Friday, September 8, 2023

KESABARAN TERBERAT

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Anas bin Malik  RA, Rasul SAW bersabda:

حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

Surga itu dikelilingi oleh perkara-perkara yang dibenci sementara neraka itu dikelilingi oleh perkara-perkara yang disenangi. [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Ternyata ada kesabaran yang lebih berat dari pada bersabar menerima musibah dan cobaan hidup. Apa itu? Bersabar dalam menjauhi maksiat. Mengapa demikian? Musibah merupakan suatu yang menimpa dan seseorang tidak punya pilihan lain kecuali ia bersabar. Hal ini berbeda dengan meninggalkan maksiat, seseorang punya pilihan apakah ia mau melakukan maksiat atau meninggalkannya. Dan Dikatakan oleh para ulama bahwa amal kebaikan itu bisa dilakukan oleh siapa saja, orang baik dan orang buruk. Adapun meninggalkan maksiat maka tidak bisa dilakukan kecuali oleh orang yang sungguh-sungguh baik. Menjauhi maksiat itu bertentangan dengan hawa nafsu dan ini berat sekali. [Uddatus Shabirin]

 

Dari kisah Nabi Yusuf, kita mengetahui dua jenis kesabaran. Kesabaran pertama yaitu sabar dari maksiat dan kedua yaitu sabar dalam menerima musibah. Sabar pertama yaitu sabarnya Nabi Yusuf dengan menolak ajakan zina dari wanita cantik istri Al-Aziz itu merupakan sabar yang tingkatannya lebih berat daripada sabar kedua, yaitu sabarnya  Nabi Yusuf saat ia dibuang ke dasar sumur, dijual sebagai budak, dijauhkan dari sang ayah tercinta. Mengapa demikian? Pada sabar kedua, Nabi Yusuf tidak punya pilihan lain selain sabar itu sendiri. Adapun sabar pertama maka Nabi yusuf itu memiliki pilihan antara menerima ajakan berzina atau menolak ajakan tersebut namun dengan risiko ia dipenjara.

 

Menolak ajakan berzina dan memilih bersabar menjauhi maksiat zina merupakan pilihan berat bagi Yusuf, bagaimana tidak? Yusuf saat itu memerangi nafsunya yang besar dimana saat itu ia masih muda dengan syahwat menggelora, ia juga masih bujangan dimana ia belum memiliki sarana untuk menyalurkan syahwatnya. Ia juga orang asing, dimana orang asing lebih bebas melakukan apa yang diinginkan tanpa harus malu dan sungkan kepada orang lain. Ia juga sebagai seorang budak saat itu, dimana perilakunya tentu tidak dibatasi oleh nama baik (Jaim) sebagaimana orang merdeka. Dan sisi lain, wanita yang menggodanya adalah wanita yang cantik, punya kedudukan yang tinggi sehingga jika seorang budak menuruti kemauan majikannya maka orang tidak akan mencelanya, dan saat itu keadaan aman tanpa ada saksi mata karena semua pintu telah terkunci rapat-rapat. Ditambah lagi keadaan dimana wanita itulah yang sangat menggebu-gebu birahi kepadanya serta adanya ancaman penjara dari wanita itu jika Yusuf tidak menurutinya. Dalam kondisi ini sangat mudah dan menguntungkan bagi Yusuf untuk menuruti wanita tersebut dan sebaliknya, menolak ajakannya akan mendatangkan berbagai macam risiko. Namun demikian Nabi Yusuf bersabar menolak ajakan maksiat tersebut dan iapun mengadu kepada Allah SWT :

رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ

"Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka (untuk berzina) . Dan jika tidak Engkau hindarkan aku dari tipu daya mereka, tentulah aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka)..." [QS Yusuf : 33]

 

Dalam kisah lainnya, Nabi SAW menyebutkan bahwa ada seorang lelaki berkata : Aku sangat-sangat menyukai putri pamanku. Suatu hari aku menginginkannya namun dia menolakku. Kemudian berlalu masa beberapa tahun hingga kemudian dia datang kepadaku (karena membutuhkan uang) lalu aku memberikan 120 dinar agar aku bisa bersenang-senang dengannya lalu dia setuju hiingga ketika aku sudah menguasainya tiba-tiba dia berkata;

لَا أُحِلُّ لَكَ أَنْ تَفُضَّ الْخَاتَمَ إِلَّا بِحَقِّهِ

Aku tidak mengalalkanmu untuk merusak keperawanan kecuali dengan cara yang benar (nikah).

Maka aku tidak jadi berzina dengannya. Lalu aku pergi meninggalkannya padahal dia adalah wanita yang paling aku cintai dan aku tinggalkan pula emas perhiasan yang aku berikan kepadanya. [HR Bukhari]

 

Maksiat itu identik dengan melampiaskan hawa nafsu, sedangkan dalam hadits utama di atas disebutkan : “Surga itu dikelilingi oleh perkara-perkara yang dibenci sementara neraka itu dikelilingi oleh perkara-perkara yang disenangi”. [HR Muslim] Imam Nawawi berkata : Syahwat (perkara yang disenangi) yang mengelilingi neraka itu adalah syahwat yang diharamkan seperti Khamr, zina, melihat hal yang haram, Ghibah, dll. Adapun syahwat yang mubah maka tidak termasuk bagian tersebut akan tetapi dimakruhkan untuk memperbanyak karena ia akan menyeret seseorang kepada hal yang diharamkan atau menjadikan hatinya keras atau menyibukkannya dari ketaatan atau hal itu akan menjadikannya fokus untuk menghasilkan harta dunia demi mendapatkan syahwat mubah tersebut dll. [Syarah Muslim]

 

Dari beratnya sabar meninggalkan maksiat maka wajarlah pahalanya sangatlah besar. Sabar yang demikian akan mendapat balasan berupa naungan di hari kiamat. Nabi SAW bersabda ada tujuh golongan yang mendapatkan naungan di hari tidak ada naungan melainkan naungan dari Nya. Salah satunya adalah :

وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ، وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخافُ اللَّه

Dan seseorang yang diajak (berzina) oleh wanita yang terpandang lagi cantik rupawan, namun ia berkata : Sungguh, Aku takut kepada Allah. [HR Bukhari]

Adapun hadits yang diriwayatkan dari sayyidina Ali KW yaitu “Sabar itu ada tiga macam, sabar atas musibah (300 derajat), sabar dalam menjalani ketaatan (600 derajat ) dan sabar dari (godaan) maksiat 900 derajat.” [HR  Ibn Abid Dunya] dinilai oleh Ibnul Jawzy sebagai hadits maudlu’. [Faidlul Qadir]

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka fikiran kita untuk bersabar dalam menjauhi maksiat sehingga kita mendapatkan naungan di hari kiamat kelak.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

0 komentar:

Post a Comment