إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Tuesday, May 6, 2025

TEMPAT-TEMPAT MUSTAJABAH

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Amr RA, ia berkata :

رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُلْزِقُ وَجْهَهُ وَصَدْرَهُ بِالْمُلْتَزَمِ

Aku melihat Rasulullah saw menempelkan wajahnya dan dadanya ke Multazam. [HR Baihaqi]

 

Catatan Alvers

 

Di kawasan area haji dan umrah terdapat beberapa tempat mustajabah. Al-Hasan Al-Bashri berkata  : sesunguhnya doa di sana itu mustajabah pada 15 “maudli’an” (tempat) yaitu : 1) (Area) thawaf, 2) Multazam, 3) Di bawah mizab (Talang emas), 4) Di dalam baitullah, 5) Di dekat (sumur) Zam-zam, 6) Di atas bukit shafa, 7) Di atas bukit marwa 8) Ketika sa’i, 9) Di belakang Maqam Ibrahim, 10) Di Padang Arafah, 11) Di Muzdalifah, 12) Di Mina, 13) Jumrah Ula,14) Jumrah Wusta, 15) Jumrah Aqabah. [Hasyiyah Al-Idlah]

 

Pertama, (tempat) thawaf. Ibnu Hajar berpendapat bahwa tempat thawaf adalah semua area di dalam masjid. Jika seandainya masjidil haram diperluas sehingga area thawaf menjadi lebih luas maka tetap sah melakukan thawaf di area perluasan, hal ini karena masjidil haram yang sekarang ini jauh lebih luas dari pada yang ada di zaman Rasul SAW. Adapun dinding (proyek) yang mengelilingi ka’bah yang terkadang dipasang di sana maka itu tidak mengganggu keabsahan tahwaf. Begitu pula diperbolehkan thawaf di lantai 2 meskipun ada ulama yang mensyaratkan keberadaan lantai 2 tersebut tidak boleh lebih tinggi dari bangunan ka’bah, namun hal ini ditentang oleh imam Abul Qasim Ar-Rafi’i. Jika seseorang melakukan thawaf di luar masjid maka thawafnya tidak sah menurut kesepakatan ulama. [Idlah]

 

Kedua, Multazam. Dimanakah itu? Ibnu Abbas RA berkata :

هَذَا الْمُلْتَزَمُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْبَابِ

Ini adalah Multazam, terletak di antara rukun (pojok) Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. [Mushannaf Abdir Razzaq]

 

Mengapa disebut demikian? Ibnu Hajar berkata :

سُمِّيَ بذلك لأَنَّ النَّاس يَلْتَزمُونَهُ عنْدَ الدُّعَاءِ

Dinamakan demikian karena orang-orang melakukan “iltizam” (menempelkan badan) kepadanya ketika berdoa. [Al-Idlah]

 

Multazam merupakan tempat mustajabah untuk berdoa dan ditempat inilah kita disunnahkan untuk menempelkan dada seraya berdoa sebagaimana dilakukan oleh Rasul SAW sesuai keterangan Ibnu Amr pada hadits utama di atas. Ibnu Abbas berkata :

مَا بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْبَابِ يُدْعَى الْمُلْتَزَمَ لَا يَلْزَمُ مَا بَيْنَهُمَا أَحَدٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ

Diantara hajar aswad dan pintu kakbah dinamakan “multazam”. Tidaklah seseorang menempel pada multazam seraya berdoa kepada Allah melainkan Allah akan mengabulkan doanya. [HR Baihaqi]

 

Syu'aib berkata : Aku melaksanakan thawaf bersama Abdullah bin Amr RA, ketika sampai dibelakang Ka'bah aku berkata: apakah kamu tidak meminta perlindungan? Dia berkata; Kami berlindung kepada Allah dari Neraka. kemudian dia pergi hingga mengusap hajar aswad dan berdiri di antara rukun dan pintu Ka'bah lalu dia meletakkan dadanya, wajahnya, lengan dan telapak tangannya dengan membentangkannya demikian, kemudian Abdullah bin Amr RA berkata;

هَكَذَا رأَيْتُ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم يَفْعَلُهُ

beginilah aku melihat Rasulullah SAW melakukannya. [HR Abu Daud]

 

Selanjutnya adalah Maqam Ibrahim yaitu bangunan kecil yang memuat batu yang dulunya dibuat untuk pijakan Nabi Ibrahim AS sewaktu membangun Ka’bah, ia terletak sekitar 20 hasta di sebelah timur Ka’bah. Allah SWT memerintahkan agar di belakang tempat tersebut dijadikan tempat melaksanakan shalat sunnah dua reka’at thawaf. [Tafsir Jalalain] Allah SWT berfriman :

 وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ اِبْرٰهمَ مُصَلًّى

 “Jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat. [QS. Al-Baqarah : 125]

 

Qadli Iyadl meriwayatkan hadits :

مَنْ صَلَّى خَلْفَ الْمَقَامِ رَكْعَتَيْنِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ وَحُشِرَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْآمِنِيْنَ

Barang siapa yang shalat di belakang Maqam Ibrahim sebanyak dua rekaat maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang dan nanti di hari kiamat dikumpulkan sebagai bagian dari orang-orang yang aman. [As-Syifa Fi Huquqil Musthafa]

 

Mengenai sejarah maqam ibrahim, Ibn Abbas berkata : Suatu ketika Ibrahim berkata : ”Wahai Isma’il, sesungguhnya Allah menyuruhku dengan suatu perkara. Isma’il berkata : “Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan tuhanmu”. Ibrahim berkata : “Maukah kau membantuku?”. Isma’il menjawab ; “Aku akan membantumu”. Ibrahim berkata : “Sesungguhnya Allah memerintahkanku membangun di sini suatu rumah (Bait) -sembari memberi isyarah kepada suatu gundukan tanah yang tinggi melebihi sekitarnya-. Ibn Abbas berkata : “Maka disanalah mereka berdua meninggikan pondasi Baitullah. Kemudian mulailah Isma’il mendatangkan batu-batu sedang Ibrahim membangunnya sehingga ketika bangunan mulai tinggi ia datang dengan batu ini (Maqam Ibrahim) dan meletakkannya untuk Ibrahim, lalu Ibrahim pun berdiri di atasnya dan membangun (Ka’bah), sedang Isma’il menyodorkannya batu-batu dan mereka berdua berkata :

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Wahai Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [HR Bukhari]

 

Batu tersebut ternyata bukan sembarang batu, ia adalah bebatuan surga. Rasul SAW bersabda :

إِنَّ الرُّكْنَ وَالْمَقَامَ يَاقُوتَتَانِ مِنْ يَاقُوتِ الْجَنَّةِ طَمَسَ اللَّهُ نُورَهُمَا وَلَوْ لَمْ يَطْمِسْ نُورَهُمَا لَأَضَاءَتَا مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

Sesungguhnya Rukun dan Maqam (Ibrahim) adalah dua batu yakut dari yakut surga. Allah menghilangkan cahaya keduanya. Seandainya Allah tidak menghilangkan cahayanya, pasti sinarnya dapat menerangi antara timur dan barat. [HR Tirmidzi]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk mempelajari tempat-tempat bersejarah terlebih yang menjadi tempat doa mustajabah, sehingga satu ketika kita berada di sana kita semakin mantab dalam berdoa.

 

Sunday, April 27, 2025

KEBAIKAN HARTA


ONE DAY ONE HADITH

 

Dari ‘Amr bin Al-Ash RA, Rasulullah SAW bersabda :

نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ

"Sebaik-baiknya harta yang baik itu dimiliki orang shalih" [HR Ahmad].

 

Catatan Alvers

 

Suatu ketika ada orang datang kepada ‘Amr bin Al-Ash untuk menyuruhnya untuk menemui Rasul SAW dengan membawa pakaian dan senjata. Amr bergegas datang sementara beliau sedang berwudlu. Setelah selesai berwudlu, Rasul SAW menemuinya dan bersabda : “Aku ingin mengirim kamu untuk berperang bersama prajurit. Semoga Allah menyelamatkanmu, memberikan harta ghanimah dan aku berharap engkau mendapat harta.” ‘Amr berkata :

يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَسْلَمْتُ مِنْ أَجْلِ الْمَالِ وَلَكِنِّي أَسْلَمْتُ رَغْبَةً فِي الْإِسْلَامِ

“Wahai Rasulullah, Aku tidak memeluk Islam lantaran ingin mendapatkan harta, akan tetapi aku memeluk Islam karena Aku cinta pada Islam.”

“dan aku berharap bisa bersama-sama dengan Rasul SAW.” Lalu beliau bersabda dengan hadits utama : "Sebaik-baiknya harta yang baik itu dimiliki orang shalih" [HR Ahmad]

 

Demikianlah, harta jika dimiliki oleh orang shalih maka harta itu akan digunakan untuk kebaikan. Kata “Al-Khair” yang lazimnya dimaknai sebagai kebaikan di dalam Al-Qur’an banyak yang bermakna “Al-Mal” (harta). Harta disebut dalam bahasa Arab dengan “Al-Mal” yang artinya condong dan cinta, karena setiap orang pasti condong dan cinta kepada harta. Dan harta seyogyanya dibelanjakan untuk kebaikan (Al-Khair).

 

Hal ini sebagaimana yang terdapat pada firman Allah SWt :

كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ

Apabila salah seorang di antara kalian kedatangan (tanda-tanda) kematian, maka diwajibkan atas kalian jika meninggalkan “Khairan” (harta) untuk berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya dengan baik... [QS Al-Baqarah : 180]

 

Al-Qurtubi berkata :

اَلْخَيْرُ هُنَا اَلْمَالُ مِنْ غِيْرِ خِلَافٍ

Kata “Khairan” pada ayat ini bermakna “Al-mal” (harta) dengan tanpa ada perbedaan pendapat. [Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an]

 

Kata “Khair” di dalam Al-Qur’an yang bermakna harta juga ditemukan pada beberapa ayat lain, diantaranya adalah :

Pertama, “Al-Khair” yang terdapat pada firman Allah :

وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا

Dan tatkala manusia mendapatkan harta maka ia bakhil (dengan tidak menunaikan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah atas hartanya). [QS Al-Ma’arij] [Tafsir Jalalain]

 

Kedua, “Al-Khair” yang terdapat pada firman Allah :

وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ

Sungguh manusia itu sangat cinta pada “Al-Khair” (harta) [QS Al-Adiyat : 8] [Tafsir Jalalain]

 

Ketiga, “Al-Khair” yang terdapat pada firman Allah :

لَا يَسْأَمُ الْإِنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ

Manusia itu tidak henti-hentinya berdoa meminta “Al-Khair” (harta dan kesehatan) [QS Fushshilat : 49] [Tafsir Jalalain]

 

Keempat, “Al-Khair” yang terdapat pada firman Allah :

فَإِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوكُمْ بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ

 

dan apabila ketakutan telah hilang, mereka (orang kafir) mencaci kalian dengan lidah yang tajam, sedang mereka itu bakhil atas “Al-Khair” (harta ghanimah). [QS Al-Ahzab : 19] [Tafsir Jalalain]

 

Kelima, “Al-Khair” yang terdapat pada firman Allah :

وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ

Seandainya aku mengetahui hal ghaib niscaya aku akan banyak memiliki “Al-Khair” (harta) dan aku tidak akan tertimpa “As-Su’” (kefakiran). [QS Al-A’raf : 188] [Tafsir Ibnu Katsir]

 

Keenam, “Al-Khair” yang terdapat pada firman Allah :

فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَنْ ذِكْرِ رَبِّي

Ia (Nabi sulaiman) berkata : Aku cinta kepada “Al-Khair” (kuda) sehingga aku lalai mengingat tuhanku [QS Shad : 32] [Tafsir Jalalain]

Kuda adalah harta terbaik di zaman itu.

 

Maka dengan demikian, harta jika berada di tangan orang baik maka akan menjadi satu kebaikan sehingga memperbanyak harta itu artinya memperbanyak kebaikan. Pada suatu hari, Ibu dari Anas (yang bernama Ummu Sulaim) menyerahkan Anas yang masih kecil saat itu (Usia 10 tahun) untuk dijadikan pembantu Nabi SAW. Dan ketika itu Ummu Sulaim berkata : “Wahai Rasulallah, Mohon doakan kepada Allah untuk Anas, pembantumu” maka beliau berdoa :

 اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا أَعْطَيْتَهُ

Ya, Allah banyakkanlah harta dan anaknya (Anas) serta berkahilah dia pada apa yang Kau berikan kepadanya. [HR Bukhari]

 

Dan benarlah, di kemudian hari Anas menjadi orang kaya. Ia berkata :

فَوَاللَّهِ إِنَّ مَالِي لَكَثِيرٌ وَإِنَّ وَلَدِي وَوَلَدَ وَلَدِي لَيَتَعَادُّونَ عَلَى نَحْوِ الْمِائَةِ الْيَوْمَ

Demi Allah, hartaku sekarang sungguh banyak sekali, anak dan cucuku sekarang ini telah mencapai seratus orang lebih." [HR Muslim]

 

Jika harta itu merupakan kejelekan secara mutlak niscaya Nabi SAW tidak akan mendoakan Anas dengan banyak harta. Jadi hal ini menegaskan bahwa banyak harta merupakan satu kebaikan bagi orang shalih sebagaimana hadits utama di atas.

 

Nabi SAW melarang hasud (iri) kepada orang lain namun beliau menjelaskan bahwa hasud kepada orang shalih yang memiliki banyak harta itu diperbolehkan bahkan merupakan satu kebaikan. Beliau bersabda :

 لا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتاهُ اللهُ مالًا فَسُلِّطَ على هَلَكَتِهِ فِي الحَقِّ، وَرَجُلٌ آتاهُ اللَّهُ الحِكْمَةَ فهو يَقْضِي بها وَيُعَلِّمُها

“Tidak boleh hasud (ingin) kecuali dalam dua perkara. (Pertama), seseorang yang dikaruniai harta oleh Allah, kemudian ia membelanjakannya dalam kebenaran dan kebaikan dan orang yang dikaruniai akan ilmu pengetahuan oleh Allah,  kemudian ia  memberikan keputusan dengan ilmunya itu dan mengajarkannya.” [HR Bukhari]

 

Rasul SAW juga menganjurkan agar kita memiliki harta yang banyak sehingga bisa diwariskan kepada anak-anak kita. Rasul SAW pernah berpesan kepada Sa’d bin Abi Waqqash :

إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ

Sesungguhnya engkau meninggalkan ahli warismu dalam kondisi kaya itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam kondisi fakir dan meminta-minta kepada orang lain.”[HR Bukhari]

 

Jadi memiliki harta yang banyak bukanlah larangan, bahkan itu satu kebaikan bagi orang-orang shalih, orang-orang baik yang bisa memenuhi kewajiban pada hartanya dan menggunakannya untuk kebaikan pada keluarga dan orang-orang di sekitarnya.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa berusaha dan berdoa agar dijadikan sebagai orang shalih dan diberikan harta yang bisa digunakan untuk kebaikan dan membantu mereka yang membutuhkan.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]


Saturday, April 26, 2025

MENGATASI MASALAH TANPA MASALAH

ONE DAY ONE HADITH

 

Dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :

لَا تَغْضَبْ

“Jangan marah.” [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Setiap orang pasti punya masalah dan setiap orang pasti berusaha untuk mengatasi masalahnya. Dalam mengatasi masalah, setiap punya caranya masing-masing. Banyak di antara mereka mengatasi masalah dengan cara yang dapat menimbulkan masalah lain. Cara seperti ini tidak menyelesaikan masalah, namun memindah masalah. Cara terbaik dalam mengatasi masalah adalah seperti slogan pegadaian yaitu "Mengatasi Masalah Tanpa Masalah".

 

Apapun masalahnya, selesaikan dengan kepala dingin. Islam membebaskan manusia untuk mencari solusi dari setiap permasalahannya namun demikian prinsipnya adalah jauhi marah karena marah itu berasal dari setan dan kita tahu setaan akan mengajak manusia kepada keburukan. Ja’far bin Muhammad berkata:

اَلْغَضَبُ مِفْتَاحُ كُلِّ شَرٍّ

“Marah adalah kunci segala keburukan”. [Ihya Ulumiddin]

 

Sebaliknya, dengan kepala dingin (sabar dan tidak marah) maka akan banyak ide-ide yang bisa menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapinya layaknya air jika tenang, dingin dan tidak mendidih maka ia dapat memantukan gambar yang dihadapannya. Ada orang meminta kepada Abdullah ibnul Mubarak untuk mengumpulkan akhlak-akhlak yang terpuji dalam satu kalimat saja. Beliau berkata:

اُتْرُكِ الْغَضَبَ

“Tinggalkan kemarahan”. [Ihya Ulumiddin]

 

Tidak hanya mendatangkan solusi dari setiap masalah, sabar dan tidak marah menjadi sebab seseorang mendapat derajat mulia di sisi Allah SWT. Dahulu ada seorang nabi, ia berkata kepada pengikutnya :

مَنْ يَتَكَفَّلُ لِي أَنْ لَا يَغْضَبَ فَيَكُوْنُ مَعِي فِي دَرَجَتِي وَيَكُوْنُ بَعْدِي خَلِيْفَتِي؟

“Siapakah yang bisa menjamin untukku untuk tidak marah maka ia akan bersamaku pada kedudukanku dan ia kelak akan menjadi penggantiku?”

Seorang pemuda berkata : “Aku”. Nabi itu mengulangi lagi perkataannya dan pemuda tadi berkata : “Aku akan menepati jaminan itu”. Dan benarlah tatkala nabi itu meninggal dunia maka pemuda tersebut menjadi nabi penggantinya. Pemuda itu bernama Dzul Kifli (yang berarti orang yang menjamin), dinamakan demikian karena ia menjamin (untuk tidak) marah dan iapun menepatinya. [Ihya Ulumiddin]

 

Berikut adalah beberapa contoh masalah yang diatasi dengan sabar dan tidak marah sehingga masalahnya selesai tanpa masalah. Suatu ketika Ali bin Husein Zainal Abidin, Cucu Nabi Muhammad SAW keluar dari masjid lalu ada seorang lelaki langsung memaki kepadanya. Orang-orang yang ada di sekelilingnya marah namun ali menahan mereka. Ali lantas menemui lelaki tersebut dan berkata : “Ketahuilah, kejelekanku yang tersembunyi dan tak kau ketahui itu lebih banyak (daripada yang kau ketahui). Apakah kau punya kebutuhan yang bisa aku bantu?” Mendengar hal ini maka lelaki tersebut merasa malu (karena orang yang caci maki tidak marah malah menawarkan bantuan kepadanya). Lalu Ali memberikan baju kepadanya ditambah dengan uang sebanyak 1000 dirham (setara Rp. 60 Juta). Dan setelah kejadian itu, lelaki tersebut berkata :

أَشْهَدُ أَنَّكَ مِنْ أَوْلَادِ الْمُرْسَلِيْنَ

“Aku bersaksi bahwa engkau adalah keturunan Nabi”. [Tarikh Dimasyq]

 

Polemik nasab keturunan Nabi yang akhir-akhir ini terjadi menjadi berkepanjangan dan tak kunjung selesai boleh jadi karena masing-masing pihak marah dan tidak bersabar. Maka ada baiknya kisah di atas dijadikan alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah nasab.

 

Dan dalam lain kesempatan, ada seorang lelaki yang memaki-maki Ali bin Husein namun Ali mengabaikannya dan pura-pura tidak menyadari ada makian yang ditujukan kepadanya. Lelaki itupun mendekati Ali lalu berkata : Makianku aku tujukan kepadamu. Ali menjawab :

وَعَنْكَ أُغْضِي

Aku bersabar darimu. (Aku mengerti itu namun aku diam dan tidak membalasmu). [Tarikh Dimasyq]

 

Menahan sabar bisa mengantarkan seseorang meraih predikat taqwa, dimana itu adalah predikat yang tertinggi dan prestisius di sisi Allah SWT. Diriwayatkan bahwa seorang budak wanita berdiri untuk menuangkan ceret air untuk wudlu Ali bin Husein. Tanpa sengaja ceret itu terjatuh mengenai wajah Ali dan melukainya. Ali mengangkat kepalanya dan memandang budak tersebut (untuk memarahinya). Sang budak berkata : Sesungguhnya Allah berfirman “wal Kadziminal Ghaidh” (Dan orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang menahan amarahnya). Ali berkata : Aku tahan amarahku.  Sang budak berkata lagi : Allah berfirman “wal Afina Anin Nas” (dan orang-orang yang memaafkan). Ali berkata : Sungguh Allah memaafkanmu. Sang budak berkata lagi : Allah berfirman “Wallahu Yuhibbul Muhsinin”. (Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan). Ali berkata :

اِذهَبِي فَأَنْتِ حُرَّةٌ

“Pergilah, Kau telah aku merdekakan”. [Syu’abul Iman]

 

Hadapi marah dengan sabar dan jangan hadapi marah dengan marah. Marah itu sifat yang jelek dan jika itu muncul dari orang lain sedangkan kita membalasnya dengan kemarahan berarti kita dan dia sama-sama jeleknya. Jangan biarkan kita menjadi jelek karena bertemu dengan orang yang jelek. Dikisahkan dari Abdullah Bin Thahir, ia berkata : Aku sedang bercengkrama empat mata bersama Khalifah Al-Ma’mun. Lalu Sang Khalifah memanggil : “Wahai budak! Wahai budak!” dengan suara keras. Datanglah budak berkebangsaan turki dan ia berkata : “Apakah seorang budak itu tidak boleh makan, minum, wudlu atau shalat? Kenapa setiap aku keluar dari sisimu, engkau berteriak “Wahai budak!” sampai beberapa kali. (Mendengar perkataan kasar budak itu) sang khalifah menundukkan kepalanya untuk beberapa saat dan aku berpikir bahwa sang khalifah akan memerintahku untuk memenggal kepala budak itu. Dan ternyata khalifah berkata : Wahai Abdullah, jika seorang majikan baik akhlaknya maka budaknya jelek akhlaknya, jika seorang majikan buruk akhlaknya maka budaknya baik akhlaknya

فَلَا نَسْتَطِيْعُ أَنْ نُسِيْءَ أَخْلَاقَنَا لِتَحسُنَ أَخْلَاقُ خَدَمِنَا!

dan aku tidak akan menjadikan akhlakku jelek karena untuk menjadikan budakku baik akhlaknya!. [Rabi’ul Abrar]

 

Marah itu berasal dari setan maka bencilah sentan yang menjadi penyebab dari kemarahan itu, bukan orangnya. Ada seorang salafus shalih memiliki kuda kesayangan. Suatu ketika ada seorang lelaki mendatangi Fudlail bin Bazawan dan berkata : Si fulan telah membicarakan kejelekanmu. Fudlail berkata :

لَأَغِيْظَنَّ مَن أَمَرَهُ يَغْفِرُ اللَّهُ لِي وَلَهُ

“Sungguh aku akan marah kepada yang menyuruhnya melakukan hal itu. Semoga Allah memberi ampunan kepadaku dan kepada si Fulan”.

Lelaki itu bertanya : Memang siapakah yang menyuruh si fulan berbuat demikian? Fudlail menjawab : Setan. [Al-Wara’ Lil Imam Ahmad]

 

Pada satu hari ia menenukan kuda itu berjalan dengan tiga kakinya (sementara satu kakinya patah). Ia bertanya kepada budaknya : Siapakah yang melakukan ini (menjadikan kaki kudah patah)? Budak menjawab : Aku (yang melakukannya). Ia bertanya :  kenapa kau lakukan itu? Budak menjawab : Aku ingin melihatmu susah. Ia berkata : Sungguh aku akan membuat susah kepada yang memerintahkan hal ini (yaitu setan).

اذهَب فأنتَ حُرٌّ، والفَرَسُ لك

Pergilah, engkau aku merdekakan dan kuda itu kuberikan padamu. [Tanbihul Ghafilin, As-Samarqandi]

 

Marah akan menimbulkan masalah lain sementara sabar akan membuat satu masalah reda. Suatu ketika terjadi tidak cocokan antara Hasan bin Hasan dan Ali bin Husein. Hasan datang lalu berbicara (keburukan) kepada Ali panjang lebar dengan tidak menyisakan satu apapun. Sementara Ali hanya diam saja sampai Hasan pulang. Pada malam harinya, Ali mendatangi rumah Hasan dan Ali berkata :

يَا بْنَ عَمِّي، إِنْ كُنْتَ صَادِقًا فَغَفَرَ اللهُ لِي، وَإِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَغَفَرَ اللهُ لَكَ، اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ

“Wahai anak pamanku, Jika Engkau benar maka semoga Allah mengampuniku, dan jika Engkau salah maka semoga Allah mengampunimu, Keselamatan semoga senantiasa untukmu”.

(melihat kesabaran Ali) maka Hasan memeluk Ali sambil menangis dan berkata : Aku pastikan tidak akan mengulangi perbuatan yang tak kau sukai. Ali berkata : “Dan engkau bebas berkata apapun tentangku karena aku telah menghalalkannya”. [Shifatus Shafwah]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa bersabar dan menjauhi marah sebagaimana pesan Nabi SAW pada hadits utama di atas. Ketika ada masalah maka atasi masalah dengan tanpa marah niscaya Allah akan menganugerahkan solusi terbaik sehingga kita bisa mengatasi masalah tanpa masalah.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]