ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib RA, Rasul SAW
Bersabda :
مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ
وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
“Kuncinya
shalat adalah bersuci, pengharamnya adalah takbir dan penghalalnya adalah
salam”. [HR Abu Dawud]
Catatan Alvers
Dalam islam sering kita jumpai kata salam. Salam
ketika berada di dalam shalat dan salam juga ketika di luar shalat. Salam itu
artinya selamat, aman, damai. Surga disebut dengan darus salam karena surga
merupakan tempat yang aman dan damai. Dan “Tahiyyatuhum fiha salam”
(penghormatan ahli surga adalah salam). Allah juga disebut dengan nama “As-Salam”
karena Allah adalah sumber dari semua keselamatan. Dari kata salam, muncul kata
Islam dan orangnya disebut dengan muslim sedangkan perbuatannya adalah
menebarkan salam. Siapakah muslim itu? Sesuai makna tadi, muslim adalah orang
yang memberikan keselamatan, kedamaian dan tidak mengganggu orang lain. Nabi
SAW bersabda :
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ
مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Orang muslim itu adalah orang yang mana orang muslim
lainnya selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya.” [HR Bukhari]
Barometer keislaman seseorang bukan dilihat dari
seberapa lama shalatnya, seberapa sering puasanya dan seberapa banyak
sedekahnya. Bukan itu, akan tetapi seberapa aman dan damai dengan orang lain
setelah ia shalat dan puasa. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa ada seseorang
bertanya : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya fulanah (seorang wanita) rajin
mendirikan shalat malam, gemar puasa di siang hari, mengerjakan (kebaikan) dan
bersedekah namun ia menyakiti tetangganya dengan ucapannya. (Maka bagaimanakah
statusnya dia?)” Rasulullah SAW menjawab :
لَا خَيْرَ فِيهَا هِيَ مِنْ أَهْلِ
النَّارِ
“Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk penghuni
neraka.”
Dan ada yang bertanya lagi: “Fulanah (wanita lainnya)
mengerjakan shalat wajib, dan bersedekah dengan beberapa kerat keju (sedikit),
tapi dia tidak menyakiti seorang pun.”
Rasulullah SAW menjawab :
هِيَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Dia adalah penghuni surga. [Adabul Mufrad]
Dari uraian ini kiranya tidak pas kalau label teroris
disematkan kepada orang muslim. Dari berbagai sisi tidak ada relevansinya sama
sekali. Orang bijak berkata : “Aku adalah muslim. aku bangga menjadi Muslim
karena sejarah telah membuktikan bahwa: Bukan muslim yang memulai perang dunia
pertama.
Bukan muslim yang memulai perang dunia kedua. Bukan
muslim yang menghancurkan “nagasaki” dan “hiroshima” dengan menggunakan bom
atom.
Bukan muslim yang membunuh 200 juta orang indian di
Amerika Utara. Bukan muslim yang menghabisi 80 juta orang indian di Amerika
Selatan. Bukan muslim yang menghabisi 90 juta orang aborigin di Australia.
Bukan muslim yang mengambil 180 juta orang afrika sebagai budak dan membuang
70% dari mereka yang meninggal ke laut atlantik. Bukan muslim yang menjajah
negara Indonesia, Boznia, Afghanistan, Eithopia, Palestina, Irak dan negara
lainnya”.[fb islampos]
Salam merupakan
ajaran pertama yang sampaikan Allah kepada Nabi Adam. Rasul SAW bersabda : “Tatkala
Allah menciptakan Adam dan meniupkan ruh kepadanya, Adam kemudian bersin, lalu
mengucap, ‘Alhamdulillah.’ Ia memuji Allah berkat perkenan-Nya. Dijawab oleh
Allah, ‘Yarhamukallah’
(Allah merahmatimu). “Wahai Adam pergilah
engkau kepada para malaikat, yang di antara mereka ada yang sedang duduk. Lalu
ucapkanlah, ‘Assalâmu‘alaikum.” Para
malaikat pun menjawab, ‘Wa‘alaikassalâm warahmatullâh’ Setelah itu, Adam
kembali dan Tuhannya menyampaikan :
إِنَّ هَذِهِ تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ بَنِيكَ
بَيْنَهُمْ
‘Itu adalah salam penghormatanmu dan salam
penghormatan keturunanmu di antara mereka’” [HR Tirmidzi].
Dalam Islam, salam itu sangatlah penting. Saya bisa
katakan : “Orang islam tak bisa hidup tanpa salam”. Mengapa demikian? Ya,
pertama, orang islam itu harus shalat. Nabi SAW bersabda :
العَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ
الصَّلاَةُ ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Perjanjian yang mengikat antara kita dan mereka
adalah shalat, maka siapa saja yang meninggalkan shalat, sungguh ia telah
kufur.” [HR Tirmidzi]
Dan sahabat Umar
RA berkata :
لاَ إِسْلاَمَ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ
“Orang yang meninggalkan shalat bukanlah muslim.
[Fathul Bari]
Kedua, ketika shalat seseorang harus memulai dengan
takbiratul ihram dan mengakhirinya dengan salam. Dalam hadits utama dinyatakan
: “Kuncinya shalat adalah bersuci, pengharamnya adalah takbir (takbiratul
ihram) dan penghalalnya adalah salam”. [HR Abu Dawud] Apa maksud dari
pengharamnya dan penghalalnya? Takbiratul ihram, takbir maksudnya membaca
takbir untuk memulai shalat dan ihram artinya mengharamkan. Mengharamkan apa?
Mengharamkan apa-apa yang sebelumnya halal untuknya, misalnya makan dan minum.
Ibnu Malik berkata :
لِأَنَّ التَّكْبِير يُحَرِّم مَا كَانَ
حَلَالًا فِي خَارِجهَا
Hal itu dikarenakan takbir (takbiratul ihram)
menjadikan haram atas hal-hal yang sebelumnya halal di luar shalat."
[Awnul Ma’bud]
Jadi orang yang shalat ia tidak boleh makan dan minum
sampai ia selesai dari shalatnya dan selesainya shalat itu dengan melakukan salam. Maka kedudukan salam itu
seperti tahallul dalam ibadah haji dan umrah. Ibnu Malik berkata :
وَالتَّسْلِيم يُحَلِّل مَا كَانَ حَرَامًا
فِيهَا
dan salam (penutup shalat) menjadikan halal atas
hal-hal yang sebelumnya haram di dalam shalat." [Awnul Ma’bud]
Jadi jika tidak ada salam, maka seseorang akan terus
berada dalam keadaan shalat sehingga ia tidak boleh makan dan minum. Jika
seseorang tidak makan dan minum maka ia akan mati. Jadi disinilah pentingnya
salam.
Masuk? Masuk? Sampai di sini paham ya!.
Ketika dalam
keadaan shalat, seseorang membina hubungan dengan tuhannya “Hablum Minallah”
sehingga dikatakan bahwa shalat itu adalah mi’rajnya seorang mukmin. Ia
meninggalkan aktifitas duniawi, tidak makan dan tidak minum serta tidak
bertegur sapa dengan orang lain bahkan yang ada di sebelahnya. Namun bagian
akhir dari shalat sebagai pertanda selesai shalatnya maka ia membaca salam sambil
menoleh ke kenan dan ke kiri. Ini adalah simbol dari “Hablum minan nas” hubungan
baik dengan sesama. Dalam sebuah “tanbihun” dalam kitab fathul muin dinyatakan
bahwa ketika orang yang shalat mengucap salam maka ia disunnahkan meniatkan salamnya
untuk orang yang ia menoleh kepadanya yaitu orang yang berada di sebelah kanan
ketika salam pertama dan orang yang berada di sebelah kiri ketika salam kedua,
yaitu
مِنْ مَلَائِكَةٍ
وَمُؤْمِنِي إِنْسِ وَجِنٍّ
Malaikat dan kaum
yang beriman dari kalangan manusia dan jin. [Fathul Mu’in]
Wallahu A’lam.
Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan pikiran kita untuk selalu menebar
kedaiaman kepada orang-orang di sekeliling kita serta menghidarkan diri dari
perbuatan yang dapat menyakiti mereka sehingga kita menjadi seorang muslim yang
didefinisikan oleh rasul SAW.
Salam Satu Hadits,
Dr. H. Fathul
Bari, SS., M.Ag
Pondok Pesantren
Wisata
AN-NUR 2 Malang
Jatim
Sarana Santri
ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo Mondok! Mondok
itu Keren!
Pesan Buku ODOH : 0813-5715-0324
NB.
“Ballighu Anni
Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada.
Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus
setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment