Sunday, November 29, 2020

KAYA VS MISKIN



ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid RA, Rasul bersabda :

قُمْتُ عَلَى بَابِ الْجَنَّةِ فَكَانَ عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا الْمَسَاكِينَ وَأَصْحَابُ الْجَدِّ مَحْبُوسُونَ

Aku berdiri di depan pintu surga ternyata yang paling banyak masuk surga adalah orang-orang miskin adapun orang-orang kaya mereka masih ditahan (untuk dihisab) [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Kaya dan miskin itu sunnatullah layaknya siang malam, jauh dekat, berat ringan, sehat sakit dll. “Memang sudah diatur dalam hidup ini semua berbeda. Ada yang miskin ada yang sedang dan ada juga orang kaya. Agar satu sama lain bisa saling memerlukan Agar roda kehidupan bisa berputar, berjalan (Berputar, berjalan)...Kalau semuanya konglomerat, Pasti tak akan ada pembangunan. Karena kalau semuanya kaya, Lalu siapa yang mau bekerja. Kalau semuanya orang pangkat, Pasti tak ada pemerintahan. Karena kalau semua atasan, Lalu siapa yang jadi bawahan.” Kata Rhoma Irama dalam lagu yang berjudul perbedaan.

 

Satu ketika Aqra’ bin Habis dkk. menemukan Nabi duduk-duduk bersama orang-orang miskin dari kaum muslimin seperti Ammar bin Yasir, Bilal dll. Mereka berkata dengan nada mengejek “Ya Rasul, marilah duduk di depan masjid dan jauhkanlah mereka (kaum fakir) dari kami dan jauhkan pula bau yang tak sedap dari jubah-jubah mereka, niscaya kami akan mendengarkan (ajaran)-Mu!”. [Hasyiyah As-Shawi] Kemudian Allah melarang Nabi untuk mengusir mereka dengan menurunkan ayat :

وَلَا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ

"Dan janganlah kamu mengusir mereka yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari dengan mengharap keridlaan-Nya... " [QS al-An'am: 52]

 

Ayat ini menegaskan bahwa kita tidak diperbolehkan untuk membeda-bedakan status sosial antara yang kaya dan yang miskin untuk merendahkan dan menghina mereka. Namun jika membedakan keduanya dengan tujuan menunjukkan keutamaan di sisi Allah maka hal itu diperbolehkan sebagaimana para ulama membahas siapakah yang lebih mulia, kaya yang bersyukur ataukah miskin yang bersabar?

 

Pendapat pertama, Al-Junaid, Al-Khawwash dan mayoritas ulama berpendapat lebih utamanya fakir. [Ihya Ulumuddin] bahkan para ulama sepakat akan hal ini. [Mirqatul Mafatih] Alasannya karena Fakir itu “Tarik” (orang yang meninggalkan harta dunia) sementara orang kaya itu “Mulabis” (Orang yang mengenakan harta dunia), bukankah menjauhi dunia itu lebih baik daripada tenggelam dalam kenikmatan dunia?.  [at-Tafsir Al-Munir] Cukuplah sebagai dalil akan keutamaan fakir adalah setiap orang di akhirat nanti berangan-angan menjadi fakir semasa di dunia. [Faidlul Qadir] karena orang miskin lebih cepat hisabnya di akhirat sebagaimana hadits utama di atas. Nabi bersabda :

الأَنْبِيَاءُ كُلُّهُمْ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ قَبْلَ سُلَيْمَانَ بن دَاوُدَ بِأَرْبَعِينَ عَامًا، وَإِنَّ فُقَرَاءَ الْمُسْلِمِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ قَبْلَ أَغْنِيَائِهِمْ بِأَرْبَعِينَ عَامًا

Semua nabi masuk surga 40 tahun sebelum Nabi Sulaiman bin Dawud dan Orang miskin dari kaum muslimin masuk surga 40 tahun lebih dahulu sebelum orang-orang kaya. [HR Thabrani]

 

Pendapat kedua, Ibnu Atha’ berpendapat kaya lebih utama. Orang kaya yang bersyukur dan menunaikan semua kewajiban (berkenaan dengan hartanya) itu lebih utama dari orang fakir yang sabar. [Ihya Ulumuddin] Pendapat ini didukung oleh mayoritas Syafi’iyyah. Diantara alasannya adalah kaya itu sifat Khaliq sementara fakir adalah sifat makhluk sedangkan Khaliq itu lebih utama dari makhluk. [Fathul Bari] Hal ini juga dikarenakan Allah menyebutkan harta sebagai sarana amal shalih. “Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka...” [QS. At-Taubah : 103] Suatu ketika orang-orang miskim menghadap kepada Nabi dan mereka berkata :

ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالْأُجُور

Orang-orang kaya pergi dengan memperoleh banyak pahala (sedekah, haji dll) [HR Muslim]

 

Dan alasan lain adalah karena kaya itu “mampu” sementara fakir itu “lemah” sedangkan mampu itu lebih baik dari lemah. [at-Tafsir Al-Munir] Rasyid Ridla mendukung pendapat ini dengan beralasan bahwa tangan atas (kaya) itu lebih baik dari tangan di bawah (miskin), Amal Muta’addi (yang berefek kepada orang lain) itu lebih baik dari amal Qashir (amal yang terbatas manfaatnya untuk diri sendiri), Sedekah jariyah akan menjadikan orangnya menerima pahala terus menerus. [Tafsir Al-Manar]

 

Nabi sendiri meminta pada Allah agar diberi kekayaan :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

Ya Allah seseungguhnya aku memohon kepada-Mu hidayah, taqwa, harga diri dan kaya. [HR Muslim]

Dan An-Nawawi berkata kaya disini adalah kaya hati, tidak membutuhkan manusia dan tidak mengharapkan harta mereka. [Syarah Muslim]


Adapun hadits dimana Rasul
meminta dijadikan sebagai orang miskin, yaitu

اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مِسْكِينًا ، وَأَمِتْنِي مِسْكِينًا ، وَاحْشُرْنِي فِي زُمْرَةِ الْمَسَاكِينِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Ya Allah hidupkanlah aku sebagai orang miskin, wafatkan aku sebagai orang miskin dan kelompokkanlah aku di padang mahsyar bersama golongan orang-orang miskin di hari kiamat. [HR Turmudzi]

 

Maka Ibnu Hajar menilai hadits ini lemah. Dan menurut Al-Baihaqi bahwa yang dimaksud dalam hadits bukan miskin dalam artian sedikit harta namun yang dimaksudkan adalah miskin secara bahasa yaitu tawadlu’. [At-Talkhish]

 

Ketiga, ada juga sebagian Ulama berpendapat bahwa Fakir yang bersyukur itu lebih baik dari keduanya. [Mirqatul Mafatih] dan Fakir yang sombong adalah paling buruk dari mereka. Sebagaimana Hadits :

ثَلاثَةٌ لا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِمْ غَدًا: شَيْخٌ زَانٍ، وَرَجُلٌ اتَّخَذَ الأَيْمَانَ بِضَاعَةً يَحْلِفُ فِي كُلِّ حَقٍّ وَبَاطِلٍ، وَفَقِيرٌ مُخْتَالٌ مَزْهُوٌّ

Tiga orang yang mana Allah enggan memandang mereka (dengan padangan rahmat) besok (hari kiamat) yaitu Orang yang sudah tua namun berzina, Orang yang menjadikan sumpah sebagai hartanya dimana ia bersumpah pada perkara yang haq maupun yang bathil dan orang miskin yang sombong lagi angkuh. [HR Thabrani]

 

Keempat, menurut wahbah Az-Zuhayli terdapat pendapat lain yaitu Yang terbaik adalah “Tawassuth Baynal Amrain” (Tengah-tengah di antara kaya dan miskin). Seseorang keluar dari kategori fakir dan masuk ke dalam kategori kaya tingkat bawah supaya ia bisa mendapatkan keutamaan dari kedua-duanya, kaya dan fakir sekaligus terbebas dari bahaya dari keduanya. [at-Tafsir Al-Munir]

 

Kelima, Pendapat ini sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah bahwa Yang terbaik diantara orang kaya dan orang miskin adalah yang lebih bertaqwa di antara keduanya. Jika ketaqwaan keduanya sama maka derajat mereka di sisi Allah juga sama karena Allah tidak melebihkan kaya atau miskin sebagaimana Allah tidak melebihkan “Afiyah” (keselamatan) daripada Bala’ (bencana). Allah hanya melebihkan derajat seseorang dari lainnya karena faktor ketaqwaannya. [Uddatus Shabirin Wa Zakhiratus Syakirin] sebagaimana Allah berfirman :

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara kalian. [QS Al-Hujurat : 13]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati kita untuk menjadi pribadi yang bertaqwa tanpa membeda-bedakan orang lain dengan status sosial mereka.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

Hak cipta berupa karya ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Dilarang mengubahnya tanpa izin tertulis. Silahkan Share tanpa mengedit artikel ini. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang  lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam Alhaddad]

0 komentar:

Post a Comment