ONE DAY ONE HADITH
Dari ‘Amr bin Al-Ash RA, Rasulullah
SAW bersabda :
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ
الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ
سَنَةٍ
"Sesungguhnya Allah telah
menciptakan takdir seluruh makhluk lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan
langit dan bumi." [HR Muslim].
Catatan Alvers
Pepatah Arab mengatakan “Al-Insanu
Bit Tafkir Wallahu Bit Taqdir” (Manusia hanya bisa merencanakan namun Allahlah
yang menetapkan takdir). Kerja adalah ikhtiyar atau usaha namun yang menentukan
hasilnya adalah Allah SWT. Usaha bisa ditiru namun rizki adalah ketentuan Allah
SWT. Jika rizki itu ditentukan oleh kerja keras..maka kuli bangunan akan
menjadi orang terkaya. Jika rizki itu ditentukan oleh waktu kerja maka pemilik
warung yang buka 24 jam yang akan menjadi orang terkaya. Jika rizki itu karena
jabatan maka presiden menjadi orang terkaya di negaranya. Jika rizki itu
ditentukan oleh pendidikan maka professor yang paling banyak titelnya akan
menjadi orang terkaya. Ternyata kenyataannya tidaklah demikian. Itulah rahasia
takdir Allah yang telah ditetapkan 50.000 tahun sebelum terciptanya Langi dan bumi
sebagaimana hadits utama di atas.
Dahulu ada seseorang bertanya kepada
Nabi SAW: Jelaskan kepada kami mengenai agama kita, seakan-akan kita ini
tercipta (dengan takdir yang terdahulu). Lantas apakah perbuatan hari ini
sesuai dengan sesuatu yang pena-pena telah kering dan menjalani takdir ataukah
sesuai dengan sesuatu yang akan datang?" Nabi SAW menjawab :
لَا بَلْ فِيمَا جَفَّتْ بِهِ
الْأَقْلَامُ وَجَرَتْ بِهِ الْمَقَادِيرُ
"Tidak, namun (amalan kita itu)
sesuai dengan apa yang pena-pena telah kering dengannya dan takdir-takdir yang
berlaku." Orang tersebut berkata, "Lantas untuk apa amalan itu?"
Nabi SAW lalu bersabda,
اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ
"Berbuatlah kalian, karena
segala hal akan dipermudah (kepada apa yang ditakdirkan untuknya)." [HR
Muslim]
Dalam riwayat Bukhari, ketika
Rasul SAW menjelaskan bahwa surga dan neraka telah ditentukan untuk setiap
orang maka ada sahabat yang bertanya :
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نَتَّكِلُ عَلَى كِتَابِنَا
وَنَدَعُ الْعَمَلَ
Wahai Rasulullah, Kalau
demikian apakah kita pasrah saja dengan takdir dan tidak berusaha?
Maka Rasul SAW
menjawab :
اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ
"Berbuatlah
kalian, karena segala hal akan dipermudah kepada apa yang ditakdirkan untuknya."
[HR Bukhari]
Dengan demikian,
nama dan usaha tidak berdaya di hadapan takdir. Sama-sama
bernama Musa, namun dua orang tersebut berbeda nasibnya. Penyair berkata :
إِذَا الْمَرْءُ لَمْ يُخْلَقْ
سَعِيْداً مِنَ الْأَزَلْ :: فقَدْ خَابَ مَنْ رَبَّى وَخَابَ الْمُؤَمِّلُ
فَمُوسَى الَّذِي رَبَّاهُ جِبْرِيْلُ
كاَفِرُ :: وَمُوْسَى الَّذِي رَبَّاهُ فِرْعَوْنُ مُرْسَلُ
“Jika seseorang tidak ditakdirkan
pada zaman azali menjadi orang yang bahagia, maka merugilah orang yang
mendidiknya dan rugi pula orang yang bercita-cita.”
“(Lihatlah), Musa (As-samiri) yang dipelihara
Jibril tetapi menjadi orang kafir, sedangkan Musa (bin Imran) yang dipelihara
Fira’un justru menjadi saeorang rasul.” [Hasyiah as-shawy]
Kedua lelaki bernama Musa tersebut
sama-sama lahir di zaman fir'aun dan sama-sama “dibuang” oleh ibunya ketika
bayi. Nabi Musa bayi ditinggalkan oleh ibunya dengan cara dihanyutkan ke sungai
karena takut disembelih oleh Fir'aun. Sedangkan Musa yang kedua adalah Musa bin
dhafr yang berasal dari kabilah bani isra’il yang bernama samirah, sehingga ia
dikenal dengan nama Musa As-samiri. Ia adalah anak zina yang dibuang ibunya di
sebuah galian (lubang) di sebuah gunung karena takut terhadap kemarahan
kaumnya. Malaikat Jibril datang untuk mengasuh Musa As-samiri. Malaikat
memberinya minum susu melalui jari-jarinya. Dari satu jari keluar susu, jari
kedua keluar samin (minyak mentega) dan dari jari ketiga keluar madu. Namun
beda dari keduanya adalah Musa pertama adalah Musa bin Imran yang ketika dewasa
menjadi Rasul. Sedangkan Musa yang kedua adalah Musa As-Samiri yang ketika
dewasa menjadi seorang munafiq dan kafir. [Hasyiah as-shawy]
Musa yang pertama kita sudah
mengetahuinya. Adapun Musa yang kedua, yakni Musa As-samiri, dialah orang yang
menyesatkan Bani Israil sehingga mereka menyembah patung sapi emas. Kisah itu
bermula ketika Nabi Musa hendak pergi jauh, Ia berkata kepada Bani Israil bahwa
ia akan bepergian selama 30 hari untuk mengambil Kitab Taurat dan setelah itu
ia akan kembali. Dan ketika lewat 30 hari Nabi Musa tidak datang maka As-samiri
berkata kepada Bani Israil :
إِنْمَا أَخْلَفَ مُوْسَى
مِيْعَادَكُمْ لِمَا مَعَكُمْ مِنْ حُلِّيِ الْقَوْمِ وَهُوَ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ
Nabi Musa tidak memenuhi janjinya
(untuk kembali setelah 30 hari) dikarenakan kalian (telah berbuat dosa yaitu)
menyimpan perhiasan emas yang mana itu diharamkan atas kalian. [Tafsir
Al-Baidlawy]
Perhiasan emas mereka itu dikatakan haram
karena berasal dari harta yang dijarah di pinggir laut yang merupakan perhiasan
emas yang dipakai oleh Fir’aun dan bala tentaranya yang tenggelam di laut. As-Samiri
melanjutkan : “Maka menurutku (untuk menebus dosa tadi), kita harus membuat
lubang dan menyalakan api lalu kita membuang perhiasan emas kita ke dalam
lubang tersebut”. [Tafsir Al-Baidlawy]
Lalu orang-orang Bani Israil menuruti
perintahnya. Allah SWT berfirman :
فَكَذَلِكَ أَلْقَى السَّامِرِيُّ (87)
فَأَخْرَجَ لَهُمْ عِجْلًا جَسَدًا لَهُ خُوَارٌ فَقَالُوا هَذَا إِلَهُكُمْ
وَإِلَهُ مُوسَى فَنَسِيَ (88)
Demikian pula As-Samiri melemparkan
(perhiasan)nya. kemudian (dari lubang api itu) dia mengeluarkan patung dengan
bentuk anak sapi yang mengeluarkan suara sapi, maka mereka berkata, “Inilah
Tuhan kalian dan Tuhannya Musa, tetapi Musa lupa.” [QS Taha: 87-88]
Patung sapi yang terbuat dari
perhiasan emas itu bisa hidup dan bersuara dikarenakan pengetahuan As-Samiri. “Ketika
malaikat jibril mendatangi Nabi Musa untuk memberitahuan miqat (waktu untuk
berpuasa sebelum menerima kitab Taurat) dengan menaiki kuda, maka As-samiri
melihat setiap tanah yang diinjak oleh kuda Jibril menjadi hijau sehingga ia
tahu bahwa tanah tersebut memiliki manfaat tertentu”. [Tafsir As-Shawy] Kuda yang
dinaiki jibril disebut As-Samiri dengan istilah “Farasul Hayat” (Kuda
kehidupan). as-Samiri mengetahui hal tersebut sejak dahulu yaitu ketika ia masih
diasuh Jibril sewaktu kecil. Dengan ini maka ia menaruh debu pada bagian hidung
dan mulut patung sapi lalu sapi langsung bersuara”. [Tafsir Al-Baidlawy]
“Jumlah orang yang menyembah patung sapi adalah 608.000 orang dan yang tidak
ikut menyembah sapi berjumlah 12.000. dan jumlah keseluruhan bani isra’il yang
menyeberangi laut bersama Nabi Musa adalah 620.000 orang”. [Tafsir As-Shawy]
Syeikh Wahbah Zuhayli berkata :
Dengan kejadian tersebut, Para ulama tauhid membuat perbandingan antara
keselamatan dan celaka dimana itu semua terdapat pada ilmu Allah sejak zaman
azali. Lihatlah Musa bin Imran yang dipelihara Fira’un justru menjadi saeorang
rasul berkat ilham dari Allah Ta’ala sedangkan Musa As-samiri yang dipelihara
Jibril menjadi orang kafir. Ini bukan berarti pendidikan dan bimbingan itu
tidak ada pengaruhnya akan tetapi lingkungan berpengaruh besar dan pendidikan
memiliki peran yang penting sebagaimana hadits “Setiap anak dilahirkan atas
fitrah (hanya saja ayah ibunya menjadikannya Yahudi, nashrani atau majusi)” . dan
(maqalah) “Jika tidak ada guru maka aku tidak kenal tuhanku” benarlah demikian,
وَلَكِنَّ الْإِرَادَةَ الْإِلَهِيَّةِ
فَوْقَ كُلِّ شَيْءٍ
“Akan tetapi kehendak Allah di atas
semua itu”,
Allah menguasai segala sesuatu. Allah
mengatur makhluk-Nya dan ia memiliki hikmah yang mulia. Terkadang nafsu manusia
condong kepada kejelekan, kerusakan dan penyimpangan meskipun ia mendapat
pendidikan yang baik dan pengawasan dari pendidik sebagaimana kita saksikan
terjadi pada anak-anak ulama, orang-orang shalih dan mulia. [Tafsir Al-Munir]
Itulah kekuatan takdir. Setiap manusia
ketika berada diperut ibunya pada usia 120 hari, Malaikat meniup ruh lalu
mencatat takdirnya. Setelah menjelaskan demikian, lalu Rasul SAW bersabda:
فَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ
بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ
أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ
“Sesungguhnya ada seseorang beramal
dengan amalan penduduk neraka sehingga jarak antara dia dengan neraka itu
tinggal sehasta namun dia didahului oleh catatan takdirnya sehingga dia beramal
dengan amalan ahli surga, maka diapun masuk ke surga”.
Dan sungguh, ada seseorang beramal
dengan amalan penduduk surga hingga jarak antara dia dengan surga tinggal satu
hasta namun dia didahului oleh catatan takdir, sehingga dia beramal dengan
amalan ahli neraka maka dia masuk ke neraka.” [HR Bukhari]
Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa berusaha dengan sebaik-baiknya
untuk mencapai tujuan yang baik sesuai dengan apa yang ditakdirkah oleh Allah
SWT.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment