ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari
Abdullah Ibnu Amr RA, ia berkata :
رَأَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُلْزِقُ وَجْهَهُ وَصَدْرَهُ
بِالْمُلْتَزَمِ
Aku melihat
Rasulullah saw menempelkan wajahnya dan dadanya ke Multazam. [HR Baihaqi]
Catatan Alvers
Di kawasan area haji
dan umrah terdapat beberapa tempat mustajabah. Al-Hasan Al-Bashri berkata : sesunguhnya doa di sana itu mustajabah pada
15 “maudli’an” (tempat) yaitu : 1) (Area) thawaf, 2) Multazam, 3) Di bawah
mizab (Talang emas), 4) Di dalam baitullah, 5) Di dekat (sumur) Zam-zam, 6) Di
atas bukit shafa, 7) Di atas bukit marwa 8) Ketika sa’i, 9) Di belakang Maqam
Ibrahim, 10) Di Padang Arafah, 11) Di Muzdalifah, 12) Di Mina, 13) Jumrah
Ula,14) Jumrah Wusta, 15) Jumrah Aqabah. [Hasyiyah Al-Idlah]
Pertama, (tempat)
thawaf. Ibnu Hajar berpendapat bahwa tempat thawaf adalah semua area di dalam
masjid. Jika seandainya masjidil haram diperluas sehingga area thawaf menjadi
lebih luas maka tetap sah melakukan thawaf di area perluasan, hal ini karena masjidil
haram yang sekarang ini jauh lebih luas dari pada yang ada di zaman Rasul SAW. Adapun
dinding (proyek) yang mengelilingi ka’bah yang terkadang dipasang di sana maka
itu tidak mengganggu keabsahan tahwaf. Begitu pula diperbolehkan thawaf di
lantai 2 meskipun ada ulama yang mensyaratkan keberadaan lantai 2 tersebut
tidak boleh lebih tinggi dari bangunan ka’bah, namun hal ini ditentang oleh
imam Abul Qasim Ar-Rafi’i. Jika seseorang melakukan thawaf di luar masjid maka thawafnya
tidak sah menurut kesepakatan ulama. [Idlah]
Kedua, Multazam. Dimanakah
itu? Ibnu Abbas RA berkata :
هَذَا الْمُلْتَزَمُ
بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْبَابِ
Ini adalah
Multazam, terletak di antara rukun (pojok) Hajar Aswad dan pintu Ka’bah.
[Mushannaf Abdir Razzaq]
Mengapa disebut
demikian? Ibnu Hajar berkata :
سُمِّيَ بذلك لأَنَّ النَّاس يَلْتَزمُونَهُ عنْدَ الدُّعَاءِ
Dinamakan demikian
karena orang-orang melakukan “iltizam” (menempelkan badan) kepadanya ketika
berdoa. [Al-Idlah]
Multazam merupakan
tempat mustajabah untuk berdoa dan ditempat inilah kita disunnahkan untuk
menempelkan dada seraya berdoa sebagaimana dilakukan oleh Rasul SAW sesuai
keterangan Ibnu Amr pada hadits utama di atas. Ibnu Abbas berkata :
مَا بَيْنَ
الرُّكْنِ وَالْبَابِ يُدْعَى الْمُلْتَزَمَ لَا يَلْزَمُ مَا بَيْنَهُمَا أَحَدٌ
يَسْأَلُ اللهَ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ
Diantara hajar
aswad dan pintu kakbah dinamakan “multazam”. Tidaklah seseorang menempel pada
multazam seraya berdoa kepada Allah melainkan Allah akan mengabulkan doanya.
[HR Baihaqi]
Syu'aib berkata :
Aku melaksanakan thawaf bersama Abdullah bin Amr RA, ketika sampai dibelakang
Ka'bah aku berkata: apakah kamu tidak meminta perlindungan? Dia berkata; Kami
berlindung kepada Allah dari Neraka. kemudian dia pergi hingga mengusap hajar
aswad dan berdiri di antara rukun dan pintu Ka'bah lalu dia meletakkan
dadanya, wajahnya, lengan dan telapak tangannya dengan membentangkannya
demikian, kemudian Abdullah bin Amr RA berkata;
هَكَذَا رأَيْتُ
رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم يَفْعَلُهُ
beginilah aku
melihat Rasulullah SAW melakukannya. [HR Abu Daud]
Selanjutnya adalah
Maqam Ibrahim yaitu bangunan kecil yang memuat batu yang dulunya dibuat untuk
pijakan Nabi Ibrahim AS sewaktu membangun Ka’bah, ia terletak sekitar 20 hasta
di sebelah timur Ka’bah. Allah SWT memerintahkan agar di belakang tempat
tersebut dijadikan tempat melaksanakan shalat sunnah dua reka’at thawaf. [Tafsir
Jalalain] Allah SWT berfriman :
وَاتَّخِذُوْا
مِنْ مَّقَامِ اِبْرٰهمَ مُصَلًّى
“Jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim sebagai
tempat shalat. [QS. Al-Baqarah : 125]
Qadli Iyadl
meriwayatkan hadits :
مَنْ صَلَّى خَلْفَ الْمَقَامِ
رَكْعَتَيْنِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ وَحُشِرَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مِنَ الْآمِنِيْنَ
Barang siapa yang
shalat di belakang Maqam Ibrahim sebanyak dua rekaat maka diampunilah
dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang dan nanti di hari kiamat
dikumpulkan sebagai bagian dari orang-orang yang aman. [As-Syifa Fi Huquqil
Musthafa]
Mengenai sejarah
maqam ibrahim, Ibn Abbas berkata : Suatu ketika Ibrahim berkata : ”Wahai
Isma’il, sesungguhnya Allah menyuruhku dengan suatu perkara. Isma’il berkata :
“Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan tuhanmu”. Ibrahim berkata : “Maukah
kau membantuku?”. Isma’il menjawab ; “Aku akan membantumu”. Ibrahim berkata :
“Sesungguhnya Allah memerintahkanku membangun di sini suatu rumah (Bait)
-sembari memberi isyarah kepada suatu gundukan tanah yang tinggi melebihi
sekitarnya-. Ibn Abbas berkata : “Maka disanalah mereka berdua meninggikan pondasi
Baitullah. Kemudian mulailah Isma’il mendatangkan batu-batu sedang Ibrahim
membangunnya sehingga ketika bangunan mulai tinggi ia datang dengan batu ini
(Maqam Ibrahim) dan meletakkannya untuk Ibrahim, lalu Ibrahim pun berdiri di atasnya
dan membangun (Ka’bah), sedang Isma’il menyodorkannya batu-batu dan mereka
berdua berkata :
رَبَّنَا
تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Wahai Tuhan kami
terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [HR Bukhari]
Batu tersebut ternyata
bukan sembarang batu, ia adalah bebatuan surga. Rasul SAW bersabda :
إِنَّ الرُّكْنَ
وَالْمَقَامَ يَاقُوتَتَانِ مِنْ يَاقُوتِ الْجَنَّةِ طَمَسَ اللَّهُ نُورَهُمَا
وَلَوْ لَمْ يَطْمِسْ نُورَهُمَا لَأَضَاءَتَا مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ
Sesungguhnya Rukun
dan Maqam (Ibrahim) adalah dua batu yakut dari yakut surga. Allah menghilangkan
cahaya keduanya. Seandainya Allah tidak menghilangkan cahayanya, pasti sinarnya
dapat menerangi antara timur dan barat. [HR Tirmidzi]
Wallahu A’lam.
Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk mempelajari
tempat-tempat bersejarah terlebih yang menjadi tempat doa mustajabah, sehingga
satu ketika kita berada di sana kita semakin mantab dalam berdoa.
0 komentar:
Post a Comment