إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Wednesday, October 12, 2016

MAPAK & ZIARAH HAJI




ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْحَاجِّ ، وَلِمَنِ اسْتَغْفَرَ لَهُ الْحَاجُّ
Ya Allah, Ampunilah orang yang berhaji dan orang yang dimintakan ampunan olehnya [Al-Hakim]

Catatan Alvers

Alhamdulilah, minggu ini para jemaah haji telah berdatangan ke kampung halaman dan keluarga setelah 40 harian mereka pergi jauh untuk menunaikan ibadah haji ke mekkah dan ziarah makam nabi di madinah.

Ada tradisi di masyarakat kita untuk menyambut kedatangan jemaah haji, sebagian ada yang menjemput di tempat KBIH dan ada juga yang memilih langsung pergi ke asrama haji. Tradisi ini dikenal dengan “mapak”. Setelah orang yang berhaji sampai ke rumah masing-masing maka keluarga dan handai taulan ramai-ramai mengunjungi rumah mereka untuk menyalami dan meminta doa dari orang yang barusan menunaikan ibadah haji tadi dengan harapan mendapatkan keberkahan dan doanya. Tradisi ini biasanya dikenal dengan ziarah haji.

Monday, October 10, 2016

UMRAH ODOH

UMRAH 🕋
ZIARAH RASUL Tahun Ke 5
PP AN-NUR 2 AL-MURTADLO
2⃣0⃣1⃣7⃣

✈PESAWAT SAUDIA AIRLINES
🚫NO TRANSIT

🛬 RUTE LANGSUNG
🇮🇩Surabaya - 🇸🇦Madinah

💰Biaya : 2.100 USD
(Rp.27.250.000- kurs tgl 10-10-2016 : Rp.12.975,-)

🛄Plus Airport Tax
/Handling : 1.25 juta

🗓Lama : 13 hari
🏬 Madinah : Shourfah 4 Hari
🏢 Makkah : Retaj Shafwah 8 Hari
🚶d
 Hotel Gak Pake Jauh.
👍🏻 Mekkah lebih lama lebih banyak umrahnya dan lebih asyik.

🚌 Transport Pondok - Bandara PP
🍚🍻 3X Makanan Indonesia/Hari
📚 Manasik 5X
🕋 Free Umrah 4X
👳🏻 Istighotsah Mekkah Medinah
🎖Dapat Sertifikat Umrah
📗 Free Buku One Day One Hadith Part.1
🛍 Travel Bag berlogo Annur 2
📙 Buku Manasik Umrah Annur2
📞 Free Telpon Saudi - Indonesia utk keluarga
🏁Ceremonial Oleh Ribuan Santri

Pembimbing:
DR.H.Fathul Bari
Admin One day One Hadith

🛫 Berangkat :
5 Januari 2017

📖 Opening Manasik     :
Sabtu, 12 November 2016

📝 Pendaftaran
👤Ust. Mujiono
☎ +6282331865292

Mhn bantu sebar ke semua alumni, wali santri dan alvers community....pahala untuk kita semua...




Saturday, October 8, 2016

AMALAN ASYURA




ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari abdullah, Rasul SAW bersabda :
مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ لَمْ يَزَلْ فِي سَعَةٍ سَائِرَ سَنَتِهِ.
Barang siapa meluaskan belanjanya kepada keluarganya pada hari Asyura maka ia senantiasa berada pada keluasan rizki sepanjang tahunnya. [HR Thabrani]

Catatan Alvers

‘Asyura adalah hari yang mulia dan di muliakan oleh Allah swt. Berbagai macam cara dilakukan kaum muslim untuk memuliakannya. Sebagian ulama menghitung ada 12 hal yang banyak dilakukan masyarakat ketika ‘asyura yaitu shalat sunnah, puasa, silaturrahim, shadaqah, mandi, memakai cela’, mengunjungi orang alim, menjenguk orang sakit, mengelus kepala anak yatim, meluaskan belanja kepada keluarga, memotong kuku, membaca surat al-ikhlas 1000 kali. Al-Ajhury mengadakan penelitian dalam hal ini dan menanyakan kepada para ahli hadits dan ia berkata :

Friday, October 7, 2016

FIKIH ASYURA


ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Ia berkata :

مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ

Aku tidak pernah melihat Nabi SAW menyengaja berpuasa di suatu hari yang beliau utamakan dari hari lainnya melainkan hari ini yakni hari Asyura. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Hari ke 10 dari bulan mulia Muharram atau yang kenal dengan hari Asyura menjadi hari yang istimewa untuk berpuasa karena Rasul SAW sendiri menyengaja berpuasa pada hari itu yang mana beliau utamakan dari hari lainnya. Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa hari asyura adalah hari terbaik setelah ramadhan untuk berpuasa. Pemahaman ini sejalan dengan sabda Rasul SAW:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

”Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram.”[HR Muslim]

 

Jika memang demikian maka apakah tidak terjadi kontradiksi dengan hadits berikut, Abu Qatadah Al-Anshari berkata : “Nabi SAW ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ

”Puasa Arafah dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”

 

Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab :  

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

”Puasa ’Asyura dapat menghapus dosa setahun yang lalu.” [HR Muslim]

 

Hadits Abu Qatadah ini mengisyaratkan hal sebaliknya yaitu puasa arafah lebih baik dari pada puasa Asyura yang mana hal ini dipahami dari ukuran pahalanya. Dalam hadits tersebut, puasa hari arafah lebih besar pahalanya (melebur dosa 2 tahun) dari pada pahala puasa Asyura (melebur dosa 1 tahun).

 

Menjawab kerancuan ini, Ibnu Hajar al-Atsqalani berkata :

إِنَّ يَوْمَ عَاشُورَاء مَنْسُوبٌ إِلَى مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَام وَيَوْمَ عَرَفَة مَنْسُوبٌ إِلَى النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلِذَلِكَ كَانَ أَفْضَلَ .

Hari Asyura dinisbatkan kepada Nabi Musa AS sedangkan hari Arafah dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SAW maka dari itulah puasa Arafah lebih banyak pahalanya [Fathul Bari]

 

Dari mulianya hari asyura, hari itu pernah diwajibkan berpuasa oleh Rasul SAW. Imam Haramain dalam kitabnya, menuqil keterangan dari Muadz bin jabal RA yang berkata :

فُرِضَ صَوْمُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، ثُمَّ نُسِخَ وُجُوبُهُ، وَفُرِضَ صِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَهِيَ الأَيَّامُ الْبِيضُ، ثُمَّ نُسِخَتْ فَرْضِيَّتُهَا بِصَوْمِ رَمَضَانَ

Puasa hari Asyura dahulu diwajibkan kemudian dihapus kewajiban itu dan diwajibkanlah puasa tiga hari setiap bulan yakni pada ayyamul Bidl (13,14,15 Bulan Hijriyah) kemudian dinasakh (hapus) dengan diwajibkannya puasa bulan ramadhan [Nihayatul Mathlab]

 

Namun demikian penting dan mulianya puasa hari asyura, bagi seorang istri haruslah mendapat ijin dari suaminya sebab Rasul SAW bersabda :

لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

“Tidaklah halal bagi seorang wanita untuk berpuasa (sunnah) sedangkan suaminya ada (tidak bepergian) kecuali dengan izin suaminya.”[HR Bukhari]

 

Mayoritas ulama memahami larangan hadits ini sebagai keharaman. Maka haram hukumnya seorang istri berpuasa tanpa ijin suaminya jika suaminya ada di rumah dan ia tidak berpuasa hari itu. Jika si istri bersikukuh untuk berpuasa tanpa ijin maka puasanya tetap sah namun tidak mendapat pahala. Rasul SAW bersabda :

وَمِنْ حَقِّ الزَّوْجِ عَلَى زَوْجَتِهِ أَنْ لَا تَصُومَ تَطَوُّعًا إِلَّا بِإِذْنِهِ، فَإِنْ فَعَلَتْ لَمْ يُقْبَلْ مِنْهَا

Termasuk hak suami atas istrinya adalah si istri tidak berpuasa sunnah kecuali mendapat ijin darinya, jika sang istri tetap berpuasa tanpa ijinnya maka puasanya tidak diterima (oleh Allah SWT) [HR Thabrani]

 

Mengapa demikian?, Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata :

وَفِي الْحَدِيثِ أَنَّ حَقَّ الزَّوْجِ آكَدُ عَلَى الْمَرْأَةِ مِنَ التَّطَوُّعِ بِالْخَيْرِ، لِأَنَّ حَقَّهُ وَاجِبٌ، وَالْقِيَامَ بِالْوَاجِبِ مُقَدَّمٌ عَلَى الْقِيَامِ بِالتَّطَوُّعِ

“Dalam hadits tersebut terdapat pemahaman bahwa menunaikan hak suami itu lebih utama daripada menjalankan kebaikan yang hukumnya sunnah. Karena menunaikan hak suami adalah suatu kewajiban sedangkan menjalankan perkara wajib tentunya didahulukan dari menjalankan ibadah sunnah.” [Fathul Bari]

 

Selanjutnya, Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata : dipahami (secara mafhum mukhalafah) dari hadits tersebut bahwa seorang istri boleh berpuasa sunnah tanpa ijin jika suaminya bepergian. Dan Jika suami datang di siang hari maka boleh sang istri membatalkan puasanya tanpa makruh. [Fathul Bari]

 

Boleh juga membatalkan puasa sunnah ketika bertamu dan disuguhi makanan bahkan sunnah baginya membatalkan puasanya jika seandainya ia tidak memakan suguhan tersebut dapat menyinggung perasaan tuan rumahnya. Bahkan menurut Imam Syafi'i secara muthlaq sunnah membatalkan puasa sunnahnya tanpa pertimbangan ada atau tidaknya ketersinggungan tuan rumah. [I’anatut Thalibin] dalam faidah disebutkan :

مَنْ تَلَبَّسَ بِصَوْمِ تَطَوُّعٍ أَوْ صَلَاتِهِ فَلَهُ قَطْعُهُمَا

Barang siapa melakukan puasa sunnah atau sholat sunnah maka boleh baginya untuk memutuskan puasa atau shalatnya tersebut. [Fathul Mu’in] Wallahu A’lam.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk melakukan ibadah sesuai ilmu dan ajaran-Nya.

 

Salam Satu Hadits,

Dr. H. Fathul Bari, SS., M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani

Ayo Mondok! Mondok itu Keren!

WA Auto Respon :  0858-2222-1979

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Revmin030725

Thursday, October 6, 2016

SEJARAH PUASA ASYURA




ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Abu Qatadah Al-Anshari, ia berkata :

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
Nabi SAW ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” [HR Muslim]

Catatan Alvers

Kita berada di bulan mulia muharram yang mana sebagian masyarakat menyebutnya bulan Syura. Nama Asyura sendiri adalah nama hari kesepuluh dari bulan muharram namun karena keistimewaannya masyarakat menyebutnya sebagai nama bulan.

Tuesday, October 4, 2016

MENGUSAP KEPALA YATIM


ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa seorang laki-laki mengeluhkan hatinya yang keras kepada Nabi SAW. Lalu beliau bersabda:

امْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ وَأَطْعِمْ الْمِسْكِينَ

“Usaplah kepala anak yatim, dan berilah makan orang miskin.” [HR Ahmad] Hadits ini dinilai oleh ibnu hajar al-atsqalani sebagai hadits hasan. [Fathul Bari]

 

Catatan Alvers

 

Alvers, Betapa malang seseorang yang ditinggal wafat ayahnya, tulang punggung keluarga, orang yang menjadi tumpuan hidup sekeluarga, orang yang menjadi pemimpin dalam rumah tangganya bahkan yang menyayanginya, memperhatikannya, menghiburnya dan menasehatinya tanpa pamrih. Jangankan anak kecil, orang dewasa sekalipun apabila ditinggal wafat oleh ayah pastilah merasa tergoncang jiwanya, duka dan kesedihan akan menyelimutinya. Lantas bagaimana perasaan anak-anak yang masih kecil, yang belum banyak mengerti tentang hidup dan kehidupan, tapi ditinggal pergi oleh Bapaknya untuk selama-lamanya. Boleh jadi, jika boleh memilih maka tak seorangpun mau kehilangan ayahnya.

 

Ajaran Islam yang dibawa oleh seorang nabi yang sangat paham akan perasaan seorang yatim bahkan beliau sendiri mengalaminya, wajar saja memberikan perhatian khusus melebihi anak-anak lainnya. Alvers, Wahyu Ilahi telah memerintahkan kepada kaum muslimin untuk senantiasa memperhatikan nasib mereka, berbuat baik dan menyayangi mereka. Rasul SAW bersabda :

مَنْ مَسَحَ رَأْسَ يَتِيمٍ لَمْ يَمْسَحْهُ إِلَّا لِلَّهِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ مَرَّتْ عَلَيْهَا يَدُهُ حَسَنَاتٌ وَمَنْ أَحْسَنَ إِلَى يَتِيمَةٍ أَوْ يَتِيمٍ عِنْدَهُ كُنْتُ أَنَا وَهُوَ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ وَفَرَّقَ بَيْنَ أُصْبُعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى

“Barang siapa mengusap kepala anak yatim yang semata-mata karena Allah maka dengan setiap rambut yang dilewati tangnnya, Allah berikan beberapa kebaikan, dan barangsiapa memperbaiki anak yatim perempuan atau laki-laki yang ada sisinya niscaya aku dan dia di surga bersanding seperti dua jari ini (Nabi merenggangkan jari telunjuk dan jari tengah)” [HR Ahmad]

 

“Mengusap kepala anak yatim” dalam hadits ini adalah bermakna hakiki (sebenarnya) sebagaimana Ibnu Hajar al-Haitami berkata:

 وَالْمُرَادُ مِنَ الْمَسْحِ فِي الْحَدِيثِ الثَّانِي حَقِيقَتُهُ

Maksud dari mengusap dalam hadits yang kedua adalah makna sebenarnya...

Kepala disebut secara khusus, dikarenakan mengusap kepala berarti menghargai, mengasihi, cinta, dan mengobati kegundahannya. [al-Fatawa al-Haditsiyah]

 

 

 

Berikut adalah tutorial mengelus kepala anak yatim yaitu dengan menaruh telapak tangan di atas kepala bagian depan, kemudian dijalankan ke bagian tengah kepala lalu kembali ke awalnya atau simpelnya mengusap dengan dua arah. Sedangkan mengelus kepala anak kecil yang bukan yatim adalah dengan menaruh telapak tangan di atas kepala bagian depan, kemudian dijalankan sampai ke bagian belakang kepala, atau mengusap dengan satu arah saja. Hal ini sebagaimana sabda Nabi SAW :

إِذَا كَانَ الْغُلَامُ يَتِيمًا فَامْسَحُوا رَأْسَهُ هَكَذَا إِلَى قُدَّامٍ، وَإِذَا كَانَ لَهُ أَبٌ فَامْسَحُوا بِرَأْسِهِ هَكَذَا إِلَى خَلْفٍ مِنْ مُقَدَّمِهِ

"Jika anak itu yatim, usaplah kepalanya seperti ini — ke arah depan, dan jika dia memiliki ayah, maka usaplah kepalanya seperti ini — ke arah belakang dari bagian depannya." [HR Thabrani]

 

Namun bisa juga bermakna kiasan, Alvers. Syeikh Mulla Al-Qari mengutip pendapat Abu Thayyib :

مَسْحُ رَأْسِ الْيَتِيمِ كِنَايَةٌ عَنِ الشَّفَقَةِ وَالتَّلَطُّفِ إِلَيْهِ

“Mengusap kepala anak yatim adalah sebuah kinayah tentang kasih sayang dan sikap lemah lembut (kepadanya).

Makna kinayah ini tidak bertentangan dengan makna hakiki, karena keduanya bisa dipadukan”. [Mirqatul Mafatih]

 

Dari pendapat ini Alvers, dipahami bahwa seyogyanya seseorang tidak mencukupkan diri dengan hanya mengusap kepala anak yatim namun juga haruslah menyantuninya baik dalam hal sandang, pangan, papan, maupun pendidikannya. Tentunya sesuai kadar kemampuannya, namun jika tidak mampu maka hendaknya ia tidak menghardiknya. Allah swt berfirman:

  أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (1) فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (2) وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (3).

“Tahukah kamu orang yang mendustakan Agama, itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin “ [QS Al-Ma’un : 1-3]

Tidak hanya berpahala besar, mengusap kepala anak yatim dan bersedekah makanan kepada orang miskin merupakan salah satu cara mengobati hati yang keras sebagaimana hadits utama di atas.

 

Manfaat ini Alvers, menurut Mulla Al-Qari dikarenakan dengan mengusap kepala yatim, seseorang akan teringan kematian (almarhum ayah yatim) sehingga ia pun berpikiran mengalami hal yang sama yaitu mati. Dengan demikian ia menggunakan kesempatan hidupnya dengan baik (untuk ibadah) karena kerasnya hati bersumber dari kelalaian. Adapun memberi makan fakir miskin, bertujuan untuk mensyukuri nikmat Allah sehingga seseorang sadar bahwa ia beruntung sekiranya diberi kelebihan atas anak yatim tersebut. Dari sinilah akhirnya kerasnya hati sirna dan hatinya menjadi penyayang. [Mirqatul Mafatih]

 

Selanjutnya Alvers,, siapakah anak yatim itu?. Secara bahasa “yatim” berarti orang yang sedih atau sendiri. Al-Jurjani berkata : Yatim adalah anak yang menyendiri atau terpisah (karena ditinggal wafat) ayahnya karena nafkah itu tanggungan ayahnya bukan ibunya sementara untuk hewan, istilah yatim dikenal untuk anak hewan yang menyendiri (karena ditinggal mati) ibunya karena air susu dan makanan itu berasal dari ibunya. [At-Ta’rifat]

 

Syeikh al-Fayyumi AL-Muqri berkata :

فَإِنْ مَاتَ الأَبَوَانِ، فَالصَّغِيرُ لَطِيمٌ، وَإِنْ مَاتَتْ أُمُّهُ فَقَطْ، فَهُوَ عَجِيٌّ.

Jika bapak ibunya meninggal, maka anaknya disebut dengan “lathim” dan jika yang meninggal ibunya saja maka disebut dengan “ ajiy” [Al-Mishbah Al-Munir]

 

Lantas Alvers, sampai kapan seorang anak menyandang predikat yatim?. Ibnu Abbas RA pernah menerima surat dari Najdah bin Amir Al-Haruri yang berisi beberapa pertanyaan, salah satunya tentang batasan seorang anak disebut yatim, Ibnu Abbas menjawab:

وَإِنَّهُ لَا يَنْقَطِعُ عَنْهُ اسْمُ الْيُتْمِ حَتَّى يَبْلُغَ وَيُؤْنَسَ مِنْهُ رُشْدٌ

Sesungguhnya nama (hukum) yatim itu tidak terputus sehingga ia mencapai baligh dan menjadi dewasa. [HR Muslim]

 

Dari batasan ini Alvers, maka menyantuni anak yatim dan keutamaannya akan terus berlaku setiap hari sepanjang tahun sehingga santunan anak yatim tidak cukup dilakukan pada tanggal 10 Muharram (Asyura) saja. Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk care terhadap anak yatim dan membantu meringankan beban hidupnya.

 

Salam Satu Hadits,

Dr. H. Fathul Bari, SS., M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani

Ayo Mondok! Mondok itu Keren!

WA Auto Respon :  0858-2222-1979

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]


Sunday, October 2, 2016

THE POWER OF NIAT


ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Umar bin Khatthab RA, Rasul SAW bersabda :

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى..

Sesungguhnya (sahnya) perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang mendapat apa yang diniatkannya. [HR Bukhari-Muslim]

 

Catatan Alvers

 

 

Bulan Muharram adalah bulan dimana Nabi saw dan para sahabat memancangkan niat untuk berhijrah ke madinah. Berhijrah bukanlah perkara mudah  karena berhijrah berati mencucurkan keringat, mencurahkan pikiran, mempertaruhkan harta bahkan nyawa. Betapa tidak, Nabi dan para sahabat yang berhijrah mereka berada di bawah bayang-bayang pedang kaum kafir mekkah. Tidak berhenti di mekkah, setibanya di madinah mereka di hantui penyakit yang menyebabkan kemandulan bahkan mematikan dan yaitu humma yatsrib. [Kisah Humma Yatsrib dan Ramal, Lihat HR AHMAD]

 

 

Besarnya resiko hijrah ini akan menyurutkan langkah setiap orang yang niatnya lemah, dengan demikian orang yang berhasil ikut berhijrah itu artinya mereka tidak disangsikan lagi betapa tinggi dan kuatnya niat hijrahnya. Namun demikian, ternyata tidak serta merta hal ini menafikan masalah niat. Justru Rasul SAW mengingatkan niat hijrah pada hadits utama di atas. Sesungguhnya (sahnya) perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang mendapat apa yang diniatkannya. Dan dalam lanjutannya Nabi SAW bersabda :

فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Barang siapa yang berhijrah karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena harta yang diinginkannya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkannya. [HR Bukhari]

 

Dan ternyata praktik di lapangan membuktikan demikian, ada yang berhijrah karena wanita yang ingin di nikahinya yaitu Ummu Qays. Menurut ibnu dihyah, wanita tersebut bernama qaylah [Umdatul Qari] yang mana selanjutnya predikat lelaki “misterius” yang mengejar ummu qays itu menjadi julukan bagi orang yang beramal karena selain Allah, yaitu Muhajir Ummu Qays. [Umdatul Qari]

 

Niat sangat penting kedudukannya dalam sebuah amal bahkan dari pentingnya niat ini Nabi SAW dalam riwayat lain bersabda:

نِيَّةُ الْمُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ

Niatnya orang mukmin itu lebih baik (pahalanya) dari pada amalannya. [HR Thabrani]

 

Maka wajarlah Imam Ahmad dan Imam Syafi’I berkata : “Hadits tentang niat ini mencakup sepertiga agama islam.” Dan Imam Syafi’i berkata “Hadits ini masuk kedalam tujuh puluh bab (fiqih)” [Fathul Bari]

 

Dahsyatnya niat itu tidak berhenti dalam urusan amal ibadah saja namun ternyata ada pemahaman lain yaitu niat sebagai power yang dapat digunakan untuk terapi kesembuhan bahkan niat akan sangat mempengaruhi kesuksesan sebuah usaha. Dr. F.I. Regardie, seorang ahli psikoterapi yang lahir di London tahun 1907 dan tinggal di Amerika Serikat sejak usia 13 tahun, menulis buku yang sangat laris, The Art of True Healing. Isinya tentang spiritual power dari masing-masing manusia yang bila dimanfaatkan bisa menyembuhkan segala penyakitnya sendiri. Konsep ini sejalan dengan buku Anatomy of The Spirit karya Dr. Caroline Myss, seorang ahli spesialis diagnosa intuisi, yakni bagaimana “melihat” penyakit pasien secara intuitif. Yang menarik adalah sebuah pernyataan di dalam buku itu, “So be it, so it is”. Ucapkan: “Jadilah, maka akan terjadi”.

 

Bila seseorang berkonsentrasi penuh membayangkan sesuatu hal akan terjadi, maka niscaya hal itu terjadi. Mirip ayat “Kun fayakun”. Bila kita membulatkan pikiran dan niat bahwa badan yang lesu dan sakit-sakitan menjadi terasa segar bugar, maka hal itu akan terjadi, badan akan segar lagi. Setiap kali energi spiritual dipusatkan dan disalurkan kepada organ yang sakit, maka setiap sel di sana menerima pesan penyembuhan dan akan melaksanakan perintah sesuai pesan itu. Setiap molekul udara di sekitar tubuh ternyata juga ikut beresonansi, bergetar memperkuat frekuensi pesan itu sehingga akhirnya kesembuhan menjadi kenyataan. Dan pengiriman pesan pikiran ini tidak hanya terbatas soal penyakit, pemusatan niat bulat tentang satu usaha akan direkam oleh alam dan apabila intensitas energinya cukup tinggi, akan menjadi kenyataan.

 

Ketika pikiran difokuskan kepada seorang teman agar dia ingat pada kita, maka bisa saja tiba-tiba dia menelpon kita. Bukankah hal ini sering kita alami? Tetapi niat yang setengah-setengah, asal-asalan, akan menguap begitu saja tanpa bekas. Ketika kita membulatkan niat untuk mencapai suatu target maka kemungkinan besar akan terwujud. Bukankah Allah mengikuti apa yang kita yakini, sukses atau tidaknya. Dalam hadits qudsy disebutkan :

يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي

Allah berfirman, Aku menuruti saja persangkaan hamba-Ku [HR Bukhari]

 

Maka merupakan keniscayaan bagi kita agar dalam memulai suatu usaha haruslah dengan penuh keyakinan bila kita berpikiran positif hasilnyapun juga akan positif. Ada falsafah para pelaut pengembara Bugis-Makassar, “Sebelum berangkat tiba dahulu.” Sebelum perahu bertolak, sudah dibayangkan dengan penuh keyakinan suasana di pantai yang akan dituju. Artinya sebelum memulai satu usaha, bayangkan dengan kuat gambaran ketika hal itu sudah selesai sebagai motivasi. Layaknya minum jamu yang pahit maka bayangkanlah manfaat kesembuhan setelah meminumnya sehingga termotivasi dan tidak surut niat untuk meminumnya. Maka realisasi target tinggal menunggu waktu saja. Allah SWT mengajarkan kita agar mempekokoh niat dan baru kemudian pasrah kepada-Nya. Allah swt berfirman :

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya : Apabila niatmu sudah bulat, maka bertawakallah kepada Allah karena Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal [QS Ali Imran :159]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk membenahi niat setiap aktifitas kita dan semoga Allah swt merealisasikan semua niat, doa dan cita-cita kita serta memberikan pertolongan dan kemudahan dalam setiap usaha kita.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk care terhadap anak yatim dan membantu meringankan beban hidupnya.

 

Salam Satu Hadits,

Dr. H. Fathul Bari, SS., M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani

Ayo Mondok! Mondok itu Keren!

WA Auto Respon :  0858-2222-1979

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]


revmin 220625