إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Saturday, September 6, 2025

SOUND HOREG-NYA MALAIKAT #8

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, Rasul SAW bersabda :

لَا تَدْخُلُوا عَلَى هَؤُلَاءِ الْمُعَذَّبِينَ إِلَّا أَنْ تَكُونُوا بَاكِينَ أَنْ يُصِيبَكُمْ مِثْلُ مَا أَصَابَهُمْ

Janganlah kalian memasuki daerahnya umat (terdahulu) yang diadzab kecuali sambil menangis karena dikhawatirkan adzab yang menimpa mereka akan menimpa kalian. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Saya mendengar ada anak kecil berlari sambil bernyanyi “Aku suka nonton sound horeg...” lalu karena penasaran maka saya googling ternyata memang ada lagunya. Liriknya adalah “Aku suka nonton sound horeg. Berangkat normal pulangnya budeg. Getaran sound nafas jadi sesek. Tapi aku suka nonton sound horeg”. Saya pikir-pikir muculnya lagu ini sesuai dengan pepatah Arab “Kullu Mamnu’ marghub” (Setiap perkara yang dilarang itu disukai).

 

Benarlah apa yang disabdakan oleh Rasul SAW :

حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ

Kecintaanmu kepada sesuatu membikinmu buta dan tuli . [HR Ahmad]

Dan dalam pepatah barat dikatakan “Love Is Blind” (Cinta itu buta). Mereka sudah mengerti bahwa sound horeg itu berbahaya namun tetap saja mereka menyukainya. Dalam lirik lagu disebutkan “Berangkat normal pulangnya budeg. Getaran sound nafas jadi sesek. Wanita hamil jangan coba datang. Kena getarnya bisa melahirkan. Bisa ngancurin kaca dan genteng. Getaran bukan kaleng-kaleng. Kalau nggak bikin budeg bukan sound horeg.”

 

Sebagai gambaran, tingkat kebisingan dari percakapan biasa adalah 60 dB, lalu lintas sangat ramai, vacuum cleaner, alarm jam adalah 70 dB, bor tangan adalah 100 dB, suara maksimal MP3 player headset 110 dB. [Hellosehat com] Sedangkan sound horeg bisa mencapai lebih dari 135 dB.[kompas com] Telinga manusia adalah organ yang sangat peka. Pada saat mendengarkan kebisingan yang memasuki telinga maka gendang telinga akan bergetar dan getaran tersebut dapat mencapai koklea (rumah siput). Pendengaran akan rusak akibat sel-sel rambut di sekitar koklea hancur. [Hellosehat com] jadi wajar saja lirik lagunya berbunyi “Berangkat normal pulangnya budeg. Getaran sound nafas jadi sesek”. Ini adalah efek sound horeg hasil settingan manusia.

 

Jika “sound” artinya suara dan “horeg” artinya bergetar maka saya jadi teringat kisah suara yang menggelegar yang menggetarkan kaum terdahulu yaitu Kaum Tsamud sebagai adzab yang disebut dengan “Shayhah”. Inilah sound horeg hasil settingannya Malaikat yang tidak hanya membuat budeg tapi membuat manusia mati bergelimpangan. Dalam al-Qur’an, Allah SWT berfirman :

وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ

“Shayhah” (Suara yang menggelegar) menimpa orang-orang dzalim itu (Kaum Tsamud), sehingga mereka mati bergelimpangan di rumah-rumah mereka.  [QS Hud : 68]

 

Jika sound horeg hasil settingan manusia bisa membuat jantung berdebar maka sound horeg malaikat itu bisa membikin jantung copot. Al-Qurtubi menjelaskan efek syaihah :

فَتَقَطَّعَتْ قُلُوْبُهُمْ وَمَاتُوا

Remuklah jantung mereka dan merekapun mati. [Tafsir Al-Qurtubi]

Di samping “Shayhah”, Ada juga “Rajfah”. Allah SWT berfirman :

فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ

Mereka (Kaum Tsamud) tertimpa “Rajfah” [QS Hud : 68]

Al-Qurtubi menafsirinya dengan gempa yang dahsyat. Dan ada juga yang menafsiri :

كاَنَتْ صَيْحَةً شَدِيْدَةً خَلَعَتْ قُلُوْبَهُمْ

“Rajfah” itu berupa suara yang sangat keras yang membikin jantung mereka copot. [Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an]

 

Dengan demikian adzab yang ditimpakan kepada kaum Tsamud adalah suara yang keras yang dari kerasnya suara itu tidak hanya jantung menjadi berdebar akan tetapi jantung menjadi copot dan pecah berantakan hingga orangnya mati, tidak hanya membikin getar kaca jendela hingga pecah dan genteng runtuh akan tetapi membikin bumi bergetar “horeg” sehingga terjadi gempa dahsyat. Jika kebisingan sound horeg manusia bisa mencapai 135 dB lantas berapa dB sound horeg malaikat itu? Bisa jadi mencapai ribuan desibel, Wallahu Ta’ala A’lam. Dan suara keras tersebut berasal dari malaikat jibril. Al-Qurtubi berkata : “Dalam kitab-kitab tafsir disebutkan bahwa Jibrīl AS berteriak kepada mereka dengan satu teriakan, bersama angin yang dengannya Allah Ta‘ala membinasakan mereka, maka mereka semuanya mati tanpa tersisa.” [Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an]

 

Lalu apa yang membikin kaum Tsamud di adzab dengan suara keras? Jabir RA berkata: Ketika Rasul SAW melewati al-Hijr (daerahnya kaum Tsamud), beliau bersabda:

لَا تَسْأَلُوا الْآيَاتِ وَقَدْ سَأَلَهَا قَوْمُ صَالِحٍ

“Janganlah kalian meminta-minta ditunjukkan mukjizat, sungguh kaumnya Nabi Shalih (kaum tsamud) telah memintanya”. [HR Ahmad]

 

Al-Quran mengisahkan apa saja yang dikatakan kaum Tsamud kepada Nabi Shalih, Allah SWT berfirman :

قَالُوا إِنَّمَا أَنْتَ مِنَ الْمُسَحَّرِينَ. مَا أَنْتَ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا فَأْتِ بِآيَةٍ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ

Mereka (kaum Tsamud) berkata : "Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir. Kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami; maka datangkanlah suatu tanda (mukjizat) jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar". [QS As-Syuara’ : 153-154]

 

Dalam lanjutan hadits, Nabi SAW bersabda : “Unta (mukjizat Nabi Shalih) itu dahulu datang dengan melewati celah lembah ini, dan kembalinya melewati celah lembah itu. Namun mereka membangkang terhadap perintah Tuhan mereka, lalu mereka menyembelih unta itu. Unta itu minum air mereka sehari, dan mereka minum susu dari unta tersebut sehari setelahnya (dan seterusnya). Lalu mereka menyembelihnya, maka datanglah kepada mereka suara keras sehingga Allah mematikan semua yang berada di bawah langit dari mereka, kecuali seorang laki-laki yang berada di dalam tanah ḥaram Allah. Ada yang bertanya: “Siapa dia wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dia adalah Abu Righal. Namun ketika ia keluar dari tanah ḥaram, ia pun ditimpa azab yang menimpa kaumnya.” [HR Ahmad]

 

Dari pentingnya kisah ini, nama daerah yang pernah ditinggali kaum Tsamud menjadi salah satu nama surat dalam Al-Qur’an yaitu surat Al-Hijr. Ia adalah nama sebuah daerah pegunungan yang terletak di pinggir jalan antara Madinah dan Syam (Suriah). [Wikipedia] Dan ketika melewati daerah Al-Hijr ini, Rasul SAW berpesan kepada para sahabat pada hadits utama di atas, yaitu : “Janganlah kalian memasuki daerahnya umat (terdahulu) yang diadzab kecuali sambil menangis karena dikhawatirkan adzab yang menimpa mereka akan menimpa kalian”. [HR Bukhari]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa taat kepada perintah Allah dan tidak menentang aturan-Nya dengan perasaan takut adzab Allah yang menimpa ummat terdahulu akan ditimpakan juga kepada kita. Wal Iyadzu Billah.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani

Ayo Mondok! Mondok itu Keren!

WA Auto Respon :  0858-2222-1979

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Tuesday, September 2, 2025

PERINGATAN HAUL

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, Rasul SAW bersabda :

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ

Orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, mereka itulah orang yang paling cerdas.” [HR Ibnu Majah]

 

Catatan Alvers

 

Orang yang paling cerdas menurut Nabi SAW bukanlah orang yang juara olimpiade sains tingkat nasional bahkan dunia tetapi orang yang paling cerdas sebagaimana hadits utama itu adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya.” [HR Ibnu Majah] dan Rasul SAW memerintahkan kita untuk banyak mengingat kematian. Beliau bersabda :

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ: الْمَوْتَ

“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. [HR Thabrani]

 

Mengingat kematian itu akan mendatangkan berbagai manfaat di antaranya Nabi SAW bersabda : Tidaklah mengingat kematian, orang yang sedang berada dalam kesusahan hidup, kecuali hal itu akan bisa meringankan kesusahannya. Dan tidaklah mengingat kematian, orang yang sedang berada dalam kelapangan (senang), kecuali ia akan bisa membatasi kebahagiaannya itu (sehingga tidak membuatnya lalai).” [HR Thabrani]

 

Dalam tradisi NU, memperingati wafatnya seorang ulama atau tokoh lazimnya disebut dengan Haul. Kata “Haul” itu sendiri terdapat dalam hadits riwayat Imam Baihaqi. Beliau menulis dalam kitab Dala’ilun Nubuwwah, satu bab mengenai keutamaan Syuhada Uhud dan menziarahi kuburannya. Beliau meriwayatkan hadits :

قَدْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزُورُهُمْ فِي كُلِّ حَوْلٍ

Sungguh Rasul SAW mengunjungi mereka (Syuhada Uhud) setiap tahun. [HR Baihaqi]

Dalam lanjutannya disebutkan :

Lalu Abu Bakar melakukan hal itu setiap tahun, Lalu Umar bin Khattab, Lalu utsman. Dan Fathimah putri Rasul SAW mendatangi mereka (kubur Syuhada Uhud). [HR Baihaqi]

 

Secara bahasa haul itu sendiri artinya setahun sehingga acara peringatan wafatnya seseorang atau haul itu diadakan setiap setahun sekali. Acara haul biasanya berisi beberapa kegiatan diantaranya: (1) ziarah kubur, (2) pembacaan quran atau sekedar surat yasin,  dzikir dan tahlil, (3) Tausiyah memuat kisah-kisah jasa dan kebaikan tokoh yang diperingati haulnya dan (4) sedekah makanan atau lainnya. Berikut perincian dasar hukumnya.

 

Pertama, Ziarah kubur. Hal ini diperintahkan oleh Rasul SAW karena beliau bersabda:

نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا

“Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, tapi (sekarang) berziarahlah kalian”. [HR Muslim]

Dan Rasul SAW menjelaskan manfaatnya dalam sabdanya :

فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ

karena ziarah kubur itu dapat mengingatkan kalian kepada kematian. [HR Muslim]

Dan beliau juga bersabda :

أَنَّهَا تُرِقُّ الْقُلُوبَ وَتُدْمِعُ الْعَيْنَ فَزُورُوهَا

Karena ziarah kubur itu bisa melembutkan hati, menjadikan mata berlinang air mata maka lakukanlah ziarah kubur. [HR Ahmad]

 

Kedua, pembacaan quran atau surat yasin, dzikir dan tahlil. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan Ulama, namun Ibnu Hajar Al-Haitami menukil pendapat yang menyatakan :

مَذْهَبُ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ أَنَّ لِلْإِنْسَانِ أَنْ يَجْعَلَ ثَوَابَ عَمَلِهِ وَصَلَاتَهُ لِغَيْرِهِ وَيَصِلُهُ وَعَلَيْهِ

Menurut madzhab ahlus sunnah wal jama’ah bahwasannya seseorang boleh memberikan pahala amal baiknya dan shalatnya kepada orang lain dan akan sampai kepadanya. [tuhfatul Muhtaj]

 

Di antara ulama yang mengatakan tidak sampainya pahala amal kebaikan kepada mayit adalah Ibnu Abdis salam. Dan  Imam Qurtubi dalam kitabnya “At-Tadzkirah (Bi Ahwalil Mauta wal Akhirah)” menceritakan bahwa setelah wafatnya, Ibnu Abdis salam di dalam satu mimpi menyatakan : “Memang hal itu saya katakan ketika (semasa hidup) di dunia,

وَالآنَ بَانَ لِي أَنَّ ثَوَابَ الْقِرَاءَةِ يَصِلُ إِلَى الْمَيِّتِ

Dan sekarang telah jelas bagiku bahwa pahala bacaan qur’an itu sampai kepada orang yang sudah meninggal. [I’anatut Thalibin]

 

(3) Tausiyah yang di dalamnya menceritakan kebaikan dan jasa-jasa dari tokoh yang diperingati haulnya dan pengetahuan agama islam lainnya. Nabi SAW bersabda :

اُذْكُرُوا مَحَاسِنَ مَوْتَاكُمْ وَكُفُّوا عَنْ مَسَاوِئِهِمْ

“Ceritakanlah kebaikan orang-orang yang telah wafat di antara kalian dan tahanlah diri kalian untuk menyebut keburukan mereka” [HR Tirmidzi]

Qadli Iyadl menukil perkataan Imam Abu Hanifah :

الْحِكَايَاتُ عَنِ الْعُلَمَاءِ وَمَحَاسِنُهُمْ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الْفِقْهِ، لِأَنَّهَا آدَابُ الْقَوْمِ

Kisah-kisah tentang ulama dan kebaikan-kebaikan mereka lebih aku sukai daripada (kebanyakan membahas) fiqh, karena itu adalah adab-adab kaum (salafus shalih). [Tartibul Madarik wa Taqribul Masalik]

Dan Al-Junaid Al-Baghdadi berkata : “Cerita-cerita (Ulama) adalah bala tentara dari bala tentaranya Allah yang bisa menguatkan fisik para murid”. [Azharur Riyadl] Dan Sufyan Ibnu Uyainah berkata :

عِنْدَ ذِكْرِ الصَّالِحِيْنَ تَنْزِلُ الرَّحْمَةُ

Tatkala diceritakan orang-orang shalih maka turunlah rahmat. [Hilyatul Awliya’]

Tentunya kisah-kisah itu bisa menjadi teladan dan motivasi bagi para jamaah yang hadir untuk meneladani kebaikan-kebaikan sang tokoh atau orang shalih yang diperingati haulnya.

 

(4) sedekah makanan atau lainnya yang diatas namakan untuk orang yang meninggal. Itu semua akan sampai pahalanya. Syeikh Said Al-Hadlrami As-Syafi’i berkata :

اَلصَّدَقَةُ يَصِلُ نَفْسُ ثَوَابِهَا لِلْمُتَصَدَّقِ عَنْهُ إِجْمَاعًا، وَكَأَنَّهُ هُوَ الْمُتَصَدِّقُ، وَيُثَابُ الْمُتَصَدِّقُ ثَوَابَ الْبِرِّ، لَا عَلَى الصَّدَقَةِ.

“Sedekah itu pahalanya sendiri sampai kepada orang yang diniatkan sedekah untuknya menurut ijmā‘ (kesepakatan ulama), seakan-akan dialah yang bersedekah. Sedangkan orang yang mengeluarkan sedekah mendapat pahala birr (berbuat baik/berbakti), bukan pahala sedekah itu sendiri.” [Busyral Karim]

 

Dalam hadits diriwayatkan bahwa dahulu terdapat seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW :

إِنَّ أُمِّي افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ فَهَلْ لَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا

“Sesunguhnya Ibuku telah meninggal dunia secara mendadak dan aku menduga seandainya ia dapat berwasiat, tentu ia akan bersedekah. Apakah ia akan mendapat pahala jika aku bersedekah atas namanya?”

Maka beliau menjawab, “Iya” [HR Muslim]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa mengingat kematian dan saat menghadiri acara peringatan haul maka kita tersadar bahwa kalau sekarang mereka para tokoh dan ulama yang mulia wafat maka satu saat nanti kita juga akan wafat sehingga kita mempersiapkan bekal wafat kita.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani

Ayo Mondok! Mondok itu Keren!

WA Auto Respon :  0858-2222-1979

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

 

Friday, August 29, 2025

MENGALAH UNTUK MENANG

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Umamah RA, Rasul SAW Bersabda :

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا

Aku menjamin sebuah istana yang berada di pinggiran surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar. [HR Abu Dawud]

 

Catatan Alvers

 

Orang bijak berkata : “Jangan berdebat dengan pelanggan, meskipun menang kau akan kehilangan pelanggan. Jangan berdebat dengan atasan, meskipun menang kau akan kehilangan masa depan. Jangan berdebat dengan saudara, meskipun menang kau akan kehilangan persaudaraan. Jangan berdebat dengan teman, meskipun menang kau akan kehilangan teman. Jangan berdebat dengan pasangan, meskipun menang kau akan kehilangan sebagian rasa sayang”.

 

Sebenarnya ketika berdebat meskipun menang kita itu kalah. Ya, sebab yang menang adalah ego kita dan kemenangan ego adalah kemenangan semu. Pepatah jawa mengatakan “Rebutan upo kelangan tumpeng” (berebut untuk mendapatkan sebutir nasi namun menyebabkan kehilangan tumpeng). Ego itu ibarat sebutir nasi dan hubungan baik itu tumpengnya. Maka dengan mengalah sebenarnya kita mendapatkan hal yang lebih besar. Maka darti itu dalam ujaran bahasa jawa disebutkan “Seng gede ngalah” (Yang dewasa hendaknya mengalah).

 

Dan ternyata perilaku mengalah tidak hanya menyebabkan langgengnya hubungan baik di dunia ini namun juga mendapatkan balasan besar di akhirat kelak sebagaimana sabda Nabi SAW dalam hadits utama di atas : “Aku menjamin sebuah istana yang berada di pinggiran surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar”. [HR Abu Dawud] Dalam syarah hadits ini, Abu Thayyib Abadi menjelaskan tujuannya :

كَسْرًا لِنَفْسِهِ كَيْلَا يَرْفَع نَفْسَهُ عَلَى خَصْمِهِ بِظُهُورِ فَضْلِهِ

“(Mengalah dan tidak berdebat itu dilakukan) Sebagai bentuk merendahkan nafsu sendiri sehingga ia tidak menyombongkan diri di atas lawannya dengan menampakkan kehebatannya.” [Aunul Ma’bud]

 

Nabi SAW pernah mengalah dengan kaum Quraisy pada waktu perjanjian Hudaibiyah tahun 6 H. Berawal dari mimpi bahwa beliau dan para sahabatnya dapat melaksanakan umrah di Masjidil Haram Makkah dan beliau menyampaikan mimpinya kepada para sahabat. Tidak lama kemudian Rasulullah SAW berangkat bersama 1.400 sahabat berangkat menuju Makkah pada bulan Dzul Qa'dah tanpa membawa senjata perang.

 

Mengetahui hal ini, orang-orang Quraisy menghadang kaum muslimin ketika memasuki Hudaibiyah. Setelah beberapa kejadian, Rasulullah SAW mengutus Utsman bin Affan RA sebagai duta kaum muslimin untuk menemui Quraisy. Namun beberapa saat setelah itu, ada kabar burung bahwa Utsman RA dibunuh oleh kaum Quraisy. Rasulullah SAW pun bersiap-siap dengan memanggil para sahabat untuk melakukan baiat (janji setia) untuk tidak melarikan diri, bahkan bersedia mati. Baiat ini dilaksanakan Rasulullah di bawah pohon sehingga para sahabat yang ikut serta disebut dengan sebutan “Ashabus Syajarah”.

 

Setelah proses baiat selesai tiba-tiba Utsman RA muncul dan pihak Quraisy mengutus Suhail bin Amr RA untuk mengadakan perundingan damai. Dalam Musnad Ahmad dikisahkan bahwa Rasul SAW menyuruh Sayyidina Ali untuk menulis perjanjian yaitu :

هَذَا مَا صَالَحَ عَلَيْهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Ini adalah perjanjian damai yang disepakai oleh Muhammad utusan Allah SAW”

Melihat tulisan tersebut maka kaum Quraisy memprotes kalimat “utusan Allah”. Mereka berkata : “Seandainya kami mengakui engkau sebagai utusan Allah, tentu kami tidak akan memerangimu (menghalangimu masuk Ka‘bah)”. Lalu Rasul memerintah Ali untuk menghapusnya seraya bersabda : “Ya Allah, Sungguh Engkau mengetahui bahwa Aku adalah utusan-Mu” [HR Ahmad]

 

Namun Ali keberatan untuk menghapus tulisan tersebut dan dalam shahih Bukhari, Ali berkata :

وَاللَّهِ لَا أَمْحَاهُ أَبَدًا

Demi Allah, Aku tidak akan menghapunya selama-lamanya. [HR Bukhari]

Lalu Nabi sendiri menghapusnya kemudian menyuruh Ali untuk menulis kalimat “Ini adalah perjanjian damai yang disepakati oleh Muhammad bin Abdillah” [HR Ahmad]

 

Saat itu beliau mengalah dengan menuruti permintaan kaum kafir Mekkah untuk menghapus tulisan “Muhammad Utusan Allah” dan menggantinya dengan “Muhammad Bin Abdillah”. Tidak hanya itu, beliau juga tertahan selama tiga hari dan tidak diijinkan masuk ke masjidil haram kecuali di tahun berikutnya. Beliau mengalah meskipun saat itu para sahabat telah berbaiat untuk siap menghadapi peperangan namun beliau mengalah demi menjaga perdamaian.

 

Demikian pula dalam kasus bentuk bangunan ka’bah. Tatkala Nabi SAW menceritakan kepada Aisyah mengenai bangunan ka’bah yang ada saat itu tidak sama dengan bentuk asli yang dibangun oleh Nabi Ibrahim, mulai dari bangunan hijr yang berada di luar bangunan ka’bah dan pintu ka’bah yang tinggi, maka Nabi SAW memberikan alasan mengapa beliau tidak merenovasi sehingga bisa dikembalikan ke bentuk semula. Beliau bersabda :

وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمَكِ حَدِيثٌ عَهْدُهُمْ بِالْجَاهِلِيَّةِ فَأَخَافُ أَنْ تُنْكِرَ قُلُوبُهُمْ أَنْ أُدْخِلَ الْجَدْرَ فِي الْبَيْتِ وَأَنْ أُلْصِقَ بَابَهُ بِالْأَرْضِ

Kalaulah bukan karena kaummu yang baru saja meninggalkan masa jahiliyah, yang mana aku khawatir hati mereka mengingkari niscaya aku telah berpikir untuk memasukkan dinding (hijr) itu ke dalam bangunan Baitullah dan menjadikan pintu ka’bah rendah sampai ke tanah." [HR Bukhari]

 

Di situlah Nabi SAW memilih untuk mengalah dan tidak memaksakan kehendak dengan tidak membangun ulang bangunan ka’bah demi kedamaian dan ketentraman bersama. Kebenaran harus beriringan dengan kebijasanaan sebab kebenaraan tanpa kebijaksanaan akan menjadi kontra produktif. 

 

Perilaku mengalah itu bukanlah tanda kelemahan dan wujud dari kekalahan melainkan mengalah itu adalah bukti kebijaksanaan, kedewasaan, dan kekuatan seseorang dalam menghadapi realita kehidupan. Perilaku mengalah dalam berbagai sendi kehidupan, baik dalam keluarga maupun pekerjaan dan sendi kehidupan lainnya akan membawa kemaslahatan yang lebih besar dibandingkan dengan mengejar kemenangan dan terus mempertahankan egoisme. Jadi jangan pernah merasa hina ketika Anda mengalah, karena sejatinya, mengalah itu adalah jalan untuk meraih kemenangan dan kesuksesan yang hakiki yaitu perdamaian dan kerukunan bahkan meraih surga di akhirat kelak nanti.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk bersikap bijaksana dalam menghadapi setiap problematika kehidupan dan menyadari bahwa mengalah meskipun terlihat kalah namun hakikatnya ia adalah kemenangan di sisi khalayak manusia dan di sisi Allah SWT.

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani

Ayo Mondok! Mondok itu Keren!

WA Auto Respon :  0858-2222-1979

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Thursday, August 28, 2025

TELADAN RENDAH HATI

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Iyadl bin Himar Al-Mujasyi’i RA, Rasul SAW Bersabda :

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain”. [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Mengenai tawadlu, Al-Hasan Al-Bashri berkata :

أَتَدْرُونَ مَا التَّوَاضُعُ ؟ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ بَيْتِكَ فَلَا تَلْقَى مُسْلِمًا إِلَّا رَأَيْتَ أَنَّ لَهُ عَلَيْكَ فَضْلاً

Tahukah kalian apakah Tawadlu (rendah hati) itu?.  Tawadlu adalah engkau keluar rumah lalu tidaklah kalian bertemu dengan muslim lain kecuali engkau melihat kelebihannya di atas dirimu. [Ihya Ulumiddin]

 

Dan Abdullah Ibnu Mas’ud RA berkata :

إِنَّ مِنْ رَأْسِ التَّوَاضُعِ أَنْ تَبْدَأَ مَنْ لَقِيتَ بِالسَّلَامِ، وَأَنْ تَرْضَى بِالدُّونِ مِنْ شَرَفِ الْمَجْلِسِ، وَتَكْرَهَ الْمِدْحَةَ وَالسُّمْعَةَ وَالرِّيَاءَ بِالْبِرِّ.

“Sesungguhnya di antara inti dari kerendahan hati adalah engkau memulai salam kepada orang yang engkau temui, engkau rela duduk di tempat yang rendah dari kemuliaan majelis, engkau tidak menyukai pujian, ketenaran, dan riya’ dalam kebaikan. [Az-Zudh, Hannad bin Sirry]

Dan dalam hadits utama, Rasul bersabda : “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain”. [HR Muslim]

 

Perintah tawadlu’ berlaku kepada semua orang termasuk kepada Nabi SAW sehingga beliupun bertawadlu’ dan menjadi teladan dalam tawadlu’. Beliau bersabda : "Telah turun kepadaku seorang malaikat dari langit yang tidak pernah turun kepada seorang nabi sebelumku, dan tidak akan turun kepada seorang pun sesudahku. Malaikat itu adalah Isrāfīl, dan bersamanya ada Jibrīl. Ia berkata: 'Assalāmu ‘alaika yā Muhammad.' Lalu ia berkata: “Aku adalah utusan Tuhanmu kepadamu. Dia memerintahkanku untuk menawarkan kepadamu:

إِنْ شِئْتَ نَبِيًّا عَبْدًا , وَإِنْ شِئْتَ نَبِيًّا مَلَكًا

jika engkau mau, engkau menjadi nabi yang hamba (rendah hati, sederhana); dan jika engkau mau, engkau menjadi nabi yang raja.”

Maka aku memandang kepada Jibrīl, lalu Jibrīl memberi isyarat kepadaku agar aku rendah hati. Maka aku berkata: “Aku memilih menjadi nabi yang hamba.” Rasul SAW bersabda :

لَوْ أَنِّي قُلْتُ نَبِيًّا مَلَكًا , ثُمَّ شِئْتُ لَسَارَتِ الْجِبَالُ مَعِيَ ذَهَبًا.

'Seandainya aku memilih menjadi nabi yang raja, lalu aku menghendakinya, niscaya gunung-gunung akan berjalan bersamaku dalam keadaan berupa emas.” [HR Thabrani]

 

Menguatkan hal ini Nabi SAW bersabda : “Aku makan seperti seorang hamba sahaya makan, dan aku duduk seperti seorang hamba sahaya duduk. Aku hanyalah seorang hamba”. [HR Baihaqi] Dan tatkala ada yang bertanya mengenai pekerjaan Nabi di dalam rumah, maka Aisyah RA berkata : Beliau melayani keluarganya (melakukan pekerjaan rumah), maka apabila beliau mendengar adzan, beliau segera keluar (untuk shalat)." [HR Bukhari] “Beliau itu seperti orang pada umumnya, beliau membersihkan baju (dari kutu), memerah susu kambingnya, dan melayani keperluannya sendiri. [HR Ahmad]

 

Di antara Implementasi sifat tawadlu’ beliau adalah tidak suka mendapat pujian. Ada seseorang memanggil beliau :

يَا مُحَمَّدُ يَا سَيِّدَنَا وَابْنَ سَيِّدِنَا وَخَيْرَنَا وَابْنَ خَيْرِنَا

“Wahai Muhammad, wahai pemimpin kita dan anak dari pemimpin kami, orang terbaik kami dan anak dari  orang terbaik kami”

Lalu Rasul SAW bersabda : "Wahai sekalian manusia, bertakwalah kalian kepada Allah, dan jangan sekali-kali kalian disesatkan oleh setan. Aku adalah Muhammad bin ‘Abdillāh, hamba Allah dan utusan-Nya. Demi Allah, aku tidak suka jika kalian mengangkat kedudukanku lebih tinggi dari derajat yang telah Allah berikan kepadaku." [HR Ahmad]

 

Beliau juga tidak suka diunggul-unggulkan dari nabi lain. Suatu ketika ada seorang muslim bertengkar dengan orang Yahudi. Muslim berkata : “Demi dzat yang memilih Muhammad di atas sekalian alam”. Yahudi berkata : “Demi dzat yang memilih Musa di atas sekalian alam”. Tidak terima dengan pernyataan bahwa Nabi musa lebih unggul dari Nabi Muhammad SAW maka orang muslim itu menempeleng wajah Yahudi. Lalu Yahudi lapor kepada Nabi SAW dan menceritakan duduk perkaranya. Lalu Nabi SAW bersabda :

لَا تُخَيِّرُونِي عَلَى مُوسَى

“Jangan kau lebih-lebihkan aku di atas Musa”. [HR Bukhari]

Hal ini beliau sabdakan meskipun nyata-nyata beliau adalah sayyidul Anbiya dan Allahpun menyatakan bahwa Allah memberi kelebihan pada sebagian nabi di atas nabi yang lain sebagaimana dalam surat Al-Baqarah : 253. Dalam hadits lain, “Janganlah kalian membanding-bandingkan di antara para nabi.” [Fathul Bari] Ini semua adalah wujud kerendahan hati beliau.

 

Suatu ketika Adi bin Hatim bertamu ke rumah Rasul SAW saat itu beliau sedang duduk di atas sebuah bantal dari kulit. Melihat ada tamu maka beliau mengambil bantal tersebut dan memberikannya kepada Adi. Maka adi-pun duduk di atasnya, sedangkan beliau duduk di lantai. Melihat hal ini, adi merasa segan (haru), dan ia menyadari bahwa

لَيْسَ يُرِيدُ عُلُوًّا فِي الدُّنْيَا وَلَا فَسَادًا

beliau tidaklah menginginkan kedudukan tinggi di dunia dan tidak pula melakukan kerusakan.” [HR Baihaqi]

 

Beliau juga tidak segan untuk mendatangi rumah para sahabat. Satu ketika beliau berkunjung ke rumah Abdullah bin Amr. Setelah masuk ke rumahnya, Abdullah menyodorkan bantal untuk alas duduk namun beliau tidak memakainya dan memilih duduk di atas lantai sehingga bantal tersebut berada di antara Nabi dan Abdullah. [HR Bukhari]

 

Sebagai pimpinan dan manusia mulia, beliau juga tidak malu-malu dan segan untuk melayani para sahabat. Di satu perjalanan di mana para sahabat kehausan, Nabi SAW menuangkan air sedangkan Abu Qatadah membagi-bagi air tersebut kepada para sahabat sehingga tidak tersisa selain Abu Qatadah dan beliau. Lalu beliau menuangkan air sambil bersabda : "Silahkan kamu meminumnya." Abu Qatadah menjawab; "Saya tidak akan minum hingga engkau minum dahulu wahai Rasulullah!." Beliau bersabda:

إِنَّ سَاقِيَ الْقَوْمِ آخِرُهُمْ شُرْبًا

"Yang memberi minum adalah yang terakhir kali minum."

Maka Abu Qatadah minum dan beliau juga minum."[HR Muslim]

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk ber-tawadlu sebab jika beliau yang mulia dan memiliki derajat yang tertinggi saja mau ber-tawadlu lalu kenapa kita yang hina dan tidak memiliki derajat setinggi beliau bisa enggan ber-tawadlu dan lebih cenderung sombong?

 

Salam Satu Hadits,

Dr. H. Fathul Bari, SS., M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani

Ayo Mondok! Mondok itu Keren!

WA Auto Respon :  0858-2222-1979

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]