ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :
الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ
وَجَنَّةُ الْكَافِرِ
“Dunia
adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” [HR Muslim]
Catatan Alvers
Ketika ia masih muda, ia mencoba menghafal hadis. Ia
mencoba, mencoba, dan mencoba lagi, tetapi ia gagal menjadi seperti anak-anak
lain yang telah menghafal banyak hadis. Hampir saja rasa putus asa, dan kegagalan
seakan akan membayangi seluruh hidupnya. Suatu hari ia memutuskan berjalan di
antara kebun-kebun desa. Ia mendekati sebuah sumur di tengah kebun, lalu duduk
di dekatnya dan mulai merenung. Saat duduk di dekat sumur itu, ia memperhatikan
tali yang menggantung pada ember sumur telah mengikis batu di sekeliling bibir
sumur, hingga batu itu retak karena gesekan yang terus-menerus naik dan turun.
Ia pun menyadari: kuncinya adalah pengulangan dan waktu. Maka ia bertekad
mencoba lagi menghafal hadis, dan berjanji pada dirinya sendiri untuk
mengulanginya meski sampai 500 kali. Ia terus berusaha, berusaha, dan berusaha,
menepati janjinya, hingga ibunya merasa lelah mendengar ulangannya dan iba
melihat keadaannya. Dengan berjalannya waktu, ia akhirnya mampu menghafal
Al-Qur’an, dan menjadi mufti (ulama pemberi fatwa). Ia juga menulis banyak
karya dan kitab yang dipelajari hingga kini.
Versi lain menyebutkan ia melihat air yang menetes di
batu terus menerus hingga air yang lembut itu bisa melubangi batu yang keras. Lalu
Ia mengambil pelajaran darinya sehingga ia meningkatkan belajarnya sehingga ia
di kemudian hari menjadi cerdas dan ulama besar. Hal ini sebagaimana pepatah
populer yang dinisbatkan sebagai perkataan Abu Hazm Al-Andalusi, yaitu : “Air
dapat melubangi batu bukan karena kerasnya air, tetapi karena air itu jatuh
terus menerus”.
Kisah tersebut dengan berbagai versinya sering
dinisbatkan kepada ulama yang benama Ibnu Hajar (Anaknya batu) baik Ibnu Hajar
Al-Haitamy, sang ahli fikih atau Ibnu Hajar Al-Asqalany, sang ahli hadits.
Nisbat tersebut tidaklah benar, karena keduanya memiliki kecerdasan sejak
kecil. Dan maaf saya pribadi belum menemukan referensi kitab dari kisah di
atas. Kisah tersebut sering kita dengar sebagai motivasi dan acapkali ditemukan
dalam tulisan-tulisan tanpa menyertakan sumbernya.
Boleh jadi kisah tersebut dihubung-hubungkan karena
adanya relevansi antara kisah batu dan arti dari nama dari ibnu hajar sendiri
yaitu anaknya batu. Menurut Imam Nawawi, Ibnu Hajar mendapatkan panggilan
demikian karena :
إِنَّ أَحَدَ أَجْدَادِهِ كَانَ
مُلَازِمًا لِلصَّمْتِ، لَا يَتَكَلَّمُ إِلَّا عِندَ ضَرُورَةٍ أَوْ حَاجَةٍ،
فَشَبَّهُوهُ بِحَجَرٍ مُلْقًى لَا يَنْطِقُ.
“Sesungguhnya salah seorang dari kakeknya senantiasa
diam, tidak berbicara kecuali terpaksa atau ada kebutuhan. Maka orang-orang
saat itu menyerupakannya dengan batu yang tergeletak, yang tidak berbicara.”
[Al-Idlah Fi manasikil Hajj]
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany dikebumikan di di Kairo,
Mesir, tepatnya di kawasan Al-Muqattam pada tahun 852 H dan Alhamdulillah
penulis telah berziarah ke makam beliau bersama keluarga besar. Adapun Imam
Ibnu Hajar Al-Haytami dikebumikan di pekuburan Ma’la, Mekkah pada tahun 974 H.
Pekuburan Ma’la berada di dekat masjidil haram sehingga sering dikunjungi oleh
para jamaah haji dan umrah dan di sana pula dikebumikan ulama besar Indonesia
seperti Syeikh Nawawi Al-Bantani, Mbah Kyai Maimun Zubeir.
Ahmad bin Aly yang dikenal dengan julukan Ibnu Hajar
Al-Asqalany tumbuh sebagai anak yatim. Ayahnya meninggal ketika ia berusia empat
tahun, sedangkan ibunya sebelum itu. Ia diasuh oleh al-Khurubi, seorang
saudagar besar, yang sangat memperhatikannya. Ia memasukkannya ke sekolah
(maktab) setelah usianya genap lima tahun. Ia menyelesaikan hafalan Al-Qur’an
pada usia sembilan tahun. Ketika berusia sebelas tahun, ia menunaikan ibadah
haji. Dua tahun kemudian, ia kembali ke Mesir dengan menghafal kitab ‘Umdat
al-Ahkām, Mukhtaṣar Ibn al-Ḥājib, Alfiyyah al-‘Irāqī, Alfiyyah Ibn Mālik, dan
kitab at-Tanbīh. [Tahdzibut Tahdzib]
Pasca wafatnya al-Khurubi tahun 787 H, Ibnu hajar
berdagang untuk beberapa saat. Dan tahun 793 H ia fokus kepada ilmu hadits. Ia
berguru kepada Syeikh Zainuddin Al-Iraqy selama sepuluh tahun. [Tahdzibut
Tahdzib] dan akhirnya ia berhasil menulis karya monumentalnya yaitu Fathul
Bari, Syarah shahih Bukhari selama seperempat abad. Imam as-Suyuti berkata:
لَمْ يُصَنِّفْ أَحَدٌ مِنَ
الأَوَّلِينَ وَلَا مِنَ الآخِرِينَ مِثْلَهُ
‘Tidak ada seorang pun dari ulama terdahulu maupun
kemudian yang menyusun karya semisalnya.’
Dan ketika Imam asy-Syaukani ditanya: ‘Apakah engkau
tidak akan menulis syarah atas al-Jami‘ aSh-Shahih karya al-Bukhari?’ Beliau
menjawab :
لَا هِجْرَةَ بَعْدَ الفَتْحِ
‘Tidak ada hijrah (berpindah) setelah adanya kitab Fathul
Bari. [Majallatu Jami’ah Ummul Qura]
Ada kisah menarik mengenai al-Hafizh Ibnu Hajar.
Al-Muanwi berkata : Ketika menjadi Qadlil Qudhat (hakim agung di Mesir), ia
melewati pasar dengan iring-iringan besar dan penampilan yang indah. Tiba-tiba
seorang Yahudi penjual minyak dengan pakaian gembel menghadangnya. Ia memegang
tali kekang bighalnya dan berkata : ‘Wahai Syaikhal Islam, engkau mengklaim
bahwa Nabi kalian bersabda: “Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga
bagi orang kafir.” (sebagaimana hadits utama di atas). Lantas penjara apa yang
engkau alami sekarang (karena engkau kaya), dan surga apa yang aku rasakan
(karena aku miskin)?’ Ibnu Hajar menjawab :
أَنَا بِالنِّسْبَةِ لِمَا
أَعَدَّ اللهُ لِي فِي الْآخِرَةِ مِنَ النَّعِيْمِ كَأَنِّي الْآنَ فِي السِّجْنِ
“Aku, dibandingkan dengan kenikmatan yang Allah siapkan
untukku di akhirat, seakan-akan sekarang berada di dalam penjara”.
Sedangkan engkau, dibandingkan dengan adzab pedih yang
Allah siapkan untukmu di akhirat, seakan-akan sekarang berada di dalam surga.
Maka Yahudi itu pun masuk Islam.” [Faidlul Qadir]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan
fikiran kita untuk menjadikan kisah para ulama sebagai motivasi dalam hidup ini
sehingga tidak mudah berputus asa menghadapi kerasnya hidup ini.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
Jangan pelit berbagi ilmu. Sufyan Ats-sauri berkata :
“Barang siapa pelit berbagi ilmu maka ia akan ditimpa satu dari tiga perkata :
(1) lupa, (2) wafat tanpa manfaat dan (3) catatan ilmunya hilang”. [Al-Majmu’]







0 komentar:
Post a Comment