Sunday, May 15, 2016

PASAR AKHIRAT



ONE DAY ONE HADITH

Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ فِى الْجَنَّةِ لَسُوقًا يَأْتُونَهَا كُلَّ جُمُعَةٍ فَتَهُبُّ رِيحُ الشَّمَالِ فَتَحْثُو فِي وُجُوهِهِمْ وَثِيَابِهِمْ فَيَزْدَادُونَ حُسْنًا وَجَمَالاً فَيَرْجِعُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ وَقَدِ ازْدَادُوا حُسْنًا وَجَمَالاً فَيَقُولُ لَهُمْ أَهْلُوهُمْ: وَاللهِ، لَقَدِ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالاً. فَيَقُولُونَ: وَأَنْتُمْ وَاللهِ، لَقَدِ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالاً
Sesungguhnya di surga ada pasar yang didatangi penghuni surga setiap Jumat. Bertiuplah angin dari utara mengenai wajah dan pakaian mereka hingga mereka semakin indah dan tampan. Mereka pulang ke istri-istri mereka dalam keadaan telah bertambah indah dan tampan. Keluarga mereka berkata, ‘Demi Allah, engkau semakin bertambah indah dan tampan.’ Mereka pun berkata, ‘Kalian pun setelah kedatangan kami dari pasar semakin bertambah indah dan cantik’ [HR. Muslim]

Catatan Alvers

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kata Pasar Didefinsikan sebagai tempat orang berjual beli. Pasar dalam bahasa arab disebut dengan “SUUQ” yang berasal dari tashrif “Saaqa Yasuuqu Sawqan” yang berarti menggiring . Al-Mubarakfuri mengatakan :
سميت بها ؛ لأن التجارة تجلب إليها والمبيعات تساق نحوها ، والمراد العير .
Pasar dinamakan suuq (menggiring) dikarenakan perdagangan itu ditarik (masuk) ke sana dan barang dagangan (beserta kafilah unta yang membawanya) digiring ke sana. [Tuhaftul Ahwadzi]


Kata Suuq juga berasal dari kata Saaq dengan bentuk Jamaknya Suuq yang berarti betis; antara lutut dan kaki. Disebutkan oleh Nu’ma Uluw :
والسوق موضع البيع والشراء وقد سمي بالسوق لأن الناس تساق إليه ولأن الناس تقف فيه على سوق أرجلها
Suuq adalah tempat jual beli. Dinamakan dengan “Suuq” karena manusia digiring masuk kesana dan mereka di sana berdiri bertumpu pada betisnya. [Majalah Al-Jamahir]

Itulah pasar yang kita kenal saat ini, lantas bagaimanakah pasar di surga itu? Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan :
المراد بالسوق مجمع لهم يجتمعون كما يجتمع الناس في الدنيا في السوق ، ومعنى ( يأتونها كل جمعة ) أي : في مقدار كل جمعة أي أسبوع ، وليس هناك حقيقة أسبوع لفقد الشمس والليل والنهار
“yang dimaksud dengan pasar adalah tempat berkumpulnya manusia sebagaimana manusia di dunia berkumpul di pasar. Maksud dari ‘mereka mendatangi setiap hari Jumat’ adalah sebagaimana perkiraan lama waktu tiap jumat yaitu sepekan. Bukanlah makna ‘sepekan’ yang sebenarnya karena tidak ada matahari, siang dan malam (di surga). [Lathaiful Ma’arif]
Maka Pasar di surga itu adalah tempat bertemunya penduduk surga satu sama lain Sebagai fasilitas bertambahnya kenikmatan, merasakan kelezatan saling berbincang-bincang. Dan saling mengenang apa yang terjadi di dunia dan membicarakan apa yang mereka dapatkan di akhirat. Bukankah berjumpa dengan saudara dan teman-teman akrab, saling menyapa, menanyakan keadaan, saling bercanda ringan, akan menimbulkan kebahagiaan dan kenikmatan, apalagi sudah lama sekali tidak bertemu. Sayyidina Umar bin Khattab RA berkata :
لقاء الاخوان جلاء الأحزان
Bertemu teman adalah penghilang kesusahan.

Mendatangi pasar bukanlah hal tercela karena Rasulullah sang teladan juga pergi ke pasar dan demikian pula para Nabi lainnya. Allah swt berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الْأَسْوَاقِ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ  وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا
Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat. [QS Al-Furqan : 20]

Demikian pula aktifitas di pasar yaitu jual beli tidaklah tercela karena Allahpun berbuat demikian. Simaklah firman Allah swt :
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin ; diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. [QS At-Tawbah : 111]

Adapun yang tercela adalah menipu, berbohong, bersumpah palsu yang bisa terjadi dimanapun, tidak hanya di pasar. Maka Imam Ghazali berkata :
والسوق والمسجد والبيت له حكم واحد، وإنما النجاة بالتقوى.
Pasar , masjid dan rumah hukumnya sama saja karena keselamatan itu tergantung pada ketaqwaan (bukan kepada tempatnya) [Ihya Ulumuddin]

Al-Junaid al-Baghdadi seorang sufi ternama berkata :
كم ممن هو في السوق حكمه أن يدخل المسجد؟
“Betapa banyak orang yang ada di pasar namun secara hukum ia berada di masjid” [Ihya Ulumuddin]

Dalam Ihya Ulumuddin disebutkan bahwa Abdullah Ibnu Umar, Salim bin Abdullah, Mumammad bin wasi’ dll adalah contoh orang yang datang ke pasar bukan untuk berjual beli namun mereka pergi kesana untuk mendapatkan sejuta kebaikan dengan doa yang diajarkan Rasul saw.

Dari paparan di atas maka penamaan pasar untuk majelis kebaikan seperti pasar waqiah adalah baik. Hal ini untuk mengingatkan bahwa para jamaah yang mendatangi pasar waqiah insayaAllah akan dapat juga mendatangi pasar di surga, sebagaimana para penghuni surga mendapatkan kebahagiaan lebih dengan bertemu teman dan keluarga di pasar surga seperti itu pula kebahagiaan di dapat jamaah dengan bertemu teman jamaah di majelis kebaikan.

Imam ghazali dalam ihya'nya berkata :
أن لا يمنعه سوق الدنيا عن سوق الآخرة، وأسواق الآخرة المساجد، قال الله تعالى " رجال لا تلهيهم تجارة ولا بيع عن ذكر الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة "
Seyogyanya keberadaannya di pasar (dunia) tidak menghalangi seorang pekerja untuk mendatangi "PASAR AKHIRAT". Apakah PASAR AKHIRAT itu? PASAR AKHIRAT adalah masjid. Maka jadilah pekerja yang disifati Allah swt dalam firmanNya
 رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّه
Orang – orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah [QS An-Nur : 37] Wallahu A’lam. Semoga kita yang semangat mendatangi tempat kerja semangat pula mendatangi masji dan majelis kebaikan. Semoga kita yang semangat bertransaksi dengan manusia semangat pula bertransaksi dengan Allah swt untuk mendapatkan “Tijaran lan tabuur”.

0 komentar:

Post a Comment