ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari A’isyah RA, Ia berkata :
كَانَ يَكُونُ فِي
مِهْنَةِ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ
"Beliau (Nabi Muhammad SAW) biasa melakukan
pekerjaan rumah tangganya, dan apabila waktu shalat tiba, beliau keluar untuk
shalat." [HR Bukhari]
Catatan Alvers
"Banyak Miliarder Masih Cuci Piring Sendiri.” Apa
benar demikian? CNBC melaporkan : “Memiliki harta yang berlimpah, para
miliarder sanggup membeli apa saja yang mereka butuhkan dan inginkan, mulai
dari rumah mewah hingga asisten pribadi. Namun, ternyata di balik kekayaan
fantastis yang mereka miliki, ada miliarder yang justru memilih melakukan
pekerjaan rumah tangga sendiri. Menurut hasil survei terbaru Forbes, banyak
dari orang kaya melakukan pekerjaan seperti mencuci piring, memasak, hingga
berbelanja kebutuhan sehari-hari. Jajak pendapat terhadap 65 orang terkaya di
dunia menemukan bahwa, meskipun mereka membayar ART, banyak miliarder masih
memilih untuk mengerjakan setidaknya beberapa pekerjaan rumah tangga dan
tugas-tugas domestik lainnya sendiri... Bagi sebagian orang, mengerjakan
pekerjaan rumah tangga adalah cara untuk bersantai di luar pekerjaan. Sebagian
lain bertujuan untuk memberi contoh bagi anak-anak mereka. Ada juga yang
mengaku karena ia tidak nyaman menerima layanan pribadi dari orang lain”.
[cnbcindonesia com]
Dengan berita di atas kita disadarkan bahwa orang yang
melakukan pekerjaan rumah itu bukannya pelit atau menghemat pengeluaran namun
ada tujuan-tujuan lainnya. Andai para para miliarder mau, mereka
dengan mudah mengangkat
banyak asisten atau pembantu tanpa mengurangi kekayaan mereka
sedikitpun.
Demikianlah, Nabi SAW dalam melakukan pekerjaan rumah juga bukan dikarenakan
pelit. Seandainya mau, banyak yang bisa membantu pekerjaan rumah nabi sehingga
tak tersisa satu pekerjaanpun namun diceritakan oleh siti Aisyah bahwa
Rasulullah SAW waktu berada di rumah :
يَخْصِفُ نَعْلَهُ
وَيُرَقِّعُ ثَوْبَهُ... يَفْلِي ثَوْبَهُ وَيَحْلُبُ شَاتَهُ وَيَخْدُمُ نَفْسَهُ
Beliau menjahit sandal dan menambal baju...
membersihkan pakaian, memeras susu kambing, dan memenuhi keperluannya
sendiri. [HR Ahmad]
Rasul SAW hendak mengajarkan kepada kita bagaimana
seorang kepala rumah tangga bisa bertanggung jawab atas keluarganya. Beliau
bersabda : 
وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي
أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ 
“Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan
ia akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.” [HR Bukhari]
Dalam menunaikan tugasnya, seorang suami hendaklah
berniat karena Allah supaya ia mendapatkan pahala dan bukan kepentingan duniawi
semata. Rasul SAW bersabda :
إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا
أَنْفَقَ عَلَى أَهْلِهِ نَفَقَةً وَهُوَ يَحْتَسِبُهَا كَانَتْ لَهُ صَدَقَةً
"Sesungguhnya seorang Muslim, apabila ia
menafkahi keluarganya dan ia mengharap pahala dari itu, maka itu menjadi
sedekah baginya."[HR Muslim]
Imam Nawawi berkata : 
وَمَعْنَاهُ أَرَادَ
بِهَا وَجْهَ اللَّهِ تَعَال
"Maksudnya adalah ia meniatkannya untuk mencari
ridla Allah Ta’ala”. 
Maka tidak termasuk (yang mendapat pahala) orang yang
menafkahkannya dalam keadaan lalai... Cara mengharap pahala itu adalah dengan
mengingat bahwa ia wajib menafkahi istri, anak-anak, pelayan, dst... "
[Al-Minhaj]
Al-Qurthubi berkata : 
مَنْ لَمْ يَقْصِدْ
الْقُرْبَة لَمْ يُؤْجَرْ لَكِنْ تَبْرَأُ ذِمَّتُهُ مِنَ النَّفَقَةِ
الْوَاجِبَةِ
"Barang siapa yang tidak meniatkan (nafkahnya)
sebagai pendekatan diri kepada Allah, maka ia tidak mendapat pahala. Namun
tanggung jawabnya atas nafkah wajib telah gugur." [Fathul Bari]
Di samping itu, Rasul SAW hendak mengajarkan kepada kita
agar tidak bermalas-malasan dalam pekerjaan rumah. Satu ketika Siti Fatimah
meminta budak (pembantu) kepada ayahandanya namun beliau tidak memberikannya. Rasul SAW bersada:
أَلَا أُعَلِّمُكُمَا
خَيْرًا مِمَّا سَأَلْتُمَانِي 
 “Maukah
kutunjukkan kalian berdua (Siti Fatimah dan Sayyidina Ali) kepada sesuatu yang
lebih baik dari apa yang kalian minta (pembantu) ?” [HR. Bukhari]
Beliau lanjut bersabda :  “Jika kalian berbaring di atas tempat tidur,
maka ucapkanlah takbir (Allahu akbar) 34 kali, tahmid (alhamdulillah) 33 kali,
dan tasbih (subhanallah) 33 kali. Itulah yang lebih baik bagi kalian daripada
pembantu yang kalian minta.  [HR.
Bukhari]
Rasul SAW juga mengingatkan tanggung jawab seorang
istri. Beliau bersabda :
وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ
فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا 
Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah
tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga
tersebut. [HR Bukhari]
Seorang wanita madinah bernama Asma’ binti Yazid
Al-Anshari dengan mengatas namakan perwakilan para perempuan menyatakan akan
keinginan untuk mendapatkan pahala besar seperti yang diperoleh kaum lelaki
dengan shalat berjamaah, mendatangi shalat jum’at, shalat jenazah, berhaji
berkali-kali bahkan berperang di medan jihad. 
Namun demikian ia menyatakan bahwa pekerjaan istri di rumah tidak kalah
berat. Ia berkata : Apabila laki-laki di antara kalian pergi berhaji, umrah,
atau berjaga di medan perang, 
حَفِظْنَا لَكُمْ
أَمْوَالَكُمْ، وَغَزَلْنَا لَكُمْ أَثْوَابًا، وَرَبَّيْنَا لَكُمْ أَوْلَادَكُمْ
“Maka kamilah yang menjaga harta-harta kalian,
menjahit pakaian kalian, mengasuh anak-anak kalian”. 
Lalu apakah kami berserikat dengan kalian dalam
pahala, wahai Rasulullah?”
Rasul SAW menjawab : 
أَنَّ حُسْنَ تَبَعُّلِ
إِحْدَاكُنَّ لِزَوْجِهَا، وَطَلَبِهَا مَرْضَاتِهِ، وَاتِّبَاعِهَا
مُوَافَقَتَهُ، تَعْدِلُ ذَلِكَ كُلَّهُ
Sesungguhnya seseorang dari kalian mempergauli
suami dengan sebaik-baiknya,
serta mencari keridla-annya dan mengikuti persetujuannya, itu setara
(pahalanya) dengan seluruh apa yang kau sebutkan (tentang amal-amal kaum
lelaki).” [HR Baihaqi]
Dengan uraian di atas, hendaknya kepala rumah tangga
tidak merekrut asisten rumat tangga dalam jumlah banyak sehingga menyisakan
sedikit pekerjaan rumah yang bisa dikerjakan oleh suami, istri ataupun
anak-anak. Dan ada pertimbangan lain, Abu Hamzah al-Kufi berkata :
لَا تَتَّخِذْ مِنَ
الْخَدَمِ إِلَّا مَا لَا بُدَّ مِنْهُ، فَإِنَّ مَعَ كُلِّ إِنْسَانٍ شَيْطَانًا.
Janganlah engkau mengambil pembantu kecuali yang
benar-benar diperlukan, karena bersama setiap manusia ada setan." [Ihya
Ulumiddin]
Itu artinya menurut Assayyid Al-Murtadla bahwa
memperbanyak orang (pembantu) sama halnya memperbanyak setan (masalah).
[Ithafus Sadah Al-Muttaqin]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan
pikiran kita untuk menjadikan setiap aktifitas bernilai pahala
termasuk aktifitas dalam rumah tangga sendiri dengan niat ikhlas dan karena
Allah Ta’ala.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul
Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren
Wisata
AN-NUR 2 Malang
Jatim
Ngaji dan Belajar
Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok
Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni
Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya
sabda Nabi SAW menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua. 
rev






 
 
 
 
 
 
 
 
 
0 komentar:
Post a Comment