إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Friday, April 18, 2025

TERLANJUR TAKDIR

ONE DAY ONE HADITH

 

Dari ‘Amr bin Al-Ash RA, Rasulullah SAW bersabda :

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

"Sesungguhnya Allah telah menciptakan takdir seluruh makhluk lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi." [HR Muslim].

 

Catatan Alvers

 

Pepatah Arab mengatakan “Al-Insanu Bit Tafkir Wallahu Bit Taqdir” (Manusia hanya bisa merencanakan namun Allahlah yang menetapkan takdir). Kerja adalah ikhtiyar atau usaha namun yang menentukan hasilnya adalah Allah SWT. Usaha bisa ditiru namun rizki adalah ketentuan Allah SWT. Jika rizki itu ditentukan oleh kerja keras..maka kuli bangunan akan menjadi orang terkaya. Jika rizki itu ditentukan oleh waktu kerja maka pemilik warung yang buka 24 jam yang akan menjadi orang terkaya. Jika rizki itu karena jabatan maka presiden menjadi orang terkaya di negaranya. Jika rizki itu ditentukan oleh pendidikan maka professor yang paling banyak titelnya akan menjadi orang terkaya. Ternyata kenyataannya tidaklah demikian. Itulah rahasia takdir Allah yang telah ditetapkan 50.000 tahun sebelum terciptanya Langi dan bumi sebagaimana hadits utama di atas.

 

Dahulu ada seseorang bertanya kepada Nabi SAW: Jelaskan kepada kami mengenai agama kita, seakan-akan kita ini tercipta (dengan takdir yang terdahulu). Lantas apakah perbuatan hari ini sesuai dengan sesuatu yang pena-pena telah kering dan menjalani takdir ataukah sesuai dengan sesuatu yang akan datang?" Nabi SAW menjawab :

لَا بَلْ فِيمَا جَفَّتْ بِهِ الْأَقْلَامُ وَجَرَتْ بِهِ الْمَقَادِيرُ

"Tidak, namun (amalan kita itu) sesuai dengan apa yang pena-pena telah kering dengannya dan takdir-takdir yang berlaku." Orang tersebut berkata, "Lantas untuk apa amalan itu?" Nabi SAW lalu bersabda,

اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ

"Berbuatlah kalian, karena segala hal akan dipermudah (kepada apa yang ditakdirkan untuknya)." [HR Muslim]

 

Dalam riwayat Bukhari, ketika Rasul SAW menjelaskan bahwa surga dan neraka telah ditentukan untuk setiap orang maka ada sahabat yang bertanya :

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نَتَّكِلُ عَلَى كِتَابِنَا وَنَدَعُ الْعَمَلَ

Wahai Rasulullah, Kalau demikian apakah kita pasrah saja dengan takdir dan tidak berusaha?

Maka Rasul SAW menjawab :

اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ

"Berbuatlah kalian, karena segala hal akan dipermudah kepada apa yang ditakdirkan untuknya." [HR Bukhari]

 

Dengan demikian, nama dan usaha tidak berdaya di hadapan takdir. Sama-sama bernama Musa, namun dua orang tersebut berbeda nasibnya. Penyair berkata :

إِذَا الْمَرْءُ لَمْ يُخْلَقْ سَعِيْداً مِنَ الْأَزَلْ :: فقَدْ خَابَ مَنْ رَبَّى وَخَابَ الْمُؤَمِّلُ

فَمُوسَى الَّذِي رَبَّاهُ جِبْرِيْلُ كاَفِرُ :: وَمُوْسَى الَّذِي رَبَّاهُ فِرْعَوْنُ مُرْسَلُ

“Jika seseorang tidak ditakdirkan pada zaman azali menjadi orang yang bahagia, maka merugilah orang yang mendidiknya dan rugi pula orang yang bercita-cita.”

“(Lihatlah), Musa (As-samiri) yang dipelihara Jibril tetapi menjadi orang kafir, sedangkan Musa (bin Imran) yang dipelihara Fira’un justru menjadi saeorang rasul.” [Hasyiah as-shawy]

 

Kedua lelaki bernama Musa tersebut sama-sama lahir di zaman fir'aun dan sama-sama “dibuang” oleh ibunya ketika bayi. Nabi Musa bayi ditinggalkan oleh ibunya dengan cara dihanyutkan ke sungai karena takut disembelih oleh Fir'aun. Sedangkan Musa yang kedua adalah Musa bin dhafr yang berasal dari kabilah bani isra’il yang bernama samirah, sehingga ia dikenal dengan nama Musa As-samiri. Ia adalah anak zina yang dibuang ibunya di sebuah galian (lubang) di sebuah gunung karena takut terhadap kemarahan kaumnya. Malaikat Jibril datang untuk mengasuh Musa As-samiri. Malaikat memberinya minum susu melalui jari-jarinya. Dari satu jari keluar susu, jari kedua keluar samin (minyak mentega) dan dari jari ketiga keluar madu. Namun beda dari keduanya adalah Musa pertama adalah Musa bin Imran yang ketika dewasa menjadi Rasul. Sedangkan Musa yang kedua adalah Musa As-Samiri yang ketika dewasa menjadi seorang munafiq dan kafir. [Hasyiah as-shawy]

 

Musa yang pertama kita sudah mengetahuinya. Adapun Musa yang kedua, yakni Musa As-samiri, dialah orang yang menyesatkan Bani Israil sehingga mereka menyembah patung sapi emas. Kisah itu bermula ketika Nabi Musa hendak pergi jauh, Ia berkata kepada Bani Israil bahwa ia akan bepergian selama 30 hari untuk mengambil Kitab Taurat dan setelah itu ia akan kembali. Dan ketika lewat 30 hari Nabi Musa tidak datang maka As-samiri berkata kepada Bani Israil :

إِنْمَا أَخْلَفَ مُوْسَى مِيْعَادَكُمْ لِمَا مَعَكُمْ مِنْ حُلِّيِ الْقَوْمِ وَهُوَ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ

Nabi Musa tidak memenuhi janjinya (untuk kembali setelah 30 hari) dikarenakan kalian (telah berbuat dosa yaitu) menyimpan perhiasan emas yang mana itu diharamkan atas kalian. [Tafsir Al-Baidlawy]

 

Perhiasan emas mereka itu dikatakan haram karena berasal dari harta yang dijarah di pinggir laut yang merupakan perhiasan emas yang dipakai oleh Fir’aun dan bala tentaranya yang tenggelam di laut. As-Samiri melanjutkan : “Maka menurutku (untuk menebus dosa tadi), kita harus membuat lubang dan menyalakan api lalu kita membuang perhiasan emas kita ke dalam lubang tersebut”. [Tafsir Al-Baidlawy]

 

Lalu orang-orang Bani Israil menuruti perintahnya. Allah SWT berfirman :

فَكَذَلِكَ أَلْقَى السَّامِرِيُّ (87) فَأَخْرَجَ لَهُمْ عِجْلًا جَسَدًا لَهُ خُوَارٌ فَقَالُوا هَذَا إِلَهُكُمْ وَإِلَهُ مُوسَى فَنَسِيَ (88)

Demikian pula As-Samiri melemparkan (perhiasan)nya. kemudian (dari lubang api itu) dia mengeluarkan patung dengan bentuk anak sapi yang mengeluarkan suara sapi, maka mereka berkata, “Inilah Tuhan kalian dan Tuhannya Musa, tetapi Musa lupa.” [QS Taha: 87-88]

 

Patung sapi yang terbuat dari perhiasan emas itu bisa hidup dan bersuara dikarenakan pengetahuan As-Samiri. “Ketika malaikat jibril mendatangi Nabi Musa untuk memberitahuan miqat (waktu untuk berpuasa sebelum menerima kitab Taurat) dengan menaiki kuda, maka As-samiri melihat setiap tanah yang diinjak oleh kuda Jibril menjadi hijau sehingga ia tahu bahwa tanah tersebut memiliki manfaat tertentu”. [Tafsir As-Shawy] Kuda yang dinaiki jibril disebut As-Samiri dengan istilah “Farasul Hayat” (Kuda kehidupan). as-Samiri mengetahui hal tersebut sejak dahulu yaitu ketika ia masih diasuh Jibril sewaktu kecil. Dengan ini maka ia menaruh debu pada bagian hidung dan mulut patung sapi lalu sapi langsung bersuara”. [Tafsir Al-Baidlawy] “Jumlah orang yang menyembah patung sapi adalah 608.000 orang dan yang tidak ikut menyembah sapi berjumlah 12.000. dan jumlah keseluruhan bani isra’il yang menyeberangi laut bersama Nabi Musa adalah 620.000 orang”. [Tafsir As-Shawy]

 

Syeikh Wahbah Zuhayli berkata : Dengan kejadian tersebut, Para ulama tauhid membuat perbandingan antara keselamatan dan celaka dimana itu semua terdapat pada ilmu Allah sejak zaman azali. Lihatlah Musa bin Imran yang dipelihara Fira’un justru menjadi saeorang rasul berkat ilham dari Allah Ta’ala sedangkan Musa As-samiri yang dipelihara Jibril menjadi orang kafir. Ini bukan berarti pendidikan dan bimbingan itu tidak ada pengaruhnya akan tetapi lingkungan berpengaruh besar dan pendidikan memiliki peran yang penting sebagaimana hadits “Setiap anak dilahirkan atas fitrah (hanya saja ayah ibunya menjadikannya Yahudi, nashrani atau majusi)” . dan (maqalah) “Jika tidak ada guru maka aku tidak kenal tuhanku” benarlah demikian,

وَلَكِنَّ الْإِرَادَةَ الْإِلَهِيَّةِ فَوْقَ كُلِّ شَيْءٍ

“Akan tetapi kehendak Allah di atas semua itu”,

Allah menguasai segala sesuatu. Allah mengatur makhluk-Nya dan ia memiliki hikmah yang mulia. Terkadang nafsu manusia condong kepada kejelekan, kerusakan dan penyimpangan meskipun ia mendapat pendidikan yang baik dan pengawasan dari pendidik sebagaimana kita saksikan terjadi pada anak-anak ulama, orang-orang shalih dan mulia.  [Tafsir Al-Munir]

 

Itulah kekuatan takdir. Setiap manusia ketika berada diperut ibunya pada usia 120 hari, Malaikat meniup ruh lalu mencatat takdirnya. Setelah menjelaskan demikian, lalu Rasul SAW bersabda:

فَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ

“Sesungguhnya ada seseorang beramal dengan amalan penduduk neraka sehingga jarak antara dia dengan neraka itu tinggal sehasta namun dia didahului oleh catatan takdirnya sehingga dia beramal dengan amalan ahli surga, maka diapun masuk ke surga”.

 

Dan sungguh, ada seseorang beramal dengan amalan penduduk surga hingga jarak antara dia dengan surga tinggal satu hasta namun dia didahului oleh catatan takdir, sehingga dia beramal dengan amalan ahli neraka maka dia masuk ke neraka.” [HR Bukhari]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa berusaha dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang baik sesuai dengan apa yang ditakdirkah oleh Allah SWT.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Monday, April 14, 2025

ANGKA 40

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Dari Abdillah bin Amr RA, Rasulullah SAW bersabda :

إِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا

“Sesungguhnya bau wangi surga (Raihatul Jannah) itu tercium dari jarak perjalanan 40 tahun.” [HR Bukhari].

 

Catatan Alvers

 

Angka 40 banyak disebut di dalam ajaran Islam. Pertama, 40 waktu shalat. Rasul SAW bersabda :

مَنْ صَلَّى فِيْ مَسْجِدِيْ أَرْبَعِيْنَ صَلَاةً لَا تَفُوْتُهُ صَلَاةٌ كُتِبَ لَهُ بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ وَ بَرَاءَةٌ مِنَ الْعَذَابِ وَ بَرِئَ مِنَ النِّفَاقِ

“Barangsiapa shalat (fardlu) di masjidku ini (masjid Nabawi) selama empat puluh kali tanpa ketinggalan, maka dicatat baginya kebebasan dari neraka, selamat dari adzab, serta terbebas dari kemunafikan.” [HR Ahmad]

 

Kedua, 40 hari penciptaan manusia. Rasul SAW bersabda :

إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ

“Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama 40 hari sebagai nuthfah (sperma), kemudian berubah menjadi “ ‘alaqah” (segumpal darah) selama 40 hari, kemudian menjadi “mudhgah” (segumpal daging) selama 40 hari. Kemudian seorang malaikat diutus kepadanya lalu meniupkan ruh padanya. [HR Muslim]

 

Ketiga, 40 hari batas waktu memotong kuku. Anas Bin Malik berkata :

وُقِّتَ لَنَا فِي قَصِّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيمِ الْأَظْفَارِ وَنَتْفِ الْإِبِطِ وَحَلْقِ الْعَانَةِ أَنْ لَا نَتْرُكَ أَكْثَرَ مِنْ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

Diberikan waktu bagi kami untuk mencukur kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencukur bulu kemaluan tidak lebih dari empat puluh hari." [HR Muslim].

 

Keempat, 40 malam / hari puasanya Nabi Musa untuk mendapat kitab taurat. Allah swt berfirman :

وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

“Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), lalu sempurnalah waktu yang telah ditentukan Rabbnya empat puluh malam.” [QS al-A’raf : 142]

 

Pada awalnya Allah memerintah nabi Musa berpuasa selama 30 hari namun kemudian Allah menambahkan 10 hari lagi. Mengapa? Mufassir berkata :

فَلَمَّا تَمَّتْ أَنْكَرَ خُلُوفَ فَمِهِ فَاسْتَاكَ ، فَأَمَرَهُ اللهُ بِعَشْرَةٍ أُخْرَى لِيُكَلِّمَهُ بِخُلُوْفِ فَمِهِ

Ketika sudah sempurna (masa 30 hari), Nabi musa menemukan bau tidak sedap dari mulutnya sehingga ia menggosoknya. Maka Allah memerintahkan agar ditambahi 10 hari lagi supaya Nabi Musa bermunajat dengan bau mulutnya (yang disukai Allah itu). [Tafsir Jalalain]

 

Dan Imam ghazali berkata :

لِأَنَّهُ أَمْسَكَ بِغَيْرِ تَبْيِيْتٍ يَوْماً فَزِيْدَ عَشْرَةٌ لِأَجْلِ ذَلِكَ

(penambahan 10 hari itu) dikarenakan Nabi musa berpuasa dengan lupa “tabyit” (berniat di malam hari) pada satu hari sehingga ditambahi 10 hari karenanya. [Ihya Ulumiddin]

 

Kelima, 40 hari sanksi bagi orang yang mendatangi dukun. Rasul SAW bersabda:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْئٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً

“Barangsiapa yang mendatangi peramal lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu niscaya shalatnya tidak diterima selama 40 hari.” [HR Muslim]

 

Keenam, 40 hari masa dajjal tinggal di bumi. Sahabat bertanya berapa lama dajjal tinggal di bumi? Beliau menjawab :

أَرْبَعُونَ يَوْمًا يَوْمٌ كَسَنَةٍ وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ وَيَوْمٌ كَجُمُعَةٍ وَسَائِرُ أَيَّامِهِ كَأَيَّامِكُمْ

40 hari dimana satu hari (pertama) seperti setahun, satu hari (kedua) seperti sebulan, satu hari (ketiga) seperti seminggu dan hari selanjutnya seperti hari-hari kalian biasanya. [HR Muslim]

 

Ketujuh, 40 hari shalat. Rasul SAW bersabda :

مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الأُولَى كُتِبَ لَهُ بَرَاءَتَانِ: بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ، وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ

“Barang siapa yang shalat karena Allah selama empat puluh hari secara berjamaah tanpa ketinggalan takbir yang pertama, maka dicatatkan baginya dua kebebasan; kebebasan dari neraka dan kebebasan dari kemunafikan. [HR Turmudzi]

 

Kedelapan, 40 tahun, usia sempurnanya kedewasaan. Allah SWT berfirman :

حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً

“sehingga apabila manusia mencapai kedewasaaanya dan umurnya mencapai empat puluh tahun...” [QS Al-Ahqaf: 15].

 

Mufassir berkata : sempurnanya kekuatan, logika, dan pandangan seseorang adalah usia minimal 33 atau 30 tahun, dan sempurnanya pada umur 40 tahun”. [Tafsir Al-Jalalain]

 Para Mufassir berkata :

لَمْ يُبْعَثْ نَبِيٌّ قَطُّ إِلَّا بَعْدَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً

 Tidaklah seorang Nabi yang diutus melainkan setelah mereka berusia 40 tahun. [Mafatihul Ghaib]

 

Dan Ketika Allah berfirman “Wa Anakhtartuka” (dan aku memilihmu untuk menjadi Nabi) [QS Thaha : 13] maka mufassir berkata : “Dan umurnya (Musa) saat itu adalah empat puluh tahun”. [Tafsir Al-Jalalain] Begitu pula Nabi kita.  Anas bin Malik RA berkata :

أُنْزِلَ عَلَيْهِ وَهُوَ ابْنُ أَرْبَعِينَ

Diturunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW pada waktu beliau berumur 40 tahun [HR Bukhari]

 

Kesembilan, 40 tahun Bani Israil tersesat di gurun pasir. Allah SWT berfirman :

قَالَ فَاِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيْهِمْ اَرْبَعِيْنَ سَنَةً يَتِيْهُوْنَ فِى الْاَرْضِ

“(Allah) berfirman, “(Jika demikian,) sesungguhnya (negeri) itu terlarang buat mereka selama empat puluh tahun. (Selama itu) mereka mengembara kebingungan di bumi...” [QS Al-Maidah : 26]

 

Ke sepuluh, 40 Tahun Jarak terciumnya wangi surga. Dalam hadits utama diriwayatkan : “Sesungguhnya bau wangi surga itu tercium dari jarak perjalanan 40 tahun.” [HR Bukhari].

 

 

Ke sebelas, 40 orang shalat jenazah. Rasul SAW bersabda :

مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلًا لَا يُشْرِكُونَ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا شَفَّعَهُمْ اللَّهُ فِيهِ

“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia, dan disalatkan oleh lebih dari empat puluh orang, dalam kondisi mereka tidak menyekutukan Allah sedikitpun, niscaya Allah akan mengabulkan syafaat (doa) mereka untuknya.” [HR Muslim]

 

Dan masih banyak 40 lainnya yang demikian ini memperkuat bahwa bilangan 40 itu memiliki rahasia tertentu namun rahasia tersebut tidaklah bisa terkuak oleh akal pikiran. Maka dari itu sebagian orang membuat standar bilangan 40 untuk jumlah dzikir, hadits atau amalan lainnya yang tidak memiliki batasan tertentu dan tidak bertentangan dengan syariat dengan tujuan mengharap keberkahan dan kebaikan dari pemberi syari’at, Allah SWT.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa memperluas wawasan keilmuan kita dengan mengkaji dari sumbernya yaitu Qur’an, hadits dan maqalah para ulama.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

 

 

 

Thursday, April 3, 2025

‘IED, KEMBALI KEMANA?

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan Iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu [HR Bukhari dan Muslim].

 

Catatan Alvers

 

Idul fitri, Kata ‘ied lazim diartikan dengan kembali. Syeikh Abu Bakar Syatha berkata :

وَالْعِيْدُ مَأْخُوْذٌ مِنَ الْعَوْدِ لِتَكَرُّرِهِ وَعَوْدِهِ كُلَّ عَامٍ، أَوْ لِأَنَّ اللهَ تَعَالى يَعُوْدُ عَلَى عِبَادِهِ فِيْهِ بِالسُّرُوْرِ

Kata Id atau Idul tercetak dari kata Awdah yang artinya kembali. Hari raya dinamakan  “‘ied” yang artinya kembali dikarenakan hari raya akan kembali terulang setiap tahun, atau karena Allah Ta’ala mengembalikan kebahagiaan kepada hamba-hamba-Nya pada hari itu. [I’anatut Thalibin]

 

Kata “‘ied” yang diartikan kembali, juga disampaikan oleh Syeikh Sulaiman Al-Bujairimi dalam Hasyiyah Al-Bujairimi, Syeikh Ahmad Khatib As-Syirbini dalam Mughil Muhtaj, dan Syeikh Zakariya Al-Anshari dalam Fathul Wahhab. Saya sampaikan beberapa rujukan karena ada artikel yang menyatakan : “Kadang masih saja ada orang yang salah duga, mengira makna harfiyah idul fitri adalah kembali suci. Padahal kalau mau diartikan sebagai kembali, bahasa arabnya adalah “Awdah”. Di artikel Rumahfiqih com juga disebutkan : “Banyak orang kurang mengerti bahasa Arab, sehingga bentuk sharf dari suatu kata sering terpelintir dan terbolak-balik tidak karuan. Dalam bahasa Arab, kata kembali adalah 'aada - ya'uudu -'audatan. Memang sekilas hurufnya rada mirip, tetapi tentu saja berbeda jauh maknanya dari 'ied. Jadi kalau maksudnya mau bilang kembali, jangan sebut 'ied tetapi sebutlah 'audah”.

 

Pertanyannya, kalau kata ‘ied artinya kembali, memang kembali kemana? Syeikh Al-Bujairami berkata : Allah mengembalikan kebahagiaan kepada hamba-Nya pada hari raya karena hari raya itu jatuh setelah puasa ramadan (pada Idul fitri) dan Ibadah Haji (pada Idul Adha) dimana keduanya menjadi sebab terampuninya dosa sedangkan pengampunan itu adalah salah satu faktor kebahagiaan terbesar. [Hasyiyah Al-Bujairami]

 

Syeikh Badruddin Al-Ayni berkata : ‘ied (hari raya) adalah “As-Surur al-A’id” (kegembiraan yang kembali), makanya dikatakan “Yaumul ied” seakan-akan maknanya adalah hari ied menjadi kegembiraan dan kebahagiaan buat kita. Shigat jamak (plural)nya adalah “A’yad” hal ini supaya berbeda dengan kata “A’wad” yang merupakan jamak dari kata “ud” (yang berarti kayu). [Umdatul Qari] padahal secara qiyas semestinya kata ied dijamakkan dengan kata “A’wad” karena merupakan “(ajwaf) wawi” [Tafsir Al-Alusy]

 

Syeikh Syatha berkata : “Hari selepas ramadhan menjadi hari raya (idul fitri) untuk semua ummat ini dikarenakan banyaknya pembebasan (dari api neraka) sebelumnya. Hal ini sebagaimana hari raya idul Adha yang dinamakan juga sebagai “Al-Idul Akbar” (hari raya besar) karena saking banyaknya pembebasan (dari api neraka) di hari arafah sebelumnya dan tidak ada pembebasan yang lebih banyak darinya, Maka barang siapa diberikan pembebasan sebelumnya maka dialah yang merayakan hari raya. Adapun orang yang tidak mendapatkan pembebasan maka dia sangat dijauhkan (dari rahmat-Nya) dan mendapatkan ancaman”. [I’anatut Thalibin]

 

Lantas bagaimana dengan hari jumat yang juga dinamakan sebagai ied? Sisi kebahagiaan dalam idul fitri dan hari jumat itu berbeda. Kalau idul fitri itu kembalinya kebahagiaan secara “Hissy” (kongkrit) sementara kebahagiaan pada hari jumat itu bersifat Syar’iy (syariat), yaitu berupa banyaknya aktifitas ritual, waktu mustajabah, dan lain lain. [Tuhfatul Muhtaj] Implikasinya adalah dianjurkannya mandi di hari raya, baik bagi orang yang hendak mendatangi shalat ied atau tidak, sementara kalau mandi hari jumat hanya dianjurkan kepada orang yang mau mendatangi shalat jum’at. Mengapa berbeda? Karena mandi pada hari ied bertujuan untuk berhias dan menampakkan kebahagiaan sementara mandi pada hari jumat bertujuan untuk membersihkan diri dan tidak mengganggu orang lain (dengan bau badan). [Mughnil Muhtaj]

 

Di momen hari raya, tidak hanya bahagia tapi juga kita dianjurkan untuk menampakkan kebahagiaan semisal dengan berpakaian yang bagus. Al-Baihaqi meriwayatkan :

كَانَ (اِبْن عُمَر) يَلْبَسُ أَحْسَنَ ثِيَابِهِ فِي اَلْعِيدَيْنِ

Ibnu Umar memakai pakaian terbaiknya pada dua hari raya [Fathul Bari]

Mengapa bahagia harus ditampakkan di hari ied? Karena menampakkan bahagia saat itu merupakan syiar. Ibnu Hajar al-Asqalani berkata :

انَّ إِظْهَارَ السُّرُورِ فِي الْأَعْيَادِ مِنْ شِعَارِ الدِّيْنِ

Sesungguhnya menampakkan kegembiraan di hari-hari raya merupakan bagian dari syiar agama Islam. [Fathul Bari]

 

Pertanyannya lagi, kalau kata ‘ied artinya kembali, memang kembali kemana? Kembali suci. Kok bisa? Iya, karena orang yang berpuasa akan diampuni dosa-dosanya. Sebagaimana pada hadits utama, Rasul SAW bersabda: “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. [HR Bukhari Muslim].

 

Hadits tersebut sebenarnya sudah cukup untuk menunjukkan pasca berpuasa di bulan ramadhan orang yang berpuasa itu disucikan dari dosa. Ada juga hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA dimana Rasul SAW bersabda: Orang yang  berpuasa akan diampuni pada akhir malam (dari bulan ramadhan). Ada yang bertanya : “Apakah malam itu adalah malam lailatul Qadar?”, Rasul Menjawab :

لَا وَلَكِنَّ الْعَامِلَ إِنَّمَا يُوَفَّى أَجْرُهُ إِذَا قَضَى عَمَلَهُ

 “Tidak, akan tetapi orang yang bekerja itu akan diberikan upahnya ketika ia telah selesai dari pekerjaannya”. [HR Ahmad]

 

Dan ada lagi riwayat dari Sahabat Aus Al-Anshari, Rasul bersabda : Ketika pagi hari pada hari raya telah tiba maka Malaikat berdiri di mulut-mulut gang, lalu mereka mengumumkan : “wahai kaum muslimin segeralah kalian berangkat pagi menuju tuhan yang maha pengasih yang memberikan anugerah kebaikan kepada kalian, lalu akan memberikan pahala yang besar, sungguh kalian telah diperintahkan puasa di siang hari, lalu kalian berpuasa dan kalian mentaati tuhan kalian, oleh karena itu terimalah anugerah hadiah untuk kalian!”, kemudian setelah mereka selesai melaksanakan Shalat Ied, maka ada seruan dari langit :

ارْجِعُوا إِلَى مَنَازِلِكُمْ رَاشِدِينَ ، قَدْ غُفِرَتْ ذُنُوبُكُمْ كُلُّهَا

“Kembalilah kalian ke tempat-tempat tinggal kalian dalam keadaan mendapat petunjuk kebenaran, sungguh telah diampuni dosa-dosa kalian semua”.

maka hari itu di langit disebut dengan “Yaumul Ja’izah” (hari anugerah).  [HR Thabrani]

 

Kata ‘ied artinya kembali, memang kembali kemana? Kembali ke fitri yang artinya tidak puasa atau berbuka. Ya karena makna fitri adalah demikian. Hal ini sebagaimana Rasul SAW bersabda :

الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ، وَالفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ

“Puasa (dilaksanakan pada) hari di mana kalian semua berpuasa. Dan berbuka (dilaksanakan pada) hari di mana kalian semua berbuka.” [HR Tirmidzi]

 

Itulah makanya sisi perbedaan hari raya idul fitri dan idul adha terletak pada wajibnya fitri (tidak berpuasa) atau larangan berpuasa pada hari tersebut. Sehingga ada yang menyatakan bahwa hari raya idul fitri menjadi hari raya kecil sementara idul adha menjadi hari raya besar ini merujuk kepada hari dilarang puasa. Kalau larangan puasa pada idul fitri berlaku hanya satu hari saja yaitu 1 syawwal sementara larangan puasa pada idul adha berlaku selama empat hari yaitu idul adha sendiri tanggal 10 Dzulhijjah, dan hari-hari tasyriq yang jatuh setelahnya yaitu tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk memperluas wawasan keagamaan sehingga tidak mudah untuk menyalahkan pemahaman orang lain bahkan khalayak ramai, selagi masih ada celah kemungkinan menuju kebenaran.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]