ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Anas Bin Malik RA, Rasul SAW bersabda :
حُفَّتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتْ النَّارُ
بِالشَّهَوَاتِ
"Surga
itu diliputi oleh hal-hal yang tidak disukai, sedangkan neraka diliputi oleh
syahwat (kenikmatan duniawi)." [HR Muslim]
Catatan
Alvers
Saya
sering menemui kata-kata random di belakang bak truk. Ada yang berupa nasehat
seperti : Utamakan bayar hutang, Jangan tertipu dengan pujian ingat nyamuk mati
karena tepuk tangan, Kasih sayang semakin indah jika dibarengi kasih uang, Dilarang
mengangkut istri orang. Ada juga yang berupa curhatan seperti : Dia menatapmu
karena punya mata bukan karena punya rasa, Kukira kau tanya kamu dimana adalah
perhatian ternyata khawatir berpapasan. Baik buruknya seseorang tergantung
siapa yang cerita. Ada juga yang sedang menghibur diri : Kalah gaya menang setia,
Putus cinta soal biasa, putus rem mati kita.
Ada juga yang memberi semangat seperti : Allah SWT tidak menyukai hambanya
yang klemar klemer kurang sat set. Ada juga yang lucu seperti : Dont Mother
think i’m not father (gak usah mbok pikir, aku gak papa). Jangan disalip aku Islam.
Dan ada yang menarik perhatian saya “Nuruti karep” (menuruti kemauan). Lha ini bahaya!.
Saya
sering bilang kepada para santri : “Ojo Nuruti karep” (Jangan menuruti kemauan)
meskipun dalam urusan kebaikan. Soalnya jika kamu shalat karena menuruti kemauan
maka kau akan melakukan shalat tapi satu saat tidak ada kemauan maka kau akan
meninggalkan shalat. Shalatlah karena menuruti perintah Allah sehingga ada atau
tidak ada kemauan, maka kamu tetap akan melaksanakan shalat. Maka yang jadi
pedoman itu bukan kemauan tetapi Qur’an, Firman Allah. Menjelaskan hal ini, Nabi
SAW bersabda :
فَمَنْ جَعَلَهُ إِمَامًا قَادَهُ إِلَى الْجَنَّةِ،
وَمَنْ جَعَلَهُ خَلْفَهُ سَاقُهُ إِلَى النَّارِ
"Barang
siapa yang menjadikannya (Qur’an) sebagai imam (pemimpin), ia akan menuntunnya
ke surga. Dan barang siapa yang meletakkannya di belakang, ia akan menyeretnya
ke neraka." [HR Baihaqi]
Berbicara
mengenai “karep” (kemauan) maka ia berpangkal kepada nafsu. Dalam Ihya
Ulumiddin, Imam Ghazali menjelaskan bahwa nafsu adalah esensi halus (lathifah) yang terdapat
dalam diri manusia. Ia bisa berubah-ubah sifatnya
tergantung pada keadaannya. Jika tenang dan tunduk kepada perintah Allah, maka
disebut nafsu
al-muthma’innah (jiwa yang tenang). Allah SWT berfirman:
يَاأَيَّتُهَا
النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً
“Wahai nafsu (jiwa) yang tenang, kembalilah
kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai.” [QS Al-Fajr : 27-28]
Dan
jika ia tidak tenang karena masih berjuang melawan dorongan syahwat, maka
disebut nafs al-lawwamah (jiwa yang mencela). Karena nafsu akan mencela pemiliknya
jika ia lalai dalam beribadah. Allah SWT berfirman:
وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
“Aku
bersumpah dengan jiwa yang mencela.” [QS Al-Qiyamah : 2]
Dan
jika ia memperturutkan kepada syahwat dan godaan setan (nuruti karep), maka
disebut nafsu al-ammarah bissu’ (jiwa yang memerintahkan kepada keburukan).
Allah
SWT berfirman :
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ
“Sesungguhnya
jiwa itu benar-benar menyuruh kepada kejahatan.” [QS
Yusuf : 53]
Dengan
demikian, Islam itu tidak memberangus nafsu namun mengarahkannya. Hal ini
sebagaimana firman Allah SWT :
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَن
دَسَّاهَا
"Sungguh
beruntung orang yang menyucikan nafsu (jiwa) itu, dan sungguh merugi orang yang
mengotorinya." [QS Asy-Syams : 9–10]
Memang
ajaran Islam itu tampak bertentangan dengan nafsu sebagaimana sabda nabi dalam
hadits utama : "Surga itu diliputi oleh hal-hal yang tidak disukai, sedangkan
neraka diliputi oleh syahwat (kenikmatan duniawi). " [HR Muslim] namun
demikian Islam mengerti kebutuhan manusia karena Islam bersumber dari pencipta
manusia.
Tatkala
Islam mewajibkan kita berpuasa maka Islam juga menganjurkan agar kita
menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Tatkala Islam menganjurkan kita
banyak berpuasa maka Islam melarang kita melakukan wishal, berpuasa dalam beberapa
hari tanpa berbuka. Tatkala Islam menganjurkan kita qiyamul lail, bangun malam
untuk beribadah maka Islam menganjurkan kita untuk qailulah, tidur siang. Dan
tatkala seseorang shalat malam lalu mengantuk maka Rasul Menganjurkannya untuk
tidur. Rasul SAW bersabda :
إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ يُصَلِّى
فَلْيَرْقُدْ حَتَّى يَذْهَبَ عَنْهُ النَّوْمُ
“Jika
salah seorang di antara kalian dalam keadaan mengantuk ketika shalat, maka hendaklah
ia tidur hingga hilang ngantuknya. [HR Bukhari]
Demikian
pula tatkala Islam menganjurkan kita bersedekah maka Islam tidak membatasi sedekah
dengan uang saja namun sedekah bisa juga berupa dzikir dan memerintah kebaikan serta
melarang keburukan, bahkan Rasul SAW bersabda :
وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ
"Dan
pada kemaluan salah seorang dari kalian (dengan berhubungan suami istri) itu terdapat
sedekah." [HR Muslim]
Para
sahabat bertanya heran : "Wahai Rasulullah, apakah seseorang di antara
kami menyalurkan syahwatnya lalu ia mendapat pahala karenanya?" Beliau
bersabda: "Bagaimana pendapat kalian jika ia menyalurkannya pada yang
haram, bukankah ia berdosa? Maka demikian pula jika ia menyalurkannya pada yang
halal, ia mendapat pahala."
[HR Muslim]
Jika
ada ajaran Islam yang sejalan dengan nafsu seperti itu maka akan bertambah-tambah
kenikmatannya. Imam Ghazali mengistilahkan :
وَهُوَ أَلَذُّ مِنَ الزُّبْدِ بِالشَّهْدِ
Itu
lebih lezat daripada mentega yang dicampur dengan madu putih. [Ihya Ulumuddin]
Jadi meskipun surga itu diliputi
oleh hal-hal yang tidak disukai, sedangkan neraka diliputi oleh kenikmatan namun jika nafsu sudah bisa kita kendalikan maka kita
bisa merasakan nikmatnya ajaran Islam bahkan terasa lebih nikmat dari makanan yang paling lezat
sekalipun.
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan
pikiran kita untuk mengetahui bahwa ajaran Islam itu tidak memberangus nafsu namun
mengarahkannya supaya menjadi kebaikan dan bernilai pahala.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul
Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren
Wisata
AN-NUR 2 Malang
Jatim
Ngaji dan Belajar
Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok
Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni
Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya
sabda Nabi SAW menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.






0 komentar:
Post a Comment