Monday, April 18, 2016

JIHAD BEKERJA

ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Al-Miqdam bin Ma’dikariba Az-Zubaidy RA, Rasulullah SAW bersabda :
مَا اَكَلَ اَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ اَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ. وَ اِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاودَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik dari pada ia makan dari hasil kerjanya sendiri. Dan sesungguhnya Nabiyyullah Dawud AS dahulu makan dari hasil kerjanya sendiri. [HR Bukhari]

Catatan Alvers

Islam memotivasi setiap manusia untuk bekerja keras serta bersungguh-sungguh mencurahkan tenaga dan kemampuannya dalam bekerja. Begitu besar penghargaan Islam pada etos kerja, hingga Allah Swt menjadikan para nabi-Nya dan hamba hamba-Nya yang sholeh dalam etos kerja. Bukankah semua nabi pernah bekerja sebagai penggembala, Rasulullah bersabda :

مَا بَعَثَ اللهُ نَبِيّاً إِلاَّ رَعَى الْغَنَمَ ، فَقَالَ أَصْحَابُهُ: وَأَنْتَ؟ ، فَقَالَ: نَعَمْ، كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ
“Tidaklah Allah mengutus seorang nabi melainkan pernah menggembala kambing.” Para sahabat bertanya,”Apakah engkau juga?” Beliau SAW menjawab,”Ya, aku juga dulu menggembalakan kambing-kambing milik penduduk Mekkah dengan upah beberapa qirath.” [HR Bukhari]
Para nabi juga bekerja di pasar, Allah SWT berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الْأَسْوَاقِ
“Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar”. [Al Furqan : 20]
Al-Qurtubi mengatakan Para rasul itu berjalan di pasar-pasar untuk mencari mata pencaharian dunia (Yabtaghunal Ma’ayisy fid dun’ya) [Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an]

Allah SWT memerintahkan Nuh AS untuk membuat bahtera [lihat QS Hud : 37], “Zakariya adalah seorang Najjar ; tukang kayu”. [HR Muslim], Bahkan Allah juga mengajarkan kepada Nabi Daud AS untuk membuat baju besi [lihat QS Al-Anbiya’ : 80] yang dijadikannya sebagai mata-pencahariannya. Secara spesifik Rasulullah SAW menyebut Nabi Daud AS dalam hadits di atas mengingat beliau adalah seorang nabi dan raja. Biasanya, para raja tidak perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan pangannya sehari-hari, karena telah dipenuhi oleh para pekerja dan pelayannya. Namun Allah mengajarkan Nabi Daud AS agar produktif , tidak berpangku tangan dan bertopang dagu dalam mencari rizki-Nya.

Islam menempatkan kerja dalam posisi yang mulia bahkan Allah mencintai mukmin yang bekerja, Rasulullah SAW bersabda :
اِنَّ اللهَ يُحِبُّ اْلمُؤْمِنَ اْلمُحْتَرِفَ
“Sesungguhnya Allah cinta kepada orang mukmin yang bekerja”. [HR. Baihaqi]
Bahkan Allah memberikan pahala besar setara jihad fi sabilillah bagi orang yang mau bekerja. Dari Ka’ab bin ‘Ujrah, ia berkata, “Ada seorang laki-laki lewat di hadapan Nabi SAW, maka para shahabat Rasulullah SAW melihat kuat dan sigapnya orang tersebut. Lalu para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, alangkah baiknya seandainya orang ini ikut (Jihad) fi sabilillah”. Lalu Rasulullah SAW menjawab,
اِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ، وَ اِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى اَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيْرَيْنِ فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ، وَ اِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى نَفْسِهِ يَعِفُّهَا فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ، وَ اِنْ كَانَ خَرَجَ رِيَاءً وَ مُفَاخَرَةً فَهُوَ فِى سَبِيْلِ الشَّيْطَانِ.
“Jika ia keluar bekerja untuk mencukupi kebutuhan anaknya yang masih kecil, maka ia (Jihad) fi sabilillah. Jika ia keluar bekerja untuk mencukupi kebutuhan kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia maka ia (Jihad) fi sabilillah. Jika ia keluar bekerja untuk mencukupi kebutuhannya sendiri agar terjaga kehormatannya, maka ia (Jihad) fi sabilillah. Tetapi jika ia keluar karena riya’ (pamer pekerjaannya) dan kesombongan maka ia di (Jihad) jalan syaithan”. [HR. Thabrani]

Orang yang bekerja tidak hanya mendapat pahala yang besar namun juga mendapat pengampunan dosa. Rasul SAW bersabda :
من أمسى كالا من عمل يديه أمسى مغفورا له
Barang siapa yang di sore harinya capek karena bekerja maka ia diampuni (dosa-dosannya) [HR Thabrani dalam al-Mu’jam Al-Ausath]
Dalam hadits yang lain disebutkan :
 إِنَّ مِنَ الذُّنُوبِ ذَنُوبًا لا تُكَفِّرُهَا الصَّلاةُ وَلا الصِّيَامُ وَلا الْحَجُّ وَلا الْعُمْرَةُ"، قَالُوا: فَمَا يُكَفِّرُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ:"الْهُمُومُ فِي طَلَبِ الْمَعِيشَةِ
Sesungguhnya ada dosa yang tidak bisa dilebur dengan sholat, puasa, haji ataupun umrah. Para sabahat bertanya: Lalu apakah yang bisa meleburnya, wahai Rasul? Rasul mejawab:
kesusah-payahan dalam mencari nafkah [HR Thabrani dalam al-Mu’jam Al-Kabir]

Di dalam islam, tidak hanya kaum lelaki yang berpeluang untuk mendapat keutamaan berkerja keras akan tetapi wanita juga demikian. Sayyidah Aisyah berkata :
وَكَانَتْ زَيْنَبُ امْرَأَةً صَنَّاعَةَ الْيَدِ، فَكَانَتْ تَدْبَغُ وَتَخْرِزُ وَتَصَدَّقُ فِي سَبِيلِ
Zainab (binti Jahsy salah seorang isteri Rasul SAW) adalah wanita yang menekuni kerajinan tangan, ia menyamak kulit dan melobangi (serta menjahitnya untuk dibuat sepatu khuf, wadah air dll.) Lalu ia bershadaqah di jalan Allah [HR Al-Hakim]
Tak terkecuali putri kesayangan beliau, Sayyidah Fatimah juga seorang pekerja keras hingga suatu saat ia mengeluh karena kedua tangannya bengkak akibat terlalu banyak memutar batu penggiling gandum yang demikian berat hingga ia pun meminta budak kepada ayahandanya sebagai pembantu baginya. Namun justru Rasul memberikan doa penghilang lelah hingga ia tetap bekerja. Rasul SAW bersada:
أَلَا أُعَلِّمُكُمَا خَيْرًا مِمَّا سَأَلْتُمَانِي إِذَا أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا تُكَبِّرَا أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ وَتُسَبِّحَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَتَحْمَدَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ
 “Maukah kutunjukkan kalian berdua (Sayyidah Fatimah dan Sayyidina Ali) kepada sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?” tanya beliau. “Jika kalian berbaring di atas tempat tidur, maka ucapkanlah takbir (Allahu akbar) 34 kali, tahmid (alhamdulillah) 33 kali, dan tasbih (subhanallah) 33 kali. Itulah yang lebih baik bagi kalian daripada pembantu yang kalian minta.  [HR. Bukhari] Wallahu A’lam. Semoga kita senantia semangat, pantang menyerah untuk bekerja mencari nafkah dan mendapatkan rizki dan pahala yang melimpah.

0 komentar:

Post a Comment