إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ
"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]
أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ
“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]
الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص
"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا
"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.
“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]
Saturday, July 30, 2016
LENYAPNYA ILMU
Friday, July 29, 2016
FIKIH MEONG
Wednesday, July 27, 2016
TAUBAT LAGI
Bahkan Rasul SAW menegaskan bahwa diantara tujuan penciptaan manusia adalah Allah menjadikan mereka makhluk yang berbuat dosa agar mereka bertaubat, beliau berkata:
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ
"Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, kalau kalian tidak berdosa maka Allah akan menjadikan kalian sirna, lalu Allah akan mendatangkan suatu kaum yang mereka berdosa lalu mereka bertaubat kepada Allah lalu Allah mengampuni mereka" [HR Muslim]
يا عبادي! إنَّكم تُخطئون بالليل والنهار، وأنا أغفرُ الذنوبَ جميعاً، فاستغفروني أغفرْ لكم
"Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian berbuat dosa di siang hari dan malam hari, dan Aku maha mengampuni semua dosa, maka mintalah ampunan kepadaKu niscaya Aku akan mengampuni kalian" (HR Muslim)
Allah menciptakan seorang hamba dengan sifat berdosa agar ia bertaubat dan dan kembali kepada Allah dan saat itulah Allah mecurahkan kasih sayang dan rahmat kepadanya dengan
MASALAH LAMARAN
Sunday, July 24, 2016
TWO IN ONE
Saturday, July 23, 2016
PERUMPAMAAN DUNIA
Thursday, July 21, 2016
ALARM PENDETEKSI MALAIKAT
Wednesday, July 20, 2016
ISTIQAMAH DI JALAN ALLAH
BAHAYA RIBA (rev)
Monday, July 18, 2016
KOPIAH
Sunday, July 17, 2016
PEMIMPIN CERMINAN RAKYAT
Saturday, July 16, 2016
NYAWAL YUK
Sehingga meskipun Ramadan telah pergi, baca quran, shalat lima waktu, shalat malam,
Harus tetap terjaga! Ingat, Ramadhan kita memiliki waktu 24 jam dalam sehari.
Di bulan Syawwal kita juga mempunyai waktu 24 jam dalam sehari. Allah pencipta bulan Ramadhan, Allah pulalah yang menciptakan bulan Syawwal. Jadi barang siapa yang menyembah Ramadhan maka ketahuilah bahwa Ramadhan telah pergi, Dan barang siapa yang menyembah Allah, maka ketauilah bahwa Allah itu Maha Hidup.
Friday, July 15, 2016
MENGAKUI KESALAHAN
Wednesday, July 13, 2016
DAHSYATNYA BERJABAT TANGAN
Tuesday, July 12, 2016
ESENSI HALAL BI HALAL
*ONE DAY ONE HADITH*
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah saw bersabda :
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ
عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ
دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ
“Barang siapa telah melakukan kezaliman kepada saudaranya, baik
menyangkut harga diri/kehormatan atau harta, maka pada hari ini hendaklah ia
meminta dibebaskan (dihalalkan) sebelum datang hari di mana tidak berguna lagi
dinar dan dirham.” [HR Bukhari].
_Catatan Alvers_
Halal bi Halal tak terpisahkan dengan hari raya idul fitri. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Halal bi Halal diartikan sebagai hal maaf-memaafkan
setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan, biasanya diadakan di sebuah tempat
oleh sekelompok orang. Dalam Ensiklopedi Indonesia, disebutkan bahwa Halal bi
Halal berasal dari Bahasa Arab yang tidak berdasarkan gramatikanya yang benar
sebagai pengganti istilah silaturrahmi.
Menurut Prof Dr Quraish Shihab, istilah Halal bi Halal adalah bentuk
kata majemuk yang pemaknaannya dapat ditinjau dari dua sisi: sisi hukum dan
sisi bahasa. Pada tinjauan hukum, halal adalah lawan dari haram. Jika haram
adalah sesuatu yang dilarang dan mengundang dosa, maka halal berarti sesuatu
yang diperbolehkan dan tidak mengundang dosa. Dengan demikian, Halal bi Halal
adalah menjadikan sikap kita terhadap pihak lain yang tadinya haram dan
berakibat dosa, menjadi halal dengan jalan mohon maaf.
Sedangkan pada tinjauan bahasa, kata halal yang darinya dapat terbentuk
beberapa bentuk kata memiliki varian makna, antara lain: “menyelesaikan
masalah”, “meluruskan benang kusut”, “melepaskan ikatan”, “mencairkan yang
beku”, dan “membebaskan sesuatu”. Bahkan jika langsung dikaitkan dengan kata
dzanbin; halla min dzanbin, akan berarti “mengampuni kesalahan”. Jika demikian,
ber-Halal bi Halal akan menjadi suatu aktivitas yang mengantarkan pelakunya
untuk menyelesaikan masalah dengan saudaranya, meluruskan hubungan yang kusut,
melepaskan ikatan dosa dari saudaranya dengan jalan memaafkan, mencairkan
hubungan yang beku sehingga menjadi harmonis, dan seterusnya. Kesemuanya ini
merupakan tujuan diselenggarakannya Halal bi Halal. [Membumikan Al-Qur'an]
Masihkah diperlukan Halal bi Halal setelah kita melakukan puasa, yang
mana Nabi bersabda : “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh
keimanan dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu
[HR. Bukhari]. Untuk menjawab pertanyaan ini kiranya kita harus mengetahui
bahwa *pertama,* dosa yang diampuni dalam hadits tersebut adalah dosa kecil.
Rasul SAW bersabda :
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ ، وَالْجُمْعَةُ
إِلَى الْجُمْعَةِ ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ
إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Antara sholat lima waktu, jum’at ke jumat, Ramadhan ke Ramadhan akan
menghapuskan dosa-dosa antaranya jika dosa-dosa besar dijauhi”. [HR. Muslim].
Dosa besar itu seperti “Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang
tua, persaksian palsu. [HR. Bukhari]. Dosa besar seperti ini tidak bisa dilebur
kecuali dengan taubatan nashuha.
*Kedua*, Jika dosanya bersifat haqqul adami atau kesalahan pada manusia
maka haruslah ia membebaskan diri dari hak manusia yang dizalimi sebagaimana
terdapat pada hadits utama di atas. Jika menyangkut harta benda maka ia harus
mengembalikannya dan bila menyangkut non-materi seperti ghibah maka hendaknya
ia meminta maaf. Namun haruskah kita menjelaskan secara detail ghibah tersebut?
Ulama berbeda pendapat. *Yang pertama* mengatakan harus menjelaskannya, pendapat
ini adalah Adhar (lebih jelas argumentasinya) dan *pendapat yang kedua*
mengatakan :
لا يشترط ، لأن هذا مما يتسامح فيه ، فلا
يشترط علمه ، بخلاف المال .
Tidak disyaratkan untuk menjelaskan secara detail ghibah tersebut
karena hal ini termasuk bagian yang dimaafkan maka tidak harus memberi tahu
kepadanya. Berbeda dengan dosa yang berkenaan dengan harta. Namun jika orangnya
telah meninggal atau tidak ada dan sulit meminta maafnya maka ulama berpendapat
sebaiknya ia memperbanyak istighfar untuknya, berdoa dan memperbanyak kebaikan.
[kitab Al-Adzkar]
Orang yang enggan meminta maaf atas kesalahan kepada saudaranya maka
amal kebaikannya akan diambil untuk saudaranya, atau jika tidak maka dosa amal
buruk saudaranya itu akan ditimpakan kepadanya hingga ia akan menjadi orang
yang muflis (merugi) seperti sabda Nabi SAW:
أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ
“Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang pailit) itu?”
Para sahabat menjawab,
الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ
وَلَا مَتَاعَ
”Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai dirham
maupun harta benda.”
Tetapi Nabi SAW berkata : “Muflis (orang yang pailit) dari umatku
ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan
zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang
lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka
orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis
kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian
dia akan dilemparkan ke dalam neraka”.[HR Muslim] Ini seperti keterangan hadits
utama di atas. _Wallahu A’lam_. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran
kita untuk ringan hati meminta maaf dan memafkan kesalahan orang lain sehingga bisa
berbahagia bersama keluarga di momen idul fitri yang penuh dengan suka cita
ini.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]