إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Monday, September 8, 2025

NABI JUGA MARAH

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr RA, Rasul SAW bersabda :

اكْتُبْ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا خَرَجَ مِنِّي إِلَّا حَقٌّ

“Tulislah, dan demi Dzat Yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, tidak ada yang keluar dari (mulut) ku kecuali kebenaran.” [HR Ahmad]

 

Catatan Alvers

 

Ketika melihat di medsos berita banyak orang marah hingga hingga membakar fasilitas umum dan ada juga yang marah lalu membunuh dan memutilasi maka terbesit dibenak saya, Apakah Rasul SAW juga marah? Bukankah marah itu dari setan? Kalau demikian, masak iya rasul marah?. Ya benar, memang marah itu dari setan. Rasul SAW bersabda :

إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ

Sesungguhnya marah itu dari setan. [HR Ahmad]

Dan beliau juga bersabda :

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ

Sesungguhnya setan itu berjalan lewat aliran darah  manusia. [HR Bukhari]

 

Kalau demikian, masak iya rasul marah?. Ya, Rasul SAW juga marah. Beliau sendiri mengakui hal itu. Abdullah bin Amr berkata : Aku selalu menulis segala sesuatu yang aku dengar dari Rasul SAW untuk aku hafalkan, namun orang-orang quraisy melarangnya dan berkata :Akankah kau menulis segala sesuatu dari Rasul SAW dalam kondisi beliau marah dan ridla?.” Maka akupun berhenti menulis sampai aku ceritakan hal itu langsung kepada beliau, dan Rasul SAW bersabda pada hadits utama di atas :  “Tulislah, dan demi Dzat Yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, tidak ada yang keluar dari (mulut)ku kecuali kebenaran.” [HR Ahmad]

 

Jadi dalam hadits tersebut Rasul tidak menolak kalau diri beliau juga marah namun beliau menegaskan bahwa meskipun dalam kondisi marah, beliau tetap dapat menguasai diri sehingga tetap mengucapkan kebenaran dan layak untuk ditulis.

 

Lantas bagaimana dengan kedatangan setan? Apa beliau juga didatangi setan karena marah itu dari setan?. Begini, Siti Aisyah RA pernah cemburu karena menemui Rasul SAW keluar dari kediamannya pada suatu malam. Melihat kecemburuan Aisyah maka Rasul bertanya : "Apa setanmu mendatangimu?" Aisyah balik bertanya: Wahai Rasulullah, apakah ada setan mendatangiku ? Beliau menjawab: "Ya." Aisyah bertanya: Apakah setan juga mendatangi semua manusia? Beliau menjawab: "Ya." Aisyah bertanya: Apakah setan juga mendatangimu? Beliau menjawab:

نَعَمْ وَلَكِنْ رَبِّي أَعَانَنِي عَلَيْهِ حَتَّى أَسْلَمَ

"Ya, hanya saja tuhanku menolongku mengalahkannya hingga ia masuk Islam." [HR Muslim]

 

Rasul SAW tahu kapan Siti Aisyah marah. Rasul SAW pernah memberitahukan hal itu kepada Aisyah : "Sesungguhnya aku tahu kapan kau ridla kepadaku dan kapan kau marah kepadaku." 'Aisyah bertanya: "Dari mana Anda mengetahui hal itu?" Maka beliau menjawab:

أَمَّا إِذَا كُنْتِ عَنِّي رَاضِيَةً فَإِنَّكِ تَقُولِينَ لَا وَرَبِّ مُحَمَّدٍ وَإِذَا كُنْتِ عَلَيَّ غَضْبَى قُلْتِ لَا وَرَبِّ إِبْرَاهِيمَ

"Jika kau ridla kepadaku maka kau berkata: 'Tidak, demi Rabb Muhammad' namun bila kau sedang marah kepadaku, maka kau berkata: 'Tidak, demi Rabb Ibrahim."

Aisyah berkata : "Iya benar, Demi Allah wahai Rasulullah, aku tidak meninggalkan dirimu melainkan hanya namamu saja." [HR Bukhari]

 

Dan sebaliknya, Aisyah juga tahu kapan Rasul SAW itu marah. Aisyah berkata :

وَاللَّهِ مَا انْتَقَمَ لِنَفْسِهِ فِي شَيْءٍ يُؤْتَى إِلَيْهِ قَطُّ حَتَّى تُنْتَهَكَ حُرُمَاتُ اللَّهِ فَيَنْتَقِمُ لِلَّهِ

"Demi Allah, beliau tidak pernah marah karena urusan pribadi yang menimpanya, tapi jika larangan Allah dilanggar maka beliau menjadi marah karena Allah. [HR Bukhari]

Dan dalam kitab As-Syama’il Al-Muhammadiyah, Aisyah berkata :

فَإِذَا انْتُهِكَ مِنْ مَحَارِمِ اللهِ شَيْءٌ كَانَ مِنْ أَشَدِّهِمْ فِي ذَلِكَ غَضَبًا

“Maka apabila sesuatu dari larangan-larangan Allah dilanggar, beliau adalah orang yang paling keras kemarahannya dalam hal itu. [HR Tirmidzi]

 

Satu contoh ketika orang-orang Quraisy melobi Rasul SAW agar wanita Makhzumiyah yang ketahuan mencuri tidak dijatuhi hukuman, maka beliau berdiri dan berkhutbah : "Orang-orang dahulu sebelum kalian mereka itu rusak karena (tidak menegakkan humu) kika orang terpandang mereka mencuri, mereka tidak menghukumnya, namun jika orang lemah mencuri maka mereka menegakkan hukum (potong tangan).

وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا

Demi Allah, sekiranya Fatimah putri Muhammad mencuri, sungguh aku akan memotong tangannya." [HR Bukhari]

 

Meskipun demikian, Allah mendidik agar semarah apapun beliau tetap menghadapi masalah dengan sabar dan tidak hilang kendali. Beliau pernah khilaf dengan menghukumi celaka orang-orang yang melukainya. Imam Muslim meriwayatkan bahwa ketika perang uhud gigi geraham Nabi SAW patah dan beliau mengalami luka di kepala, lalu beliau mengusap darah dari wajahnya sambil berdoa : “Bagaimana bisa beruntung suatu kaum yang telah melukai Nabi mereka dan mematahkan gigi serinya, padahal ia mengajak mereka kepada Allah?” Lalu Allah menurunkan ayat :

لَيْسَ لَكَ مِنْ الْأَمْرِ شَيْءٌ

Itu sama sekali bukan urusanmu. [QS Ali Imran : 128]

 

Allah memberikan teguran kepada beliau agar tidak menghakimi mereka ke depannya dengan tidak beruntung. Di kemudian hari mereka masuk Islam dan bertaubat ataukah mereka diadzab karena kedzaliman mereka, itu semua urusan Allah. Dengan ini Allah memerintah beliau untuk bersabar atas apa yang mereka lakukan dengan tidak menghakimi mereka atau mendoakan celaka. Dalam Tafsir jalalain disebutkan : maka bersabarlah!.

 

Beliau juga pernah dituduh berbuat tidak adil. Pada waktu perang Hunain, Rasul membagi-bagikan harta ghanimah lalu ada orang berkata : Demi Allah ini adalah pembagian yang tidak adil dan tidak karena Allah. Mendengar hal ini maka Rasul SAW marah (namun tetap terkendali) lalu bersabda : Siapakah yang bisa berbuat adil jika Allah dan Rasul-Nya tidak adil.

رَحِمَ اللَّهُ مُوسَى قَدْ أُوذِيَ بِأَكْثَرَ مِنْ هَذَا فَصَبَرَ

Semoga Allah merahmati Musa karena ia lebih banyak disakiti dari pada ucapan ini namun ia bersabar. [HR Bukhari]

 

Maka semarah apapun, beliau tidak sampai marah membabi buta dengan memukul orang yang dimarahi. Aisyah berkata : “Rasul SAW tidak pernah memukul sesuatu pun dengan tangannya, tidak pula seorang wanita, dan tidak pula seorang pelayan, kecuali dalam berjihad di jalan Allah.” [HR Muslim]

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk tetap berkepala dingin saat marah sehingga tidak sampai menyerang secara membabi buta dengan meniru akhlak indah Nabi SAW.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani

Ayo Mondok! Mondok itu Keren!

WA Auto Respon :  0858-2222-1979

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

GURU BEBAN NEGARA? #8

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasul SAW bersabda :

إِنَّ أَحَقَّ مَا أَخَذْتُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا كِتَابُ اللَّهِ

“Sesungguhnya yang paling baik untuk kalian ambil upahnya adalah (mengajar) Al-Qur’an.” [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Viral di medsos potongan video Menkeu yang menyebut 'guru itu beban negara' yang belakangan disebut sebagai hasil deepfake atau AI. [detik com] Disusul dengan Viralnya potongan video Menag yang menyatakan 'Kalau Mau Cari Uang, Jangan Jadi Guru.' namun akhirnya ia minta maaf. [tempo co] Kalau direnungkan statement tersebut benar namun karena konteks saat itu maka disalahpahami bahwa negara enggan membiayai guru ditengah gaya hidup para pejabat yang hedon dan tunjangan yang terus dinaikkan sehingga hal itu memicu protes.

 

Statement pertama, guru itu beban negara benarkah? Dalam artian pendidikan itu dibiayai oleh negara? Dalam Pasal 31 Ayat 1 UUD 1945 dinyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tertera pada Pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Imam Ghazali berkata : “Setiap orang yang mengemban tugas dengan kemaslahatan yang kembali kepada kaum Muslimin (seperti para guru), dan jika dia bekerja maka dia tidak bisa melaksanakan tugas (mengajar) nya,

فَلَهُ فِي بَيْتِ الْمَالِ حَقُّ الْكِفَايَةِ

maka dia berhak mendapat biaya yang cukup dari kas negara”. [Ihya Ulumiddin]

 

Dalam statement yang valid, menkeu berkata : Ini (Memberi gaji guru yang layak) juga salah satu tantangan bagi keuangan negara. Apakah semuanya harus keuangan negara ataukah ada partisipasi dari masyarakat?.” Al-Qurtubi berkata : Dalam hal ini, wajib bagi imam (pemimpin) untuk memberi bantuan bagi guru demi menegakkan agama. Jika (negara) tidak (mampu), maka kewajiban itu berpindah kepada kaum Muslimin. Sebagaimana Abu Bakar ash-Shiddiq RA. ketika diangkat menjadi khalifah, beliau tidak memiliki apa pun untuk menafkahi keluarganya, maka beliau mengambil pakaian dan pergi (untuk menjualnya) ke pasar. Lalu orang-orang berkata kepadanya tentang hal itu, dan beliau menjawab: 'Lalu dari mana aku menafkahi keluargaku?' Maka mereka pun mengembalikannya dan menetapkan nafkah yang mencukupi untuknya." [Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an]

 

Statement kedua, Kalau Mau Cari Uang, Jangan Jadi Guru. Benarkah demikian? Apakah seorang pengajar tidak boleh menerima upah? Sebelum membahas lebih lanjut mari kita lihat narasi lengkapnya supaya tidak gagal paham. "Profesi guru adalah jalan panjang menuju keberkahan dan amal jariah yang tak terputus. Banggalah menjadi seorang guru, jangan minder. Rezekinya Insyaallah, makanya jangan ikut-ikutan kayak pedagang yang memang tujuannya mencari uang. Kalau niatnya cari uang, jangan jadi guru, tapi jadi pedagang. [tempo co]

 

Imam Al-Qurtubi berkata : Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum menerima upah atas pengajaran Al-Qur'an dan ilmu atau semisalnya. Az-Zuhri dan para ulama dari mazhab ar-ra’y (pendapat) melarang hal tersebut karena mengajar itu kewajiban yang membutuhkan niat mendekatkan diri kepada Allah dan keikhlasan. Maka tidak boleh mengambil upah sebagaimana halnya shalat dan puasa. Dan Allah SWT berfirman :

وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ

Janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga murah dan bertakwalah kepada-Ku [QS Al-Baqarah : 41]

 

Sedangkan Imam Malik, Syafi’i, Ahmad, Abu Tsaur dan mayoritas ulama memperbolehkan mengambil upah atas kegiatan mengajar al-Qur’an. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW, tentang ruqyah : “Sesungguhnya yang paling baik untuk kalian ambil upah adalah (mengajar) Al-Qur’an.” [HR Bukhari] Ini adalah dali yang jelas yang dapat menghilangkan perbedaan pendapat sehingga seyogyanya ia dapat dijadikan acuan”. [Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an]

 

Asbabul Wurudnya adalah beberapa sahabat melewati sumber mata air dimana terdapat orang yang tersengat binatang berbisa, lalu salah seorang yang bertempat tinggal di sumber mata air tersebut datang dan berkata: "Adakah di antara kalian seseorang yang pandai meruqyah? Karena di tempat tinggal dekat sumber mata air ada seseorang yang tersengat binatang berbisa." Lalu salah seorang sahabat Nabi pergi ke tempat tersebut dan membacakan al-fatihah dengan upah seekor kambing. Ternyata orang yang tersengat tadi sembuh, maka sahabat tersebut membawa kambing itu kepada teman-temannya. Namun teman-temannya tidak suka dengan hal itu, mereka berkata: "Kamu mengambil upah atas kitabullah?" setelah mereka tiba di Madinah, mereka berkata: "Wahai Rasulullah, dia mengambil upah atas kitabullah." Maka Rasulullah SAW bersabda dengan hadits tersebut, yaitu : "Sesungguhnya upah yang paling berhak kalian ambil adalah upah karena (mengajarkan) kitabullah."[HR Bukhari]

 

Terdapat hadits ruqyah lain yang diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri dimana sahabat meruqyah pemimpin satu kaum dan mendapat imbalan sebanyak 30 ekor kambing namun sahabat itu menolaknya sehingga bertanya dahulu tentang hukumnya kepada Nabi dan setelah sampai di hadapan Nabi dengan menanyakan perihal tersebut, Beliau bersabda :

خُذُوا مِنْهُمْ وَاضْرِبُوا لِي بِسَهْمٍ مَعَكُمْ

Ambillah kambing-kambing itu dari mereka dan berilah aku sebagiannya bersama kalian.” [HR Bukhari dan Muslim]

 

Imam Nawawi menjelaskan : Hadits ini adalah pernyataan tegas tentang bolehnya mengambil upah atas ruqyah dengan surat Al-Fatihah dan dzikir, dan bahwa hal itu hukumnya halal serta tidak makruh. Demikian pula halnya dengan mengambil upah atas pengajaran Al-Qur’an… Dan sabda Nabi : berilah aku sebagiannya (dari kambing-kambing itu) beliau mengucapkannya untuk menyenangkan hati mereka, dan sebagai penegasan bahwa hal itu halal tanpa syubhat sedikitpun. [Syarah Muslim]

 

Demikian pula tatkala ada seorang sahabat yang hendak menikah namun ia tidak memiliki mahar walau cincin dari besi sakalipun, maka ia menawarkan beberapa surat dari Qur’an yang dihafalnya maka Rasul SAW bersabda :

اذْهَبْ فَقَدْ مَلَّكْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ

Pergilah, sungguh aku telah mengijinkanmu menikah dengan wanita itu dengan mahar berupa bacaan Al-quran yang kau miliki. [HR Bukhari]

Imam nawawi berkata : Hadits ini merupakan dalil diperbolehkannya mahar berupa mengajarkan Al-Qur’an dan bolehnya memberi upah atas mengajarkan Al-Quran. [Syarah An-Nawawi] Mengapa demikian? Karena dalam fiqih, mahar itu disyaratkan harus berupa sesuatu yang bernilai (bisa diperjual belikan) sehingga kalau mengajar Qur’an itu bisa dijadikan mahar itu artinya mengajar Quran itu merupakan sesuatu yang bernilai dan berharga.

 

Sekedar pelengkap, ada pendapat ketiga yaitu As-Sya‘bi berkata : “Seorang guru tidak boleh menetapkan syarat (upah), tetapi jika diberi sesuatu, maka hendaknya ia menerimanya." [Fathul Bari] Dan tersisa pertanyaan, apakah guru jika ia mendapat gaji maka ia masih mendapatkan pahala? Imam Ghazali berkata :

كُلُّ عِبَادَةٍ وَقَعَ فِيهَا تَشْرِيكٌ فَإِنَّ فَاعِلَهَا يُثَابُ عَلَيْهَا إِنْ غَلَبَ الْأُخْرَوِيُّ

Setiap ibadah yang di dalamnya terdapat pencampuran niat (antara dunia dan akhirat), maka pelakunya tetap mendapat pahala jika niat akhiratnya lebih dominan. [Hasyiatani Al-Qalyubi Wa Umayrah]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa bekerja sesuai aturan syariat dan tetap menjaga nilai-nilai keikhlasan supaya tetap mendapatkan pahala kelak di akhirat.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani

Ayo Mondok! Mondok itu Keren!

WA Auto Respon :  0858-2222-1979

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Saturday, September 6, 2025

SOUND HOREG-NYA MALAIKAT #8

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, Rasul SAW bersabda :

لَا تَدْخُلُوا عَلَى هَؤُلَاءِ الْمُعَذَّبِينَ إِلَّا أَنْ تَكُونُوا بَاكِينَ أَنْ يُصِيبَكُمْ مِثْلُ مَا أَصَابَهُمْ

Janganlah kalian memasuki daerahnya umat (terdahulu) yang diadzab kecuali sambil menangis karena dikhawatirkan adzab yang menimpa mereka akan menimpa kalian. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Saya mendengar ada anak kecil berlari sambil bernyanyi “Aku suka nonton sound horeg...” lalu karena penasaran maka saya googling ternyata memang ada lagunya. Liriknya adalah “Aku suka nonton sound horeg. Berangkat normal pulangnya budeg. Getaran sound nafas jadi sesek. Tapi aku suka nonton sound horeg”. Saya pikir-pikir muculnya lagu ini sesuai dengan pepatah Arab “Kullu Mamnu’ marghub” (Setiap perkara yang dilarang itu disukai).

 

Benarlah apa yang disabdakan oleh Rasul SAW :

حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ

Kecintaanmu kepada sesuatu membikinmu buta dan tuli . [HR Ahmad]

Dan dalam pepatah barat dikatakan “Love Is Blind” (Cinta itu buta). Mereka sudah mengerti bahwa sound horeg itu berbahaya namun tetap saja mereka menyukainya. Dalam lirik lagu disebutkan “Berangkat normal pulangnya budeg. Getaran sound nafas jadi sesek. Wanita hamil jangan coba datang. Kena getarnya bisa melahirkan. Bisa ngancurin kaca dan genteng. Getaran bukan kaleng-kaleng. Kalau nggak bikin budeg bukan sound horeg.”

 

Sebagai gambaran, tingkat kebisingan dari percakapan biasa adalah 60 dB, lalu lintas sangat ramai, vacuum cleaner, alarm jam adalah 70 dB, bor tangan adalah 100 dB, suara maksimal MP3 player headset 110 dB. [Hellosehat com] Sedangkan sound horeg bisa mencapai lebih dari 135 dB.[kompas com] Telinga manusia adalah organ yang sangat peka. Pada saat mendengarkan kebisingan yang memasuki telinga maka gendang telinga akan bergetar dan getaran tersebut dapat mencapai koklea (rumah siput). Pendengaran akan rusak akibat sel-sel rambut di sekitar koklea hancur. [Hellosehat com] jadi wajar saja lirik lagunya berbunyi “Berangkat normal pulangnya budeg. Getaran sound nafas jadi sesek”. Ini adalah efek sound horeg hasil settingan manusia.

 

Jika “sound” artinya suara dan “horeg” artinya bergetar maka saya jadi teringat kisah suara yang menggelegar yang menggetarkan kaum terdahulu yaitu Kaum Tsamud sebagai adzab yang disebut dengan “Shayhah”. Inilah sound horeg hasil settingannya Malaikat yang tidak hanya membuat budeg tapi membuat manusia mati bergelimpangan. Dalam al-Qur’an, Allah SWT berfirman :

وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ

“Shayhah” (Suara yang menggelegar) menimpa orang-orang dzalim itu (Kaum Tsamud), sehingga mereka mati bergelimpangan di rumah-rumah mereka.  [QS Hud : 68]

 

Jika sound horeg hasil settingan manusia bisa membuat jantung berdebar maka sound horeg malaikat itu bisa membikin jantung copot. Al-Qurtubi menjelaskan efek syaihah :

فَتَقَطَّعَتْ قُلُوْبُهُمْ وَمَاتُوا

Remuklah jantung mereka dan merekapun mati. [Tafsir Al-Qurtubi]

Di samping “Shayhah”, Ada juga “Rajfah”. Allah SWT berfirman :

فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ

Mereka (Kaum Tsamud) tertimpa “Rajfah” [QS Hud : 68]

Al-Qurtubi menafsirinya dengan gempa yang dahsyat. Dan ada juga yang menafsiri :

كاَنَتْ صَيْحَةً شَدِيْدَةً خَلَعَتْ قُلُوْبَهُمْ

“Rajfah” itu berupa suara yang sangat keras yang membikin jantung mereka copot. [Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an]

 

Dengan demikian adzab yang ditimpakan kepada kaum Tsamud adalah suara yang keras yang dari kerasnya suara itu tidak hanya jantung menjadi berdebar akan tetapi jantung menjadi copot dan pecah berantakan hingga orangnya mati, tidak hanya membikin getar kaca jendela hingga pecah dan genteng runtuh akan tetapi membikin bumi bergetar “horeg” sehingga terjadi gempa dahsyat. Jika kebisingan sound horeg manusia bisa mencapai 135 dB lantas berapa dB sound horeg malaikat itu? Bisa jadi mencapai ribuan desibel, Wallahu Ta’ala A’lam. Dan suara keras tersebut berasal dari malaikat jibril. Al-Qurtubi berkata : “Dalam kitab-kitab tafsir disebutkan bahwa Jibrīl AS berteriak kepada mereka dengan satu teriakan, bersama angin yang dengannya Allah Ta‘ala membinasakan mereka, maka mereka semuanya mati tanpa tersisa.” [Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an]

 

Lalu apa yang membikin kaum Tsamud di adzab dengan suara keras? Jabir RA berkata: Ketika Rasul SAW melewati al-Hijr (daerahnya kaum Tsamud), beliau bersabda:

لَا تَسْأَلُوا الْآيَاتِ وَقَدْ سَأَلَهَا قَوْمُ صَالِحٍ

“Janganlah kalian meminta-minta ditunjukkan mukjizat, sungguh kaumnya Nabi Shalih (kaum tsamud) telah memintanya”. [HR Ahmad]

 

Al-Quran mengisahkan apa saja yang dikatakan kaum Tsamud kepada Nabi Shalih, Allah SWT berfirman :

قَالُوا إِنَّمَا أَنْتَ مِنَ الْمُسَحَّرِينَ. مَا أَنْتَ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا فَأْتِ بِآيَةٍ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ

Mereka (kaum Tsamud) berkata : "Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir. Kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami; maka datangkanlah suatu tanda (mukjizat) jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar". [QS As-Syuara’ : 153-154]

 

Dalam lanjutan hadits, Nabi SAW bersabda : “Unta (mukjizat Nabi Shalih) itu dahulu datang dengan melewati celah lembah ini, dan kembalinya melewati celah lembah itu. Namun mereka membangkang terhadap perintah Tuhan mereka, lalu mereka menyembelih unta itu. Unta itu minum air mereka sehari, dan mereka minum susu dari unta tersebut sehari setelahnya (dan seterusnya). Lalu mereka menyembelihnya, maka datanglah kepada mereka suara keras sehingga Allah mematikan semua yang berada di bawah langit dari mereka, kecuali seorang laki-laki yang berada di dalam tanah ḥaram Allah. Ada yang bertanya: “Siapa dia wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dia adalah Abu Righal. Namun ketika ia keluar dari tanah ḥaram, ia pun ditimpa azab yang menimpa kaumnya.” [HR Ahmad]

 

Dari pentingnya kisah ini, nama daerah yang pernah ditinggali kaum Tsamud menjadi salah satu nama surat dalam Al-Qur’an yaitu surat Al-Hijr. Ia adalah nama sebuah daerah pegunungan yang terletak di pinggir jalan antara Madinah dan Syam (Suriah). [Wikipedia] Dan ketika melewati daerah Al-Hijr ini, Rasul SAW berpesan kepada para sahabat pada hadits utama di atas, yaitu : “Janganlah kalian memasuki daerahnya umat (terdahulu) yang diadzab kecuali sambil menangis karena dikhawatirkan adzab yang menimpa mereka akan menimpa kalian”. [HR Bukhari]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa taat kepada perintah Allah dan tidak menentang aturan-Nya dengan perasaan takut adzab Allah yang menimpa ummat terdahulu akan ditimpakan juga kepada kita. Wal Iyadzu Billah.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani

Ayo Mondok! Mondok itu Keren!

WA Auto Respon :  0858-2222-1979

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]