إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Monday, June 26, 2023

HARI ARAFAH BERBEDA?

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasul SAW bersabda :

صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلَاثِينَ

Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berhentilah puasa (berhari raya) karena melihat hilal dan jika terhalang mendung maka sempurnakanlah hitungan bulan 30 hari. [HR An-Nasa’i]

 

Catatan Alvers

 

Terjadi kebingungan berjamaah, kesimpang siuran massal. Ya, banyak orang bertanya-tanya, mengapa tanggal 9 Dzulhijjah atau hari Arafah di Indonesia berlainan hari dengan wukufnya jamaah haji di padang Arafah, Mekkah? Mengapa pula Hilal permulaan dzulhijjah 2023 ini di Indonesia lebih akhir dari saudi padahal waktu sholat di Indonesia lebih awal?

 

Persoalan pertama. mengapa kita di Indonesia tidak ikut saudi dalam penetapan awal bulan dzulhijjah? Jawabnya karena ada hadits yang populer dikenal dengan hadits kuraib. Beragama itu pakai dogma (wahyu), bukan pakai logika ansich. Hadits kuraib yang dimaksud adalah hadits yang diriwayatkan oleh Kuraib dengan nama lengkap yaitu Abu Rusydain, Kuraib bin Abi Muslim Al-Hasyimiy, maula Ibnu 'Abbas, Seorang tabi'in yang lahir di madinah dan wafat pada tahun 98 H. Hadits kuraib ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Shahih Muslim tepatnya pada bab :

بَاب بَيَانِ أَنَّ لِكُلِّ بَلَدٍ رُؤْيَتَهُمْ وَأَنَّهُمْ إِذَا رَأَوْا الْهِلَالَ بِبَلَدٍ لَا يَثْبُتُ حُكْمُهُ لِمَا بَعُدَ عَنْهُمْ

Bab menerangkan bahwasannya setiap negara memiliki rukyah sendiri-sendiri dan jika penduduk di satu negeri telah melihat hilal maka hukum rukyatnya tidak dapat ditetapkan untuk penduduk (negeri lain) yang jauh.

 

Dari judul yang ditulis oleh Imam Muslim ini saja, permasalahan tersebut sudah jelas jawabannya. Imam Muslim mengemukakan bahwa setiap negara itu memiliki rukyat yang bisa jadi berbeda dengan negara lain yang jauh sehingga tidak harus satu tanggal itu bersamaan seluruh dunia sebagaimana terjadi perbedaan dalam penetapan hari arafah dan idul adha tanun ini.

 

Berikut ini adalah haditsnya. “Diriwayatkan dari Kuraib : Sesungguhnya Ummu Fadl binti Al-Harits telah mengutusnya menemui Mu’awiyah di Syam. Kuraib berkata: Lalu aku datang ke Syam, terus aku selesaikan semua keperluannya. Dan tampaklah olehku (bulan) Ramadlan, sedang aku masih di Syam, dan aku melihat hilal (Ramadlan) pada malam Jum’at. Kemudian aku datang kembali ke Madinah pada akhir bulan (Ramadlan), lalu Abdullah ibnu Abbas bertanya kepadaku (tentang beberapa hal), kemudian ia menyebutkan tentang hilal, lalu ia (ibnu Abbas) bertanya ; “Kapan kamu melihat hilal (Ramadlan) ? Jawabku : “Kami melihatnya pada malam Jum’at”. Ia (ibnu Abbas) bertanya lagi : “Engkau melihatnya (sendiri) ?” Jawabku : “Ya ! Dan orang banyak juga melihatnya, lalu mereka puasa dan Mu’awiyah (gubernur syiria mulai tahun 693 M di masa khalifah Umar bin Khattab) juga berpuasa”. Ia (ibnu Abbas) berkata : “Tetapi kami melihatnya pada malam Sabtu, maka kami akan terus berpuasa sampai sempurna tiga puluh hari atau sampai kami melihat hilal (bulan Syawwal) “. Aku (Kuraib) bertanya :

أَلَا تَكْتَفِي بِرُؤْيَةِ مُعَاوِيَةَ وَصِيَامِهِ

“Apakah tidak cukup engkau berpedoman dengan mengikuti ru’yatul hilalnya Mu’awiyah (negeri syam) dan puasanya?

(ibnu Abbas) menjawab :

لَا، هَكَذَا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Tidak (Kami di madinah tidak mengikuti rukyatnya penduduk Syam) ! Begitulah Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami”. [HR Muslim]

 

Keterangan Ibnu Abbas menegaskan bahwa rukyat negeri syam ( saat ini mejadi beberapa negara meliputi Palestina, Yordania, Lebanon dan Suriah), itu tidak otomatis berlaku di madinah yang berjarak kurang lebih 1,200 KM dari negeri syam (suriah). Jika demikian maka rukyatul hilalnya madinah atau mekkah tidak otomatis berlaku di negeri kita Indonesia yang jaraknya lebih jauh dari syam, yaitu nya sekitar 12.000 KM (Via Darat Goggle Map) yakni 10 Kali lipatnya jarak madinah ke Syam.

 

Jadi perbedaan hari arafah dan idul adha antara Indonesia dan saudi itu bukanlah sesuatu yang patut dipermasalahkan. Mungkin kita berpikir bahwa orang islam itu hidup di zaman ini dimana dengan medsos dan internet sehingga kita dengan mudah mengetahui kapan hari arafah di mekkah. Namun coba bayangkan kalau kita hidup 1000 tahun sebelumnya, dimana belum ada teknologi komunikasi seperti sekarang, bagaimana bisa kita mengetahui dengan cepat bahwa hari ini adalah hari arafah jika harus disamakan dengan hari wukufnya jamaah haji? Boleh jadi hari arafah sudah lewat sebulan baru informasi itu sampai kepada kita di Indonesia. Lantas, kapan puasanya kalo begitu?

 

Hal yang sama juga ditegaskan oleh ulama saudi terkemuka dari kalangan wahaby yaitu Syeikh M Shalih Al-Utsaymin. Ulama yang wafat di jeddah pada tahun 2001 yang dikenal sebagai ahli dalam Fiqh juga sains, Murid dari Ulama wahabi ternama yaitu Syeikh Abdurrahman As Sa’di dan Syeikh Abdul Aziz bin Baz. Syeikh Utsaymin berkata “maka dari itu berpuasalah kalian dan berhari rayalah sesuai dengan penduduk negeri dimana kalian berada saat itu, baik itu bersamaan dengan negeri asal kalian ataukah berbeda”.  Dan beliau melanjutkan :  

وَكَذَلِكَ يَوْمُ عَرَفَةَ اِتَّبِعُوا الْبَلَدَ الَّذِي أَنْتُمْ فِيْهِ

“Begitu pula penetapan hari Arafah, Ikutilah negeri dimana kalian berada saat itu”. [Majmu Fatawa Wa Rasail Al-Utsaymin]

 

Itu artinya kalau seseorang sedang berada di Indonesia maka ikutilah hasil rukyat di Indonesia untuk berpuasa hari Arafah, meskipun ia bukan orang asli kelahiran indonesia. Jadi penetapan hari Arafah bukan dengan mengikuti penetapan hilal negera Saudi Arabia.

 

Pertanyaan kedua, mengapa pula Hilal permulaan dzulhijjah di Indonesia lebih akhir dari saudi padahal waktu sholat di Indonesia lebih awal dari saudi sekitar 4 jam? Alvers. Hal ini dikarenakan bahwa acuan waktu sholat itu berbeda dengan acuan penetapan tanggal. Sholat itu ditetapkan waktu-waktunya berdasarkan kepada posisi matahari, misalnya ketika matahari telah bergeser dari tengah langit menuju ke arah tenggelamnya (barat) menandakan masuk waktu zhuhur. Ketika matahari telah tenggelam menandakan masuk waktu maghrib, terbitnya matahari menandakan habisnya waktu sholat subuh. Sementara penetapan tanggal itu berdasarkan kepada posisi bulan. Bulan sabit atau dikenal pula dengan hilal yang terlihat itu menandakan awal bulan atau tanggal 1 dari setiap bulannya sebagaimana hadits utama di atas. Dan kita tahu bahwa matahari dan bulan memiliki karakteristik yang berbeda. 

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk beribadah dengan berpedoman ilmu para Ulama yang bersumber dari ajaran Nabi SAW dan tidak menjadikan perbedaan pendapat sebagai adzab akan tetapi sebagai rahmat.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

 

 

 

Friday, June 16, 2023

GOOD LOOKING

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abi Ishaq, Ia berkata :

سُئِلَ الْبَرَاءُ أَكَانَ وَجْهُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ السَّيْفِ قَالَ لَا بَلْ مِثْلَ الْقَمَرِ

Al-Barra’ pernah ditanya : Apakah wajah Nabi SAW seperti pedang? Ia menjawab : tidak, akan tetapi wajah beliau seperti rembulan. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Good looking yang artinya enak dilihat, biasanya lebih mengarah pada penampilan fisik seseorang, baik itu tampan atau cantik. good looking tidak hanya sebagai syarat lowongan pekerjaan namun sekarang juga menjadi syarat pendaftaran menjadi mahasiswa Universitas Brawijaya, tepatnya pada Program Studi Diploma III Keuangan Perbankan dengan Bidang Minat Perbankan. Syarat lainnya adalah Tinggi badan minimal 160 cm - 165 cm dengan berat badan proporsional. [kompas com]

 

Good looking merupakan satu anugerah Allah yang harus disyukuri. Nabi SAW sendiri memiliki wajah rupawan laksana rembulan, sebagaimana pernyatan Al-Barra’ di atas. Ketika melihat wajah tampannya dalam cermin, beliau bersyukur sambil mengucap :

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي سَوَّى خَلْقِي فَعَدَلَهُ، وَكَرَّمَ صُورَةَ وَجْهِي فَحَسَّنَهَا، وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Segala puji bagi Allah yang telah menyempurnakan dan memperbaiki penciptaan fisikku, Memuliakan rupa wajahku, maka Dia membaguskannya dan menjadikan aku termasuk orang-orang Islam." [HR Al-Baihaqi].

 

Dahulu Good looking merupakan takdir Allah yang tak bisa dirubah, namun sekarang Good looking bisa diupayakan sehingga orang berlomba-lomba menggunakan skin care, perawatan dokter bahkan banyak yang melakukan operasi plastik supaya bisa tampil cantik dan tampan. Sebagai kelebihan, good looking menjadi pertimbangan banyak orang untuk menikahi wanita sejak dahulu sehingga Nabi SAW bersabda :

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا

Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. [HR Bukhari]

 

Bahkan memandang wajah yang rupawan bisa menghilangkan kesusahan (asal bukan maksiat). Penyair berkata (dalam bahar rajaz) :

ثَلَاثَةٌ تَجْلُو عَنِ الْقَلْبِ الْحَزَنْ  :: اَلْمَاءُ وَالْخُضْرَةُ وَالْوَجْهُ الْحَسَنْ

Ada tiga perkara yang bisa menghilangkan kesusahan hati, yaitu (melihat) air (yang mengalir), (melihat) pemandangan yang hijau dan (melihat) wajah yang rupawan. [Ghida’ul Albab]

 

Berbicara soal good looking (khususnya ketampanan) maka semua orang akan merujuk kepada Nabi Yusuf AS, sosok manusia yang paling tampan dalam sejarah hingga membuat para wanita terkesima sampai-sampai mereka mengira bahwa Nabi Yusuf adalah seorang malaikat karena saking tampannya. Dalam Al-Qur’an disebutkan :

فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ

“Tatkala wanita-wanita itu melihat yusuf, mereka kagum dengan ketampanannya, dan mereka mengiris-ngiris jari tangannya sambil berkata: “Maha sempurna Allah, ini (Yusuf) bukanlah manusia, sesungguhnya ini tidak lain adalah malaikat yang mulia. ” [QS. Yusuf: 31].

 

Ketampanan Nabi Yusuf pernah disaksikan oleh Nabi muhammad SAW ketika bertemu dengannya saat mi’raj. Beliau memberikan testimoni :

فَإِذَا أَنَا بِيُوسُفَ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا هُوَ قَدْ أُعْطِىَ شَطْرَ الْحُسْنِ

“Di sana Aku bertemu Yusuf AS, ternyata beliau diberi setengah dari ketampanan (semua manusia).” [HR. Muslim]

 

Ketampanan dapat menarik perhatian dari banyak orang bahkan menjadikan seseorang disenangi dan dicintai sehingga akan mendatangkan hal-hal positif seperti diterima kerja, diterima kuliah bahkan dinikahi oleh orang yang dikehendaki. Namun demikian, ternyata terkadang good looking terkadang mendatangkan risiko dan bahaya. Hal ini sebagaimana ketika dua orang pemuda di penjara menyatakan bahwa mereka sangat senang dan cinta (Hubban Syadida) kepada Nabi Yusuf, maka Nabi Yusuf berkata :

إِنَّهُ مَا أَحَبَّنِي أَحَدٌ إِلَّا دَخَلَ عَلَيَّ مِنْ مَحَبَّتِهِ ضَرَرٌ، أَحَبَّتْنِي عَمَّتِي فَدَخَلَ عَلَيَّ الضَّرَرُ بِسَبَبِهَا، وَأَحَبَّنِي أَبِي فَأُوْذِيْتُ بِسَبَبِهِ، وَأَحَبَّتْنِي اِمْرَأَةُ الْعَزِيْزِ فَكَذَلِكَ،

Tidaklah seseorang senang dan mencintaiku kecuali hal itu akan mendatangkan bahaya bagiku. Dulu aku disukai oleh bibiku, lalu aku tertimpa bahaya karenanya (dengan dituduh mencuri). Aku dicintai oleh ayahku, lalu aku disiksa (saudara-saudaraku) karenanya. Dan aku dicintai oleh istri Al-Aziz (seorang mentri Mesir) lalu seperti itu pula (Aku dipenjara). [Tafsir Ibnu Katsir]

 

Good looking, ketampanan dan kecantikan bisa menarik lawan jenis dan dari sinilah bisa jadi awal perselingkuhan dimulai. Maka dari itu Nabi SAW mengajarkan penangkalnya. Rasul SAW bersabda :

إِذَا أَعْجَبَتْ أَحَدَكُمْ الْمَرْأَةُ فَلْيَعْمِدْ إِلَى امْرَأَتِهِ فَلْيُوَاقِعْهَا فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مِنْ نَفْسِهِ

“Ketika ada wanita membuat salah seorang dari kalian terpesona, maka hendaklah ia segera mendatangi istrinya, lalu segera menjimaknya, sebab hal itu dapat menolak gejolak nafsunya.” [HR Ahmad].

Namun terkadang perselingkuhan bukan karena faktor good looking. Lantas karena apa?. Simak kisah hikmah berikut. Ada seorang pria berkata kepada seorang syeikh : “Ketika aku mengagumi calon istriku seolah-olah dalam pandanganku Allah tidak menciptakan perempuan yang lebih cantik daripadanya di dunia ini. Namun ketika aku sudah meminangnya, aku melihat banyak perempuan secantik dia. Dan ketika aku sudah menikahinya, aku lihat banyak perempuan yang jauh lebih cantik daripada dirinya. Bahkan ketika sudah berlalu beberapa tahun pernikahan, aku melihat semua perempuan lebih cantik daripada istriku.” Syekh berkata: “Apakah kamu mau aku beritahu yang lebih dahsyat daripada itu dan lebih pahit?.

 

Pria itu menjawab “Iya, mau”. Syekh berkata:

وَلَوْ أَنَّكَ تَزَوَّجْتَ كُلَّ نِسَاءِ الْعَالَمِيْنَ لَرَأَيْتَ الْكِلَابَ الضَّالَّةَ فِي الشَّوَارِعِ أَجْمَلَ مِنْ كُلِّ نِسَاءِ الْعَالَمِيْنَ

“Sekalipun kamu menikahi seluruh perempuan yang ada di dunia ini pasti anjing yang berkeliaran di jalanan itu lebih cantik dalam pandanganmu daripada mereka semua”.

 

Kenapa? Karena masalahnya terletak bukan pada istrimu. Tapi masalahnya adalah bila manusia diberi hati yang tamak, pandangan yang menyeleweng, dan tidak punya rasa malu kepada Allah, tidak akan ada yang bisa memenuhi pandangan matanya kecuali tanah kuburannya. Sekarang, apakah kamu menginginkan sesuatu yang akan mengembalikan istrimu menjadi wanita tercantik di dunia seperti pertama kali kamu mengenalnya?”

 

Pria itu menjawab “Iya, mau”. Syekh berkata:

اُغْضُضْ بَصَرَكَ

 “Tundukan pandanganmu.” [hayatty2day com]

 

Jadi sebenarnya good looking haruslah diimbangi dengan akhlakul karimah. Itulah mengapa Nabi SAW lebih menitik beratkan kepada kebaikan akhlak sehingga dalam lanjutan hadits mengenai 4 faktor wanita dinikahi, beliau bersabda :

فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

Maka pilihlah karena agamanya niscaya engkau beruntung. [HR Bukhari]

 

Begitu pula dalam doa ketika bercermin sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh sayyidina Ali KW, bahwasannya Nabi SAW ketika beliau bercermin maka beliau berdoa :

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اللَّهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي

Segala puji bagi Allah. Ya Allah, sebagaimana Engkau baguskan fisikku, maka baguskanlah akhlakku." [Al-Adzkar lin Nawawi]

 

Dan di era sekarang orang berkata : “good looking akan kalah dengan good rekening”. Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk lebih menitikbertakan akhlakul karimah daripada good looking dan good rekening jika tanpa disertai akhlakul karimah. Semoga kita dianugerahi oleh Allah Good everything.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Thursday, May 11, 2023

KEBAIKAN MENGHAPUS KEJELEKAN

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Dzarr RA, Nabi SAW bersabda :

اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقْ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

”Takutlah kepada Allah di manapun engkau berada. Iringilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menghapuskan kejelekan. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” [HR Tirmidzi]

 

Catatan Alvers

 

Tak ada manusia yang terlepas dari kesalahan dan dosa tak terkecuali sahabat nabi. Seorang sahabat bernama Abul Yasar menceritakan kisahnya : “Suatu ketika ada seorang perempuan yang suaminya sedang diutus oleh Nabi SAW dalam suatu peperangan. Wanita itu berkata kepadanya: “Juallah kurmamu kepadaku dengan satu dirham”. Aku terpesona dengannya. Aku berkata : Di rumah ada kurma yang lebih bagus dari ini, ikutilah aku. Maka wanita itu masuk ke rumahku kemudian akupun senang kepadanya dan aku menciumnya. (Karena merasa bersalah) Aku datang kepada Abu Bakar untuk menceritakan kejadian itu. Abu bakar berkata :

اسْتُرْ عَلَى نَفْسِكَ وَتُبْ وَلَا تُخْبِرْ أَحَدًا

“Tutuplah aibmu dan bertaubatlah. Jangan kau ceritakan hal ini kepada siapapun”.

Aku tidak bersabar untuk mendatangai Umar dan meminta pendapatnya. Umar berkata )seperti perkataan Abu Bakar( “Tutuplah aibmu dan bertaubatlah. Jangan kau ceritakan hal ini kepada siapapun".  Aku tidak bersabar untuk mendatangi Rasul SAW dan menceritakan hal ini. Rasul SAW bersabda :

أَخُنْتَ رَجُلاً غاَزِياً فِي سَبِيْلِ اللهِ فِي أَهْلِهِ بِمِثْلِ هَذَا

Apakah kau mengkhianati orang yang berperang di jalan Allah dengan melakukan hal yang tidak senonoh kepada istrinya?

 

Abul Yasarpun menyesal hingga ia berandai-andai baru masuk islam saat itu dan iapun mengira bahwa dirinya akan masuk neraka. Rasul SAW menunduk lama hingga turun Surat Hud ayat 112 sampai ayat berikut :

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ

Dan dirikanlah sholat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu bisa menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang menerima peringatan. [QS Hud : 114]

 

Rasul SAW membacakan ayat tersebut. Dan para sahabat bertanya : Apakah hal ini (kebaikan dapat menghapus kejelekan) berlaku secara khusus (untuk Abul Yasar) ataukah berlaku umum untuk semua orang? Rasul SAW menjawab : hal ini berlaku umum untuk semua orang. [HR Tirmidzi]   Hadits yang semisal ini juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan redaksi yang ringkas.

 

Dosa merupakan aib yang hendaknya tidak diceritakan kepada orang lain sebagaimana perkataan Abu bakar dan Umar pada kisah tadi. Rasulullah SAW bersabda :

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ

‘Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali orang-orang yang berbuat dosa dengan terang-terangan”.

Dan yang termasuk terang-terangan dalam berbuat dosa adalah seseorang berbuat (dosa) pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut. Dia berkata, ‘Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu. Sebenarnya pada malam hari Rabb-nya telah menutupi perbuatan jeleknya itu, tetapi pada pagi harinya dia sendiri menyingkap perbuatannya yang telah ditutupi oleh Allah tersebut.”  [HR Bukhari]

 

Selanjutnya hendaklah setiap orang yang melakukan dosa, ia melakukan kebaikan setelahnya karena perbuatan baik itu bisa menghapuskan (dosa kecil) dari perbuatan yang buruk. Kebaikan-kebaikan yang dilakukan seperti shalat dll akan menjadi pelebur dosa sebagaimana

Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabat : "Seandainya ada sungai di depan pintu rumah salah seorang kalian sehingga ia bisa mandi 5 kali dalam sehari, menurutmu apakah masih akan ada kotoran yang tersisa pada orang tersebut?” Para sahabat menjawab, 'Tidak akan ada kotoran yang tersisa sedikitpun.” Lalu Nabi bersabda :

فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا

“Itulah perumpamaan shalat 5 waktu, Allah akan menghapus dosa-dosa dengan shalat 5 waktu tersebut." [HR Bukhari]

 

Perbuatan baik itu bisa menghapuskan dosa kejelekan sebagaimana disebutkan dalam surat Hud Ayat 114 dan tegaskan lagi dalam hadits utama diatas. Namun yang perlu dicermati bahwa hal itu berlaku untuk dosa kecil saja mengingat dalam hadits lain berbunyi :

الصَّلَوَاتُ الخَمْسُ ، وَالجُمُعَةُ إِلَى الجُمُعَةِ ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ ، مُكَفِّراتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الكَبَائِرُ

"Shalat 5 waktu, dari Jum’at ke Jum’at berikutnya, dan dari Ramadlan ke Ramadlan berikutnya merupakan penghapus dosa-dosa yang dilakukan di antara keduanya jika dosa-dosa besar dijauhi." [HR Muslim].

 

Apakah dosa besar itu? Ibnu Abbas RA berkata :

اَلْكَبَائِرُ كُلُّ ذَنْبٍ خَتَمَهُ اللهُ بِنَارٍ أَوْ غَضَبٍ أَوْ عَذَابٍ

Dosa-dosa besar adalah setiap dosa yang (pelakunya) diancam oleh Allah dengan neraka, murka atau siksa. [Al-Hidayah ila bulughin Nihayah]

Seperti syirik yang merupakan “Akbarul kaba’ir” (dosa terbesar di antara dosa-dosa besar), membunuh, makan riba, zina, durhaka kepada orang tua, sumpah palsu, menuduh zina kepada wanita baik-baik, persaksian palsu, lari dari medan perang, makan harta anak yatim, terus-terusan minum khamr dan semisalnya. Terkadang dosa itu kecil namun karena dilakukan terus menerus maka dosa tersebut menjadi besar, tanpa diiringi taubat dan berhenti dari melakukannya. [Al-Hidayah ila bulughin Nihayah] Ada seseorang bertanya : apakah benar dosa besar itu ada tujuh? Ibnu Abbas RA menjawab : Dosa besar itu hampir ada 700 (dalam riwayat lain 70) karena (dalam kaidah disebutkan) :

لَا صَغِيرَةَ مَعَ الْإِصْرَارِ وَلَا كَبِيرَةَ مَعَ الِاسْتِغْفَارِ

Tidak ada dosa kecil jika disertai melakukannya terus menurus, dan tidak ada dosa besar jika disertai dengan istighfar. [Tafsir Al-Kassyaf]

 

Namun demikian, bukan berarti kita boleh menganggap remeh dosa kecil. Para Ulama berkata : Melakukan dosa besar itu lebih ringan (resikonya) daripada meremehkan dosa kecil karena orang yang melakukan dosa besar itu kemungkinan akan segera kembali kepada Allah dan segera bertaubat. Adapun orang yang meremehkan dosa kecil maka jarang sekali ia akan berhenti dari perbuatan dosanya karena ia menganggapnya hal itu kecil dan bukan apa-apa. [Al-Madkhal ila tanmiyatil A’mal]

 

Maka sebenarnya satu dosa dinilai besar atau kecil itu dilihat dari dari perbuatan dan sanksinya namun jika dilihat bahwa setiap dosa itu berarti pelanggaran kepada Allah yang maha besar maka tidak ada dosa yang kecil. Bilal bin Sa’ad, Seorang Tabi’in berkata :

لَا تَنْظُرْ إِلَى صِغَرِ الْخَطِيئَةِ، وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى مَنْ عَصَيْتَ

“Janganlah melihat kepada kecilnya maksiat, tapi lihatlah kepada siapa engkau bermaksiat. [Syu’abul Iman]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menjauhi dosa-dosa besar dan tidak meremehkan dosa-dosa kecil serta bersemangat untuk melakukan kebaikan secara istiqamah sehingga diri kita bersih dari noda-noda dosa dihadapan Allah SWT.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Monday, May 8, 2023

MASALAH RUMAH TANGGA

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Ummu Salamah RA, Nabi SAW bersabda :

لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ

“Janganlah seorang mukmin (Suami) benci kepada seorang wanita mukminah (istrinya), jika ia membenci satu sikap (akhlak) istrinya maka ia akan ridla dengan sikapnya (akhlaknya) yang lain” [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Rumah tangga yang bahagia merupakan idaman setiap orang yang berumah tangga, baik suami maupun istri. Namun dalam prakteknya tidak ada satu Rumah tangga melainkan pasti ada permasalahan di dalamnya. Suami istri yang hidup berumah tangga itu layaknya bahtera yang sedang mengarungi samudera dan sebagaimana kita ketahui bahtera itu pastilah satu ketika diterjang ombak, kecil ataupun besar.

 

Memang sebuah bahtera lebih aman berada di atas daratan namun tidaklah untuk itu ia diciptakan. Bahtera diciptakan untuk mengarungi lautan dan siap menghadapi ombak, kecil maupun besar. Maka Rumah tangga yang samara (sakinah mawaddah warahmah) bukanlah rumah tangga yang nihil masalah. Namun Rumah tangga yang samara itu ketika diterpa masalah maka setiap mereka bisa mencari solusi terbaik sehingga masalahnya bisa teratasi dengan baik.

 

Masalah juga pernah menimpa keluarga Nabi SAW dan Aisyah. Dalam hadits shahih diriwayatkan dari Anas RA, ia berkata; Suatu ketika Nabi SAW berada di rumah isterinya (Dalam riwayat An-nasa’i disebutkan Rumah Aisyah). Lalu salah seorang “Ummahatul Mukminin” (Julukan untuk para istri Nabi. Dalam riwayat An-nasa’i disebutkan bahwa yang dimaksud adalah Ummu salamah) mengirimkan hidangan berisi makanan. Maka isteri Nabi (Aisyah) yang beliau saat itu sedang berada dirumahnya memukul piring yang berisi makanan (dalam riwayat An-nasa’i disebutkan menggunakan batu), maka beliau pun segera mengumpulkan makanan yang tercecer ke dalam piring, lalu beliau bersabda:

غَارَتْ أُمُّكُمْ

"Ibu kalian rupanya sedang cemburu."

Kemudian beliau menahan sang Khadim (pembantu) hingga didatangkan piring yang berasal dari rumah isteri (Aisyah) yang beliau pergunakan untuk bermukim. Lalu beliau menyerahkan piring yang bagus kepada isteri yang piringnya pecah (Ummu Salamah), dan menahan piring yang pecah di rumah isteri yang telah memecahkannya(Aisyah). [HR Bukhari]

 

Dalam riwayat lain, Nabi SAW bersabda :

طَعَامٌ بِطَعَامٍ وَإِنَاءٌ بِإِنَاءٍ

Makanan harus diganti dengan makanan dan bejana (piring) diganti dengan bejana). [HR Tirmidzi]

 

Rasulullah SAW pernah berkata kepadaku (Aisyah), "Sungguh aku mengetahui bila engkau sedang ridla kepadaku dan ketika engkau marah kepadaku." Aisyah lalu bertanya, "Dari mana engkau mengetahui hal itu?" Maka beliau menjawab, "Jika engkau sedang ridla kepadaku maka engkau berkata, 'Tidak, demi Rabb Muhammad!' Namun bila engkau sedang marah kepadaku, maka engkau akan berkata, 'Tidak, demi Rabb Ibrahim!'" Aku (Aisyah) berkata,

أَجَلْ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَهْجُرُ إِلَّا اسْمَكَ

"Benar, demi Allah, wahai Rasulullah! Aku tidak meninggalkan kecuali namamu. [HR Bukhari]

 

Begitu pula masalah juga menghampiri rumah tangga sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah yang merupakan rumah tangga ideal sehingga cinta kasih keduanya dijadikan doa yang biasa dibaca oleh pemuka masyarakat di dalam acara pernikahan yaitu :

اللهم أَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ سَيِّدِنَا عَلِيٍّ وَسَيِّدَتِنَا فاَطِمَةَ الزَّهْرَاءِ

Ya Allah limpahkanlah cinta kasih di antara kedua mempelai sebagaimana engkau limpahkan cinta kasih itu antara sayyidina Ali dan Sayyidatina Fatimah Az-zahra.

 

Terekam dalam hadits yang shahih diriwayatkan oleh Sahl bin Sa’d RA bahwa suatu ketika Rasulullah SAW datang ke rumah Fatimah namun ‘Ali tidak ada di rumah. Beliau lalu bertanya: “Kemana putera pamanmu (Yakni Sayyidina Ali RA)?” Fatimah menjawab,

كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ شَيْءٌ فَغَاضَبَنِي فَخَرَجَ فَلَمْ يَقِلْ عِنْدِي

“Antara aku dan dia telah terjadi sesuatu (masalah) hingga dia marah kepadaku, lalu dia pergi dan tidak tidur siang di sisiku.”

 

Maka Rasulullah SAW berkata kepada seseorang: “Carilah, dimana dia!” Kemudian orang itu kembali dan berkata, “Wahai Rasulullah, dia ada di masjid sedang tidur.” Maka Rasulullah SAW mendatanginya, ketika itu Ali sedang berbaring sementara kain selendangnya jatuh di sisinya hingga ia tekena debu. Maka Rasulullah SAW membersihkannya seraya berkata: “Wahai Abu Thurab (orang yang berdebu), bangunlah. Wahai Abu Thurab, bangunlah” [HR Muslim]

 

Dalam kisah di atas dapat diambil kesimpulan bahwa rumah tangga ideal bukan berarti tidak ada masalah namun jika ada masalah maka masing-masing mencari solusinya dengan tetap tenang, kepala dingin dan sabar sebagaimana ditunjukkan oleh Rasul SAW. Ingatlah sabda beliau dalam hadits utama di atas “jika suami membenci satu sikap (akhlak) istrinya maka ia akan ridla dengan sikapnya (akhlaknya) yang lain” [HR Muslim]

 

Mertua juga boleh membantu menyelesaikan masalah, bukan berarti ia ikut campur dalam rumah tangga. Mertua menginginkan kebaikan dalam rumah tangga anaknya sehingga ia membantu menyelesaikan masalah dengan penuh cinta dan kebijaksanaan sebagaimana dilakukan Nabi kepada Sayyidina Ali KW. Terlebih lagi jika masalah keluarga tidak kunjung usai bahkan dikhawatirkan akan memicu masalah yang lebih besar. Allah SWT berfirman :

وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِنْ أَهْلِهَا إِنْ يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُمَا

Dan jika kalian khawatirkan ada perpecahan antara keduanya (suami istri), maka kirimlah seorang hakam (juru damai) dari keluarga suami dan seorang hakam dari keluarga istri. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah akan memberi taufik (petunjuk) kepada suami-isteri itu... [QS Al-Nisa’: 35]

 

Maka keberkahan senantiasa dibutuhkan dalam rumah tangga baik dalam kondisi suka karena tidak memiliki masalah maupun dalam kondisi duka karena sedang tertimpa masalah. Saya tertarik dengan terjemah populer yang sering disampaikan oleh para kyai dari doa nikah Nabi yang berbunyi :

بَارَكَ اَللَّهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ

Semoga Allah memberikan barokah kepadamu “laka” (dalam keadaan suka) dan “Alayka” (dalam keadaan duka) dan semoga Allah mengumpulkan kalian berdua di dalam kebaikan.” [HR Ahmad]

As-sindy berkata : Disebut dengan “laka” karena barokah itu bermanfaat dan disebut dengan “Alyka” karena barokah itu turun dari (atas) langit. Disebut dengan dua kalimat tersebut dikarenakan untuk menguatkan (taukid) dan variasi kata, mengingat doa itu semestinya dikuatkan. [Hasyiyah As-Sindy]

 

Adapun kisah yang viral di medsos mengenai Fatimah meminta maaf kepada Ali maka itu haditsnya tidak ada yang demikian. Kisah itu berbunyi : pada suatu hari, Fatimah telah membuat Ali terusik hati dengan kata-katanya. Menyadari kesalahannya, Fatimah segera meminta maaf berulang-ulang kali. Melihat air muka suaminya tidak juga berubah, maka Fatimah berlari-lari seperti anak kecil mengelilingi Ali. Tujuh kali Fatimah mengelilingi Ali sambil merayu-rayu mohon untuk dimaafkan. Melihat tingkah laku Fatimah itu, tersenyumlah Ali dan lantas memaafkan istrinya itu. Kemudian perkara ini sampai ke telinga Rasulullah SAW dan beliaupun memberi nasihat kepada putrinya: “Wahai Fatimah, kalaulah di kala itu engkau meninggal sedangkan suamimu Ali tidak memaafkanmu, niscaya aku tidak akan menshalatkan jenazahmu.” [Kisah ini dimuat di banyak situs diantaranya : Umma id, Islampos com] Syeikh Abdurrahman As-Suhaym berkata : kisah ini boleh jadi penyimpangan dari kaum Syi’ah rafidhah. [Fnoor com] Jadi kisah ini meskipun menarik dan seakan-akan senada dengan hadits utama dia atas namun tidaklah ada hadits yang demikian (palsu). Dan didalam share yang viral memang tidak disebutkan sumber haditsnya.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk tidak menyelesaikan masalah rumah tangga dengan sabar, kepala dingin dan penuh kesadaran bahwa jika kita tidak suka dengan satu sikap istri maka masih banyak sikap lain yang kita sukai.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]