Friday, April 7, 2023

DUA BIDADARI BERMATA BENING

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :

وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ يُرَى مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ مِنْ الْحُسْنِ لَا اخْتِلَافَ بَيْنَهُمْ وَلَا تَبَاغُضَ قُلُوبُهُمْ قَلْبٌ وَاحِدٌ

Setiap orang dari mereka (penghuni surga) memiliki dua istri (bidadari) yang mana sumsum tulangnya dapat kelihatan dari betis-betis mereka dari balik daging karena teramat sangat cantiknya. Tidak ada perselisihan (pertengkaran) di sana dan tidak ada pula saling benci. [HR Bukhari Muslim] 

Catatan Alvers

 

“Bidadari Bermata Bening” adalah judul novel best seller karya penulis terkenal Indonesia, Habiburahman El Shirazy yang merupakan penulis sejumlah novel best seller lainnya, seperti Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, dan lainnya. Novel setebal 337 halaman ini sebenarnya sudah terbit pada tahun 2017 silam, namun sekarang baru ramai diperbincangkan setelah diangkat menjadi serial web Indonesia yang ditayangkan perdana pada akhir Maret 2023 melalui aplikasi Viu.

 

Dalam resensi disebutkan bahwa novel tersebut mengisahkan tentang seorang santriwati cantik yang bernama Ayna Mardea. Ia mondok dan menjadi khadam di pesantren karena tidak memiliki biaya untuk meneruskan kuliah seperti teman lainnya. Dengan kecantikan, kepintaran dan kebaikan perilakunya, dalam perjalanan hidupnya ada tiga orang laki-laki dengan kepribadian dan latar belakang yang berbeda jatuh hati kepadanya. Ayna kebingungan untuk menentukan siapa yang harus ia pilih karena ada campur tangan keluarganya. Aynapun meminta petunjuk Allah SWT dalam menentukan pilihan dengan melaksanakan shalat istikharah dan iapun pasrah dengan takdirnya.

Nama Ayna Mardea tadi mengingatkan saya akan nama Ayna Mardea kedua, yang kalau ditulis dalam bahasa arab “al-‘Ayna’ Al-Mardliyah” yang kalau diartikan seperti judul novel di atas, artinya bidadari bermata bening lagi cantik jelita. Kisah ini yang sebutkan dalam kitab “Irsyadul Ibad ila Sabilir Rasyad” (Petunjuk Bagi Hamba Allah Menuju Jalan Kebenaran) oleh Syekh Zainuddin Al-Malibari. Al-Malibari merujuk kepada nama daerah kelahiran beliau di India Selatan (bukan malioboro ya sebagaimana sering diplesetkan). Beliau adalah ulama besar yang merupakan murid dari Syekh Ibnu Hajar Al Haitami yang disebutnya dalam kitab beliau sendiri “Fathul mu’in” dengan sebutan “syaikhuna” (guru kami).

 

Di samping kitab fathul mu’in yang menjadi kitab wajib di pesantren salaf, Beliau juga memiliki karya terkenal yaitu Hidayatul Adzkiya’, yang disyarahi oleh banyak ulama diantaranya oleh Sayyid Bakri bin Muhammad Syatha dengan judul Kifayatul Atqiya’. So, kisah ayna mardea kedua ini bukan kisah kaleng-kaleng dan imaginasi belaka apalagi cerita pengantar tidur.

 

Syekh Zainuddin Al-Malibari berkata : Al-Yafi’i menceritakan bahwa Syeikh Abdul Wahid bin Zahid bercerita : Suatu hari ketika kami sedang bersiap-siap hendak berangkat perang, aku meminta beberapa teman untuk membaca sebuah ayat al-Qur’an. Lalu salah seorang dari mereka membaca :

إنَّ الله اشْتَرَى مِنَ المُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بأنَّ لَهُمُ الجَنَّةَ

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka” [QS At-Taubah : 111]

 

Lalu seorang pemuda sekira usia 15 tahun yang mana ia mendapat harta warisan yang cukup besar dari ayahnya yang telah meninggal, Ia berkata:”Wahai Abdul Wahid, benarkah Allah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan sorga untuk mereka?” “Ya, benar.” kata Abdul Wahid. Anak muda itu melanjutkan:”Kalau begitu saksikanlah, bahwa diriku dan hartaku mulai sekarang aku jual dengan surga.”

Abdul Wahid berkata “tajamnya pedang itu sungguh lebih berat wahai pemuda, aku khawatir engkau tidak sanggup dan lemah nanti”. Pemuda itu meyakinkan : “Akankah aku lemah setelah aku berbaiat kepada Allah?. Pemuda itu lalu menginfakkan semua hartanya dengan menyisakan seekor kuda, pedang dan biaya keperluannya saja.

Tibalah waktu berangkat ke medan perang dan ternyata pemuda itu yang terlihat datang pertama. Dia mengucapkan salam. Abdul Wahid berkata : Semoga kau beruntung dalam “perdagangan” (peperangan) ini. Sepanjang jalan, pemuda itu siang berpuasa dan malamnya dia bangun untuk beribadah. Dia membantu keperluan pasukan, juga mengurus kuda-kuda perang, serta menjaga pasukan jika mereka sedang tidur istirahat.

Setibanya di Romawi dan kami sedang beristirahat, tiba-tiba dia berteriak:

وَاشَوْقَاهْ إِلَى الْعَيْنَاءِ الْمَرْضِيَّةِ

”Betapa rindunya aku kepada ‘Aina’ Al-Mardliyah”

 

Para prajurit menduga bahwa pikirannya mulai kacau (karena ketakutan menghadapi peperangan). Lalu Abdul Wahid bertanya siapakah Aina’ Al-Mardliyah itu?.

Ia menjawab: “Tadi sewaktu aku tertidur sebentar, aku bermimpi ada seseorang menyuruhku menemui Aina’ Al-Mardliyah. Lalu Ia membawaku memasuki taman yang indah dengan sungai yang jernih airnya dan dipinggirnya nampak para gadis-gadis cantik yang mengenakan perhiasan-perhiasan yang sangat indah. Manakala melihat kedatanganku, mereka bergembira seraya  berkata: “Inilah suami Aina’ Al-Mardliyah”

Akupun mengucap salam dan bertanya : “Adakah di antara kalian yang bernama Aina’ Al- Mardhiyah?” Mereka menjawab salamku dan berkata:

لَا نَحْنُ خَدَمُهَا وَإِمَاؤُهَا فَامْضِ أَمَامَكَ

“Tidak, kami ini adalah pembantu dan budaknya. Berjalanlah terus ke depan.”

 

Beberapa kali aku sampai pada taman-taman dan sungai yang lebih indah dari sebelumnya mulai sungai susu, sungai khamr dan sungai madu dengan gadis-gadis cantik yang lebih cantik dari sebelumnya tapi jawaban mereka sama, mereka adalah pembantunya dan menyuruh aku berjalan terus ke depan. Hingga akhirnya aku sampai pada kemah yang terbuat dari mutiara berwarna putih. Di pintu kemah terdapat seorang gadis dengan perhiasan yang tak bisa kuceritakan keindahannya. Tatkala ia melihat kehadiranku ia nampak gembira dan memanggil-manggil ke dalam kemah: “Hai Aina’ Al- Mardhiyah, ini suamimu telah datang.

 

Perlahan aku masuk ke dalam kemah dan kulihat seorang bidadari yang sangat sangat cantik duduk di atas ranjang emas yang ditaburi permata dan yaqut. Ia mengucapkan selamat datang atas kedatanganku. Lalu aku mendekatinya dan dia berkata: “Bersabarlah, kamu belum diijinkan lebih dekat kepadaku, karena ruh kehidupan dunia masih ada dalam dirimu. Nanti malam kau akan berbuka puasa bersamaku”.

“Lalu aku terbangun, wahai Abdul Hamid. Aku tidak sabar lagi untuk segera bertemu dengannya”.

 

Belum lagi percakapan itu selesai, tiba-tiba sekelompok pasukan musuh terdiri sembilan orang menyerbu kami. Pemuda itu segera bangkit dan menyerang mereka. Iapun berhasil membunuh sembilan orang tadi namun ia sendiri terluka parah. Selesai pertempuran aku melihat ia nampak tersenyum lebar hingga ruhnya berpisah dari badannya dan iapun meninggal dunia. (untuk segera bertemu dengan ayna mardea). Maka jika satu bidadari bisa memotovasi pemuda tersebut maka bagaimana dengan dua bidadari sebenagaimana hadits utama di atas atau bahkan tujuh puluh dua bidadari.

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menjadikan kisah-kisah sebagai motivasi diri untuk semakin semangat dan bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah SWT dan semakin baik kepada sesama manusia.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

0 komentar:

Post a Comment