ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Ummu salamah RA, Rasul SAW bersabda :
إِنَّهُ
سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ أَئِمَّةٌ تَعْرِفُونَ وَتُنْكِرُونَ فَمَنْ أَنْكَرَ فَقَدْ
بَرِيءَ وَمَنْ كَرِهَ فَقَدْ سَلِمَ وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ وَتَابَعَ
"Akan ada
pemimpin-pemimpin yang kalian ketahui kebaikannya
dan juga kalian ingkari (kejelekannya), barangsiapa yang mengingkari berarti
ia terbebas, dan barangsiapa yang membenci ia selamat, tapi barangsiapa yang
rela dan mengikuti (maka ia berserikat
dengan mereka)." [HR Tirmidzi]
Catatan Alvers
Sebagai pewaris para nabi, ulama bertugas mengajak ummat manusia
menuju kebaikan, baik kepada rakyatnya maupun pejabatnya. Mengajak ummat manusia
dengan “bil hikmah” cara yang bijak dan mauidhah hasanah. Dahulu Allah SWT memerintahkan kepada Musa dan Harun untuk berdakwah kepada Fir’aun. Siapakah fir’aun itu? “sesungguhnya dia telah melampaui
batas” [Lihat QS. Thaha: 43-44], seorang yang sombong bahkan mengaku dirinya
sebagai tuhan. Meskipun demikian, Allah tetap memerintahkan kepada Musa dan
Harun untuk berbicara kepada Fir’aun dengan “Qaulan Layyina” kata-kata yang lemah lembut.
Jika Ulama’nya
baik dan bisa menasehati umara’ sehingga mereka menjadi baik maka rakyat akan
menjadi baik pula. Dalam Hadits Nabi SAW disebutkan :
صِنْفَانِ
مِنْ أُمَّتِي إِذَا صَلَحُوا صَلَحَ النَّاسُ، وَإِذَا فَسَدُوا فَسَدَ النَّاسُ:
الأُمَرَاءُ وَالْفُقَهَاءُ
"Dua golongan
dari umatku, jika mereka baik maka baiklah manusia, dan jika mereka rusak maka
rusaklah manusia: para pemimpin dan para ulama." [Ihya Ulumiddin]
Hadits yang mirip
dengannya namun berbeda redaksi “Al-Ulama Wal Umara” terdapat dalam Al-Jami’
As-Shagir karya Imam As-Suyuthi. Dan Al-Hafidz Al-Iraqi berkata Sanadnya Dlaif.
[Faidul Qadir] Menjelaskan hadits tersebut, Al-Munawi berkata : "Maka
dengan baiknya keduanya, baiklah manusia; dan dengan rusaknya keduanya,
rusaklah manusia. Karena seorang ‘alim (ulama) diikuti oleh manusia dalam
perbuatan dan ucapannya—jika baik maka baik, jika buruk maka buruk. Sedangkan
seorang amir (pemimpin) memaksa manusia kepada apa yang memperbaiki atau
merusak mereka, dan tidak mungkin mereka menentangnya." [Faidul Qadir]
Maka ulama dan umara’ menjadi penentu baik buruknya ummat.
Ibnul Mubarak berkata
:
وَهَلْ
أَفْسَدَ الدِّينَ إِلَّا الْمُلُوكُ وَأَحْبَارُ سُوءٍ وَرُهْبَانُهَا؟
"Dan tiada lain yang merusak agama melainkan para raja (penguasa), para ulama jahat, dan para rahibnya"
[Ithafus Sadah Al-Muttaqin]
Namun ulama lebih utama menjadi penyebab itu semua. Imam Ghazali berkata
:
إِنَّمَا
فَسَدَتِ الرَّعِيَّةُ بِفَسَادِ الْمُلُوكِ، وَفَسَادُ الْمُلُوكِ بِفَسَادِ
الْعُلَمَاءِ، فَلَوْلَا الْقُضَاةُ السُّوءُ وَالْعُلَمَاءُ السُّوءُ لَقَلَّ
فَسَادُ الْمُلُوكِ خَوْفًا مِنْ إِنْكَارِهِمْ.
"Sesungguhnya
rusaknya rakyat disebabkan oleh rusaknya para raja (pemimpin), dan rusaknya
para raja disebabkan oleh rusaknya para ulama. Kalau bukan karena para hakim
yang buruk dan ulama yang buruk, niscaya sedikitlah kerusakan para raja karena
takut terhadap pengingkaran mereka." [Ihya Ulumiddin]
Ulama dan umara’ itu berkelindan, saling terpaut. Kalau
dikatakan tadi umara’ rusak karena ulama maka ulama itu rusak karena umara’. Ya
umara’ yang menawarkan sejumlah harta sehingga ulama terbawa arus bahkan ada
ulama yang mencari-cari jalan untuk mendapatkan harta dari umara’. Sa‘īd bin al-Musayyib
RA berkata :
إِذَا
رَأَيْتُمُ العَالِمَ يَغْشَى الأُمَرَاءَ فَاحْتَرِزُوا مِنْهُ، فَإِنَّهُ لِصٌّ.
“Apabila kalian melihat
seorang alim mendatangi para penguasa, maka berhati-hatilah darinya, karena ia
adalah pencuri.” [Ihya Ulumiddin]
Mereka itulah sejelek-jelek ulama. Dalam hadits disebutkan
:
شِرَارُ
العُلَمَاءِ الَّذِينَ يَأْتُونَ الأُمَرَاءَ، وَخِيَارُ الأُمَرَاءِ الَّذِينَ
يَأْتُونَ العُلَمَاءَ
“Seburuk-buruk ulama
adalah mereka yang mendatangi para penguasa,
dan sebaik-baik
penguasa adalah mereka yang mendatangi para ulama.” [Ihya Ulumiddin]
Dan dalam hadits lain disebutkan :
العُلَمَاءُ
أُمَنَاءُ الرُّسُلِ عَلَى عِبَادِ اللهِ تَعَالَى، مَا لَمْ يُخَالِطُوا
السَّلَاطِينَ، فَإِذَا فَعَلُوا ذٰلِكَ فَقَدْ خَانُوا الرُّسُلَ، فَاحْذَرُوهُمْ
وَاعْتَزِلُوهُمْ
Para ulama adalah
para pemegang amanah para rasul atas hamba-hamba Allah selama mereka tidak
bergaul dengan para sultan (penguasa). Namun apabila mereka
melakukannya, maka mereka telah berkhianat kepada para rasul, maka waspadalah
terhadap mereka dan jauhilah mereka. [Ihya Ulumiddin]
Ulama’ yang demikian itu akan menjadi mati hatinya. Al-Hasan
Al-Bashri berkata :
عُقُوبَةُ
العُلَمَاءِ مَوْتُ القَلْبِ، وَمَوْتُ القَلْبِ طَلَبُ الدُّنْيَا بِعَمَلِ
الآخِرَةِ
"Hukuman bagi
para ulama adalah matinya hati, dan matinya hati itu disebabkan oleh mencari
dunia dengan amal akhirat”. [Ihya Ulumiddin]
Maka ulama haruslah berhati-hati ketika berinteraksi
dengan umara’. Jangan sampai niat memperbaiki malah berbalik menjadi mereka
juga harus diperbaiki. Ulama perlu waspada sekecil apapun efek yang kemungkinan
terjadi seperti yang daikatan oleh Syeikh Fakhruddin Ar-Razi :
مَنْ
جَلَسَ مَعَ السُّلْطَانِ زَادَهُ اللهُ الْقَسْوَةَ وَالْكِبْرَ
“Barang siapa duduk (banyak bergaul) dengan penguasa, maka Allah
akan menambahnya dengan kerasannya hati dan
kesombongan.” [Tafsir Al-Kabir]
Namun demikian tidaklah fair jika mengatakan buruknya
negara karena ulama dan umara’nya saja karena sebenarnya semua lapisan masyarakat
punya andil di dalamnya. Syeikh Ismail Haqqi menyampaikan satu hadits :
قِوَامُ
الدُّنْيَا بِأَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ: بِعِلْمِ الْعُلَمَاءِ، وَعَدْلِ
الْأُمَرَاءِ، وَسَخَاوَةِ الْأَغْنِيَاءِ، وَدَعْوَةِ الْفُقَرَاءِ
“Penopang dunia itu ada empat perkara yaitu ilmunya para ulama, adilnya para penguasa, kedermawanan orang kaya, dan doanya orang-orang miskin.” [Tafsir Ruhun Bayan]
Maka hendaknya kita mendoakan para pemimpin agar mereka
menjadi orang yang adil dan bertaqwa. Fudhail bin iyadl berkata :
لَوْ
أَنَّ لِي دَعْوَةً مُسْتَجَابَةً لجَعَلْتُهَا لِلْإِماَمِ لِأَنَّ بِهِ صَلَاحَ
الرَّعِيَّةِ، فَإِذَا صَلُحَ أَمِنَتْ العِبَادُ وَالْبِلاَدُ
Seandainya aku memiliki doa yang mustajabah niscaya akan aku jadikan doa
itu untuk pemimpin, karena pemimpin itu akan mendatangkan kebaikan bagi semua rakyat, jika pemimpin itu baik maka semua penduduk dan negara akan menjadi aman dan sentosa [Al-Bidayah Wan Nihayah]
Selanjutnya Fudhail bin Iyadh menjelaskan : “Jika doa itu hanya untuk diriku, tidak akan
kembali kepadaku. Namun jika aku panjatkan untuk kebaikan pemimpin, kemudian
dia jadi baik, maka masyarakat dan negara akan menjadi baik. Kita diperintahkan
untuk mendoakan kebaikan untuk mereka, dan kita tidak diperintahkan untuk
mendoakan keburukan bagi mereka, meskipun mereka zalim. Karena kezaliman mereka
akan ditanggung mereka sendiri, sementara kebaikan mereka akan kembali untuk
mereka dan kaum muslimin.” [Fiqhud Da’wah Fi Shahih Imam Bukhari ]
Teruslah mendoakan para pemimpin dan ulama. Jangan biasakan
mencaci maki mereka tatkala kita melihat mereka bersalah karena itu tidak akan
menambah kebaikan justru akan menambah keburukan dan kekacauan. Sahl Bin Abdillah Rahimahullah berkata:
لَا
يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَظَّمُوا السُّلْطَانَ وَالْعُلَمَاءَ، فَإِنْ
عَظَّمُوا هَذَيْنِ أَصْلَحَ اللهُ دُنْيَاهُمْ وَأُخْرَاهُمْ، وَإِنِ
اسْتَخَفُّوا بِهَذَيْنِ أَفْسَدُوا دُنْيَاهُمْ وَأُخْرَاهُمْ
Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka mau menghormati
penguasa dan ulama’nya. Jika mereka mau menghormati keduanya maka Allah
pastilah memperbaiki urusan dunia dan akhirat mereka. Jika mereka menghina
keduanya maka mereka telah merusakkan urusan dunia dan akhirat mereka [Tafsir
Al-Qurtubi]
Kerusakan pemimpin telah disabdakan oleh Nabi SAW dan bagaimana kita
menyikapinya. Dalam satu hadits Rasul SAW bersabda : "Akan ada para pemimpin atas
kalian, dan kalian akan melihat mereka mementingkan diri sendiri (atsarah)."
Para sahabat bertanya : "Wahai Rasulullah, apa yang harus kami lakukan saat
itu?" Rasul SAW menjawab :
أَدُّوا
الْحَقَّ الَّذِي عَلَيْكُمْ وَسَلُوا اللَّهَ الَّذِي لَكُمْ
"Tunaikanlah kewajiban
kalian, dan mintalah hak kalian kepada Allah." [HR Ahmad]
Dan dalam hadits
utama Rasul SAW bersabda : "Akan ada pemimpin-pemimpin yang kalian ketahui kebaikan dan kejelekannya, barangsiapa yang mengingkari berarti
ia terbebas, dan barangsiapa yang membenci ia selamat, tapi barangsiapa yang
rela dan mengikuti (maka ia berserikat
dengan mereka)." Para sahabat bertanya
: Wahai Rasulullah, Bolehkah kami memerangi mereka? Rasul SAW menjawab: Tidak,
selama mereka masih shalat." [HR Tirmidzi]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan
pikiran kita untuk tidak gampang mencaci maki pemimpin namun
sebaliknya kita biasakan untuk mendoakan kebaikan mereka. “Allahumma Ashlih
jami’a wulati umurina” Ya Allah jadikan para pemimpin kami sebagai pemimpin
yang baik lagi shalih.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW
menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.






0 komentar:
Post a Comment