Friday, January 15, 2021

MASUK SURGA DENGAN TAHLIL



ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah RA, Rasul bersabda :

نَادِ فِي النَّاسِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Umumkan kepada semua orang bahwa barang siapa yang mengucapkan “La Ilaha Illallah” (tiada Tuhan selain Allah) maka ia akan masuk surga. [HR Ibnu Hibban]

 

Catatan Alvers

 

Ada pernyataan menarik ketika Al-Hasan Al-Bashri diberikan pertanyaan “Jika disuruh memilih di antara dua perkara, Shalat dua reka’at dan masuk surga  mana yang kau pilih terlebih dahulu?” Beliau menjawab :

سَأَخْتَارُ الرَّكْعَتَيْنِ أَوَّلاً لِأَنَّ فِى أَدَائِهِمَا رِضَاءً لِرَبِّى وَفِى دُخُوْلِ الْجَنَّةِ رَضَاءً لِنَفْسِي وَأَوْلَى بِالْعَبْدِ الْمُؤَدَّبِ أَنْ يُفَضِّلَ رِضَاءَ رَبِّهِ عَلَى رِضَاءِ نَفْسِهِ

Aku memilih mengerjakan dua rekaat terlebih dahulu karena hal itu akan mendatangkan ridlo tuhanku sedangkan masuk surga itu merupakan ridlo diriku. Maka yang lebih utama bagi seorang hamba yang ber-adab agar dia mengutamakan ridlo tuhannya dari pada ridlo dirinya sendiri. [amrkhaled net]

 

Pernyataan ini dan semacamnya bukan berarti menafikan pentingnya surga dan menjadikan keinginan masuk surga menjadi hal yang tercela. Mengapa demikian? karena surga memang dijadikan oleh Allah sebagai kabar gembira agar manusia termotivasi untuk beribadah kepada-Nya. Allah SWT berfirman :

وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ أَنَّ لَهُم جَنَّـٰتٍ تَجرِى مِن تَحتِهَا ٱلأَنهَـٰر

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan ber-amal shalih, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai... [QS Al-Baqarah : 25].

 

Rasul sendiri juga meminta surga dan mengajarkan agar kita juga meminta surga dalam lantunan doa kita. Rasul pernah mengajarkan doa tersebut kepada sayyidah Aisyah RA, yaitu :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ

Ya Allah, sungguh aku memohon surga kepada-Mu dan semua perkataan atau perbuatan yang dapat mendekatkan diriku kepadanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan semua perkataan dan perbuatan yang dapat mendekatkan diriku kepadanya. [HR Ibnu Majah]

 

Kata “Surga” itu sudah cukup mewakili semua keindahan dan kenikmatannya. Sehingga Sa’d (bin Abi Waqqash) ketika mendengar anaknya berdoa :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَنَعِيمَهَا وَإِسْتَبْرَقَهَا...

Ya Allah Aku memohon kepada-Mu surga, kenikmatannya dan sutera tebalnya...

Maka Sa’d berkata : sungguh engkau telah meminta kebaikan yang (terlalu) banyak kepada Allah... Aku telah mendengar Rasul bersabda : Akan datang satu kaum di mana mereka berlebih-lebihan dalam berdoa. Allah berfirman “Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. [QS Al-A’raf: 55] Cukuplah bagimu doa “Allahumma inni As’alukal jannata mawa qarraba ilayha min qaulin wa amal..dst” [HR Ahmad]

 

Berdoa memohon surga merupakan keinginan yang baik. Lihatlah bagaimana sabda Nabi :

مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الْجَنَّةَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ قَالَتْ الْجَنَّةُ اللَّهُمَّ أَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ

Barang siapa meminta surga kepada Allah sebanyak tiga kali maka surga akan berdoa “Ya Allah masukkanlah dia ke surga”. [HR  Turmudzi]

 

Tidak hanya dengan perbuatan dan amal-amal besar, ternyata meraih surga bisa juga dengan cara mengucapkan kata-kata yang “ringan” misalnya dengan “kalimat tahlil” sebagaimana hadits utama di atas. Hadits riwayat Jabir tersebut dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan juga Albani mengatakan sanadnya shahih dan memasukkan dalam as-silsilah as-shahihah.  Dalam riwayat lain, suatu ketika Rasul memanggil Muadz dan beliau bersabda :

بَشِّرِ النَّاسَ أَنَّهُ مَنْ قَالَ: لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Berilah kabar gembira kepada semua orang bahwa barang siapa yang mengucapkan “La Ilaha Illallah” (tiada Tuhan selain Allah) maka ia akan masuk surga. [HR Thabrani]

 

Dalam riwayat yang lain, Rasul memerintahkan Bilal agar mengumumkan bahwa :

مَنْ قَالَ : لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ قَبْلَ مَوْتِهِ بِسَنَةٍ دَخَلَ الْجَنَّةَ أَوْ شَهْرٍ أَوْ جُمُعَةٍ أَوْ يَوْمٍ أَوْ سَاعَةٍ

Barang siapa yang mengucapkan “La Ilaha Illallah” (tiada Tuhan selain Allah) sebelum kematiannya satu tahun maka ia akan masuk surga, atau satu bulan, satu minggu, satu hari atau satu jam.

 

Bilal (menilai bahwa mudah sekali mendapat surga sehingga) Ia berkata : Kalau begitu nanti dikhawatirkan orang-orang akan berpegangan dengan sabda tersebut?. Rasul menjawab : Ya, meskipun demikian.  [HR Thabrani]

 

Kejadian serupa juga terjadi pada Abud Darda’ setelah mendengar orang yang membaca tahlil akan masuk surga maka ia bertanya kepada banginda Nabi : Apakah orang yang membaca tahlil akan tetap masuk surga meskipun ia berzina dan mencuri? Rasul menjawab : Ya, meskipun ia telah berzina dan mencuri. Abud Darda mulai mengabarkan kabar gembira tersebut, namun ketika Umar RA mengetahui hal ini maka Umar RA mencegahnya karena khawatir orang-orang gegabah karena berpegang dengan sabda Nabi tersebut. Abud Darda’ melaporkan pelarangan Umar RA tersebut dan Nabi bersabda : Umar benar. [HR Ahmad]

 

Zaid bin Arqam meriwayatkan hadits di atas dengan tambahan, bahwa Rasul bersabda :

مَنْ قَالَ : لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ مُخْلِصًا دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barang siapa yang mengucapkan “La Ilaha Illallah” (tiada Tuhan selain Allah) dengan ikhlas maka ia akan masuk surga.

 

Rasul lalu memberikan penjelasan :

إِخْلاصُهُ أَنْ يَحْجُزَهُ عَمَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ

Ikhlas yang dimaksud adalah kalimat tahlil itu menghalanginya dari perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah . [HR Thabrani]

 

Terdapat beberapa penjelasan mengenai hadits utama di atas. Al-Hasan Al-Bashri berkata : hadits tersebut masih global sehingga membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Maksud dari hadits tersebut adalah orang yang mengucapkan kalimat (tahlil) itu memenuhi hak dari kalimat tahlil dan kewajibannya. Dan Imam Bukhari berkata : kalimat tahlil bisa menjadikan masuk surga itu berlaku bagi orang yang mengucapkannya ketika menyesal dan bertaubat (atas maksiat) sehingga ia mati di atas kalimat tahlil tersebut. Terdapat juga pendapat dari Ibnul Musayyib dll bahwa hadits tersebut terjadi sebelum turunnya beberapa kewajiban, perintah dan larangan. Namun Imam nawawi mengatakan pendapat tersebut lemah bahkan bathil, dikarenakan salah satu perawi haditsnya adalah Abu Hurairah RA dan ia masuk Islam belakangan yaitu pada tahun terjadinya perang Khaibar yaitu tahun Ke 7 H di mana saat itu syariat islam telah tetap dan mayoritas kewajiban sudah ditetapkan seperti sholat, zakat, puasa dll. bahkan juga ibadah haji menurut satu pendapat. [Tuhfatul Ahwadzi]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk istiqamah menjalankan apapun yang menjadi ajaran Nabi baik berupa perkataan maupun perbuatan sehingga kita masuk surga dan dapat berkumpul bersama dengan beliau.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.




0 komentar:

Post a Comment