Thursday, April 6, 2023

MENETRALISIR EFEK FLEXING

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ أَمِنَ الْحَلَالِ أَمْ مِنْ الْحَرَامِ

Akan datang satu masa dimana seseorang tidak lagi memperdulikan harta yang diambilnya, apakah hartanya dari barang haram ataukah dari barang halal. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Maraknya flexing di medsos mendatangkan efek negatif kepada masyarakat. Mereka akan cenderung materialistis. Mereka bepandangan bahwa materi, harta atau kekayaan menjadi tolok ukur ketinggian derajat dan kemuliaan seseorang. Semakin kaya seseorang berarti ia semakin mulia dan berkelas dan sebaliknya semakin sedikit materi yang dimiliki berarti seseorang semakin hina dan semakin rendah stratanya. Masyarakat yang terjangkit ideologi materialisme seperti itu akan cenderung berlomba-lomba dan tak kenal lelah untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan segala cara. Mereka tidak lagi memperdulikan apakah caranya halal ataupun haram. Inilah jawaban mengapa semakin marak korupsi di kalangan pejabat akhir akhir ini. Nabi SAW bersabda :

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ أَمِنَ الْحَلَالِ أَمْ مِنْ الْحَرَامِ

Akan datang satu masa dimana seseorang tidak lagi memperdulikan harta yang diambilnya, apakah hartanya dari barang haram ataukah dari barang halal. [HR Bukhari]

 

Untuk menetralisir hal ini, Islam mengajarkan bahwa barometer kemuliaan sesungguhnya adalah taqwa bukan harta. Allah SWT berfirman :

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

”Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu”. [QS Al-Hujurat : 13]

Dan Rasul SAW bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

"Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa-rupa kalian dan harta-harta kalian, akan tetapi Allah melihat pada hati-hati kalian dan amalan-amalan kalian." [HR Muslim]

 

Dan ingatlah bahwa seberapun harga yang kita miliki, tidak akan menjadikan bahagia jika kita terus berambisi. Baginda Nabi Saw bersabda :

لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لَابْتَغَى ثَالِثًا

Jika seseorang memiliki dua lembah harta niscaya dia akan mencari lembah yang ketiga. [HR Bukhari]

 

Efek negatif selanjutnya adalah motivasi kerja mereka bukan lagi motivasi mulia untuk menunaikan kewajiban menari nafkah dan ibadah namun motivasi mereka adalah gengsi dan menuruti kata setan. Dari Ka’ab bin ‘Ujrah, ia berkata, “Ada seorang laki-laki lewat di hadapan Nabi SAW, maka para shahabat Rasulullah SAW melihat kuat dan sigapnya orang tersebut. Lalu para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, alangkah baiknya seandainya orang ini ikut (Jihad) fi sabilillah”. Lalu Rasulullah SAW menjawab, “Jika ia keluar bekerja untuk mencukupi kebutuhan anaknya yang masih kecil, maka ia (Jihad) fi sabilillah. Jika ia keluar bekerja untuk mencukupi kebutuhan kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia maka ia (Jihad) fi sabilillah. Jika ia keluar bekerja untuk mencukupi kebutuhannya sendiri agar terjaga kehormatannya, maka ia (Jihad) fi sabilillah. Rasul SAW melanjutkan :

وَ اِنْ كَانَ خَرَجَ رِيَاءً وَ مُفَاخَرَةً فَهُوَ فِى سَبِيْلِ الشَّيْطَانِ

jika seseorang (bekerja) keluar rumah karena tujuan flexing dan gengsi maka ia berada jalan syaithan”. [HR. Thabrani]

 

Menetralisi motivasi negatif dan gengsi tersebut, Rasul SAW menyuruh kita untuk lebih banyak melihat orang yang ada dibawah kita. Beliau bersabda :

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ

“Pandanglah orang yang lebih rendah daripada kalian, dan janganlah memandang orang yang di atas kalian. Maka yang demikian itu lebih layak untuk dilakukan agar kalian tidak menganggap remeh akan nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kalian.” [HR Muslim]

Dan Al-Hasan berkata :

إِذَا رَأَيْتَ الرَّجُلَ يُنَافِسُكَ فِي الدُّنْيَا فَنَافِسْهُ فِي الْآخِرَةِ

Jika kau lihat ada orang berlomba-lomba dalam urusan dunia maka berlomba-lombalah dengannya dalam urusan akhirat. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]

 

Efek negatif selanjutnya adalah banyak pemuda menjadi berangan-angan menjadi orang kaya dengan tujuan agar ia bisa flexing seperti yang mereka. Rasulullah SAW bersabda : “Perumpamaan umat ini seperti empat kelompok manusia: (1) Seseorang yang Allah beri harta dan ilmu agama, maka dia beramal dengan hartanya sesuai ilmunya, dia infakkan hartanya sesuai kewajibannya. (2) Seseorang yang Allah beri ilmu, tapi tidak Allah beri harta. Dia berkata, ”Andai aku punya harta seperti dia (kelompok pertama), niscaya aku akan berbuat seperti yang dia lakukan”. Maka mereka berdua mendapatkan pahala yang sama.”

وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يُؤْتِهِ عِلْمًا فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ يُنْفِقُهُ فِي غَيْرِ حَقِّهِ

(3) Seseorang yang Allah beri harta, namun tidak Allah beri ilmu. Dia menghabiskan hartanya dan dia keluarkan hartanya pada tempat yang bukan haknya.”

(4) Seseorang yang tidak Allah beri harta dan tidak pula ilmu. Maka dia berangan-angan,

لَوْ كَانَ لِي مِثْلُ هَذَا عَمِلْتُ فِيهِ مِثْلَ الَّذِي يَعْمَلُ

”Andai aku punya harta seperti dia (kelompok ketiga), niscaya aku akan berbuat seperti orang itu.” Maka Mereka berdua mendapatkan dosa yang sama.” [HR Ahmad]

 

Efek negatif ini bisa dinetralisir dengan menyadarkan diri bahwa harta itu sementara karena ketika seseorang mati maka ia tidak akan membawanya dan di akhirat kelak akan dimintai pertanggugjawabandengan dobel pertanyaan, Yaitu :

عَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ

Ditanyakan perihal hartanya; Dari mana harta didapatkan dan dalam hal apa ia dibelanjakan. [HR Turmudzi]

Dan sayyidina Ali KW berkata :

حَلَالُهَا حِسَابٌ وَحَرَامُهَا عَذَابٌ

Halalnya harta akan dihisab dan haramnya akan mendatangkan adzab. [Kanzul Ummal]

 

Kaya belum tentu bahagia, Miskin belum tentu susah dan setiap orang akan menjadi bahagia apapun kondisinya asal dia mau ber-qana’ah (menerima ketentuan Allah dengan ridla dan senang hati). Banyak belum tentu cukup dan sedikit belum tentu kurang, maka cukup dan tidaknya itu adalah pilihan. Maka pilihlah kebahagian di dunia dan akhirat.

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menyadari bahwa setiap harta yang kita miliki akan dimintai pertanggung jawabannya kelak, tidak hanya darimana kita mendapatkannya namun juga untuk apa harta dibelanjakan.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

0 komentar:

Post a Comment