍ

“Akan tetapi kehendak Allah di atas semua itu”,

Allah menguasai segala sesuatu. Allah mengatur makhluk-Nya dan ia memiliki hikmah yang mulia. Terkadang nafsu manusia condong kepada kejelekan, kerusakan dan penyimpangan meskipun ia mendapat pendidikan yang baik dan pengawasan dari pendidik sebagaimana kita saksikan terjadi pada anak-anak ulama, orang-orang shalih dan mulia.  [Tafsir Al-Munir]

 

Itulah kekuatan takdir. Setiap manusia ketika berada diperut ibunya pada usia 120 hari, Malaikat meniup ruh lalu mencatat takdirnya. Setelah menjelaskan demikian, lalu Rasul SAW bersabda:

فَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ

“Sesungguhnya ada seseorang beramal dengan amalan penduduk neraka sehingga jarak antara dia dengan neraka itu tinggal sehasta namun dia didahului oleh catatan takdirnya sehingga dia beramal dengan amalan ahli surga, maka diapun masuk ke surga”.

 

Dan sungguh, ada seseorang beramal dengan amalan penduduk surga hingga jarak antara dia dengan surga tinggal satu hasta namun dia didahului oleh catatan takdir, sehingga dia beramal dengan amalan ahli neraka maka dia masuk ke neraka.” [HR Bukhari]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa berusaha dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang baik sesuai dengan apa yang ditakdirkah oleh Allah SWT.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]